PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Syariah serta stakeholder terkait menyelenggarakan rangkaian acara Gebyar Safari Ramadan 1443 H dengan tema Berkah dan Sejahtera Bersama Keuangan Syariah yang diselenggarakan serentak oleh seluruh Kantor OJK di setiap Provinsi se-Indonesia.
OJK Provinsi Riau turut serta menyelenggarakan rangkaian Gebyar Safari Ramadan di Provinsi Riau melalui rangkaian kegiatan edukasi dan cerdas cermat tentang keuangan syariah untuk tingkat SMP dan SMA.
Puncak acara Gebyar Safari Ramadan Provinsi Riau, diselenggarakan kegiatan webinar edukasi keuangan syariah dengan tema Ayo Investasi Syariah, Mudah, Halal dan Berkah dengan narasumber Praktisi Pasar Modal Syariah Mang Amsi sebagai, Certified Financial Planner Harryka Joddy Psi, dan Kepala Sub Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Provinsi Riau Erwin Setiadi. Kegiatan dimaksud diikuti kurang lebih 200 peserta dari masyarakat umum di Provinsi Riau dan dibuka oleh selaku Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Elvira Azwan.
Elvira Azwan menyampaikan, bahwa Indonesia memiliki segenap potensi ekonomi dan keuangan syariah yang sangat tinggi. "Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sekitar 230 juta orang, serta jaringan industri keuangan syariah yang telah berdiri dan tersebar ke seluruh wilayah nusantara. Maka seharusnya kita menjadi pusat keuangan syariah dunia. Oleh karena itu kami mendorong Industri keuangan syariah Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang ke arah yang positif," jelasnya, Kamis (21/4).
Salah satu elemen penyebab belum optimalnya pangsa pasar industri keuangan syariah adalah mayoritas penduduk Indonesia belum mengenal produk keuangan syariah dengan baik.
Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2019 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan syariah hanya sebesar 8,9 persen. Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan konvensional yang mencapai 38 persen. Sebagai akibatnya, tingkat inklusi keuangan syariah juga baru mencapai 9,1 persen, jauh tertinggal dari lembaga keuangan konvensional yang sudah mencapai 75,3 persen. "Kita harus tetap optimis. Besarnya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan yang konvensional, juga menyiratkan bahwa ruang peningkatan pemahaman penggunaan produk dan layanan keuangan syariah masih besar," tambahnya.(anf)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Syariah serta stakeholder terkait menyelenggarakan rangkaian acara Gebyar Safari Ramadan 1443 H dengan tema Berkah dan Sejahtera Bersama Keuangan Syariah yang diselenggarakan serentak oleh seluruh Kantor OJK di setiap Provinsi se-Indonesia.
OJK Provinsi Riau turut serta menyelenggarakan rangkaian Gebyar Safari Ramadan di Provinsi Riau melalui rangkaian kegiatan edukasi dan cerdas cermat tentang keuangan syariah untuk tingkat SMP dan SMA.
- Advertisement -
Puncak acara Gebyar Safari Ramadan Provinsi Riau, diselenggarakan kegiatan webinar edukasi keuangan syariah dengan tema Ayo Investasi Syariah, Mudah, Halal dan Berkah dengan narasumber Praktisi Pasar Modal Syariah Mang Amsi sebagai, Certified Financial Planner Harryka Joddy Psi, dan Kepala Sub Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Provinsi Riau Erwin Setiadi. Kegiatan dimaksud diikuti kurang lebih 200 peserta dari masyarakat umum di Provinsi Riau dan dibuka oleh selaku Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Elvira Azwan.
Elvira Azwan menyampaikan, bahwa Indonesia memiliki segenap potensi ekonomi dan keuangan syariah yang sangat tinggi. "Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sekitar 230 juta orang, serta jaringan industri keuangan syariah yang telah berdiri dan tersebar ke seluruh wilayah nusantara. Maka seharusnya kita menjadi pusat keuangan syariah dunia. Oleh karena itu kami mendorong Industri keuangan syariah Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang ke arah yang positif," jelasnya, Kamis (21/4).
- Advertisement -
Salah satu elemen penyebab belum optimalnya pangsa pasar industri keuangan syariah adalah mayoritas penduduk Indonesia belum mengenal produk keuangan syariah dengan baik.
Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2019 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan syariah hanya sebesar 8,9 persen. Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan konvensional yang mencapai 38 persen. Sebagai akibatnya, tingkat inklusi keuangan syariah juga baru mencapai 9,1 persen, jauh tertinggal dari lembaga keuangan konvensional yang sudah mencapai 75,3 persen. "Kita harus tetap optimis. Besarnya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan yang konvensional, juga menyiratkan bahwa ruang peningkatan pemahaman penggunaan produk dan layanan keuangan syariah masih besar," tambahnya.(anf)