Senin, 1 Juli 2024

Ekspor-Investasi Bakal Melaju

MEDAN (RIAUPOS.CO) — Pemangkasan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 5,75 persen diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi yang agak tersendat. Pada kuartal I, ekonomi hanya tumbuh 5,07 persen gara-gara seretnya kinerja ekspor dan investasi.

’’Penurunan suku bunga acuan akan memberikan dampak positif pada kinerja ekspor. Biaya borrowing dari perbankan lebih murah, lending perbankan menjadi lebih baik,’’ jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo seperti diberitakan JPG,  kemarin (20/7).

- Advertisement -

Dody melanjutkan, ekspansi dari perbankan itu akan memberikan gambaran bahwa kegiatan ekspor menjadi lebih baik. Selama ini merosotnya kinerja ekspor domestik tidak terlepas dari dampak trade war antardua raksasa ekonomi, AS dan Tiongkok. ’’Dengan turunnya ekspor, konsumsi pasti tertahan,’’ tambahnya.

Perlambatan ekspor juga berdampak kepada menurunnya investasi. Padahal, komponen tersebut selalu diandalkan untuk memacu pertumbuhan. Karena itu, pemerintah harus segera melakukan mitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap terkendali. ’’Salah satunya, spending (belanja) pemerintah dinaikkan,’’ imbuhnya.

Baca Juga:  Gayatri Hadirkan Kopi Arabika Kemasan Pertama di Indonesia

Founder dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menambahkan, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini cukup sulit menembus angka 5,2 persen. ’’Dalam kondisi seperti ini (ketidakpastian global dan ekspor negatif), 5,2 persen itu tidak mungkin,’’ ungkapnya.

- Advertisement -

Menurut Hendri, ada sejumlah faktor yang memengaruhi. Di antaranya, momentum Lebaran dan pemilu ternyata tidak mampu mendongkrak pertumbuhan pada kuartal I dan II. Pemilu juga tidak lagi mendorong konsumsi pemerintah dan rumah tangga.

Sebab, telah terjadi pergeseran belanja pemilu yang tidak lagi mengandalkan belanja fisik. ’’Bukan lagi belanja makanan, tekstil, atau cetak kaus. Tetapi, semua sudah serbadigital, cukup beli paket (data) sudah bisa jadi media kampanye,’’ katanya.

Baca Juga:  FOX Harris Hotel Gelar Aksi Donor Darah

Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengungkapkan, suku bunga kredit bisa segera turun sehingga pelaku usaha mendapat kepastian kemudahan pembiayaan. ’’Cost of fund rendah, pertumbuhan ekonomi akan bergairah. Selain itu, pemilu sudah selesai sehingga dunia usaha lebih bisa bertindak mengambil keputusan,’’ ujarnya.

Namun, ke depan ruang perubahan suku bunga acuan bakal sempit. Apakah masih ada ruang untuk penurunan lanjutan, menurut Ryan, semua itu bergantung kepada kondisi perekonomian global. Terutama apakah tensi perang dagang bakal mereda atau sebaliknya.

Ekonom DBS Masyita Crystallin menilai, inflasi ke depan akan rendah. Sepanjang 2019, dia memperkirakan inflasi bakal berada di level 3,2 persen. Hal itu yang mendorong BI menurunkan suku bunga acuan.(jpg)
Editor: Eko Faizin

MEDAN (RIAUPOS.CO) — Pemangkasan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 5,75 persen diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi yang agak tersendat. Pada kuartal I, ekonomi hanya tumbuh 5,07 persen gara-gara seretnya kinerja ekspor dan investasi.

’’Penurunan suku bunga acuan akan memberikan dampak positif pada kinerja ekspor. Biaya borrowing dari perbankan lebih murah, lending perbankan menjadi lebih baik,’’ jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo seperti diberitakan JPG,  kemarin (20/7).

Dody melanjutkan, ekspansi dari perbankan itu akan memberikan gambaran bahwa kegiatan ekspor menjadi lebih baik. Selama ini merosotnya kinerja ekspor domestik tidak terlepas dari dampak trade war antardua raksasa ekonomi, AS dan Tiongkok. ’’Dengan turunnya ekspor, konsumsi pasti tertahan,’’ tambahnya.

Perlambatan ekspor juga berdampak kepada menurunnya investasi. Padahal, komponen tersebut selalu diandalkan untuk memacu pertumbuhan. Karena itu, pemerintah harus segera melakukan mitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap terkendali. ’’Salah satunya, spending (belanja) pemerintah dinaikkan,’’ imbuhnya.

Baca Juga:  Serolation Show Ajak Generasi Muda Mulai Berbisnis

Founder dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menambahkan, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini cukup sulit menembus angka 5,2 persen. ’’Dalam kondisi seperti ini (ketidakpastian global dan ekspor negatif), 5,2 persen itu tidak mungkin,’’ ungkapnya.

Menurut Hendri, ada sejumlah faktor yang memengaruhi. Di antaranya, momentum Lebaran dan pemilu ternyata tidak mampu mendongkrak pertumbuhan pada kuartal I dan II. Pemilu juga tidak lagi mendorong konsumsi pemerintah dan rumah tangga.

Sebab, telah terjadi pergeseran belanja pemilu yang tidak lagi mengandalkan belanja fisik. ’’Bukan lagi belanja makanan, tekstil, atau cetak kaus. Tetapi, semua sudah serbadigital, cukup beli paket (data) sudah bisa jadi media kampanye,’’ katanya.

Baca Juga:  Warga Keluhkan Harga Cabai Merah Mahal

Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengungkapkan, suku bunga kredit bisa segera turun sehingga pelaku usaha mendapat kepastian kemudahan pembiayaan. ’’Cost of fund rendah, pertumbuhan ekonomi akan bergairah. Selain itu, pemilu sudah selesai sehingga dunia usaha lebih bisa bertindak mengambil keputusan,’’ ujarnya.

Namun, ke depan ruang perubahan suku bunga acuan bakal sempit. Apakah masih ada ruang untuk penurunan lanjutan, menurut Ryan, semua itu bergantung kepada kondisi perekonomian global. Terutama apakah tensi perang dagang bakal mereda atau sebaliknya.

Ekonom DBS Masyita Crystallin menilai, inflasi ke depan akan rendah. Sepanjang 2019, dia memperkirakan inflasi bakal berada di level 3,2 persen. Hal itu yang mendorong BI menurunkan suku bunga acuan.(jpg)
Editor: Eko Faizin
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari