JAKARTA (RIAUPOS.CO) – INDEKS harga saham gabungan (IHSG) berpotensi menguat. Inflasi Amerika Serikat (AS) yang terkendali memicu optimisme pasar keuangan. Hanya saja, perdagangan indeks dalam negeri yang pendek pekan ini membuat investor berhati-hati.
“IHSG berpeluang menguat dengan support di level 7.200 sampai 7.052 dan resistance di 7.356 hingga 7.454. Pasar lebih hati-hati,” ucap Analis Pasar Modal Hans Kwee kepada JPG, Ahad (19/5).
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat inflasi harga konsumen April 2024 tercatat 3,4 persen secara tahunan. Menurun dibanding inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,5 persen year-on-year (YoY). Angka tersebut sesuai dengan perkiraan konsensus trading economics.
Secara bulanan, inflasi AS berada pada level 0,3 persen. Turun dari posisi 0,4 persen pada Maret 2024. Inflasi inti, tidak termasuk harga energi dan pangan, juga melandai di level 3,6 persen YoY dari 3,8 persen YoY di bulan sebelumnya.
Perlambatan inflasi April 2024 sejalan dengan stagnasi penjualan ritel. Hal itu menunjukkan adanya penurunan permintaan domestik. Sejalan dengan tujuan The Federal Reserve (The Fed) agar mencapai tujuan soft-landing perekonomian AS.
Harga minyak dunia, lanjut dia, terlihat masih fluktuatif. Dengan kecenderungan menguat akibat konflik Hamas dan Israel yang berlanjut. ‘’Pasar menantikan pidato Gubernur The Fed, serta hasil rapat FOMC (Federal Open Market Committee). BI (Bank Indonesia) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada pertemuan pekan ini,’’ jelas Hans.
Sementara itu, P.H Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Aulia Noviana Utami Putri menyatakan, data perdagangan saham periode 13-17 Mei 2024 mayoritas ditutup positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi saham sebesar 13,79 persen menjadi Rp13,48 triliun. Begitu pula, kapitalisasi pasar yang naik 4,24 persen menjadi dari Rp11.915 triliun menjadi Rp12.420 triliun. IHSG juga menguat 3,22 persen berada di level 7.317,238.(han/dio/esi)
Laporan JPG, Jakarta