Jumat, 22 November 2024

Industri Otomotif Catatkan Pertumbuhan Ekspor

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Guncangan perekonomain global belum berpengaruh besar terhadap performa industri otomotif, khususnya dalam pencapaian kinerja ekspor sepanjang 2019. Setidaknya, ini dicatatkan oleh kendaraan bermerek Toyota yang mampu melakukan ekspor kendaraan utuh (Complete Built Up/CBU) sebesar 208.500 unit, naik tipis dibandingkan volume ekspor tahun 2018 sebesar 206.500 unit.

Performa ekspor ini disokong oleh model Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dan Rush masing-masing sebesar 45.300 unit dan 50.300 unit. Model sedan Vios turut mendukung capaian positif ekspor CBU bermerek Toyota dengan volume 31.000 unit. Dari segmen Multi-Purpose Vehicle (MPV), model-model andalan seperti Kijang Innova dan Avanza berhasil dikapalkan ke mancanegara dengan volume masing-masing 5.300 unit dan 28.900 unit.

- Advertisement -

Sementara model Low Cost Green Car (LCGC) Agya juga ambil bagian dalam capaian ekspor tahun 2019 dengan volume 27.800 unit. Sedangkan model Yaris, Sienta, dan Town Ace/Lite Ace melengkapi kinerja ekspor CBU bermerek Toyota dengan total volume sebesar 19.900 unit.

Selain mengekspor kendaraan utuh, Toyota juga mengirimkan kendaraan terurai (Complete Knock Down/CKD) sebanyak 45.400 unit, mesin bensin dan etanol dengan tipe TR dan NR dengan total 123.600 unit serta komponen kendaraan dengan volume 94,2 juta unit. Produk ekspor Toyota telah merambah lebih dari 80 negara tujuan di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan Karibia. Capaian kinerja positif ini tercatat yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga:  BRK Tindak Tegas Oknum Pegawai Nakal

"Menjaga performa ekspor tetap tumbuh bukan hal yang mudah karena menyangkut banyak faktor," ujar Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dalam keterangannya di Jakarta, Senin (20/1)

- Advertisement -

Faktor itu meliputi daya saing produk, infrastruktur pendukung hingga regulasi. “Karenanya kami berterima kasih atas dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah Indonesia yang selalu melakukan evaluasi terhadap sektor-sektor yang memengaruhi kegiatan ekspor nasional,” imbuhnya.

Krisis global dirasakan sangat signifikan memperlambat laju pertumbuhan ekspor produk Toyota dari Indonesia. Belum lagi ditambah adanya hambatan dengan skema non-tarif di beberapa negara tujuan ekspor yang turut memperburuk performa pengiriman produk otomotif dari dalam negeri.

Baca Juga:  Nasabah Bukit Kemuning Dapat Toyota Rush

Tantangan ekspor otomotif ke depan adalah menurunnya konsumsi produk otomotif imbas dari melemahnya kondisi perekonomian di negara maju. Mencari negara-negara tujuan baru menjadi penting untuk mempertahankan performa ekspor.

"Adanya tambahan negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah, Mekong dan Afrika cukup membantu dalam mengompensasi penurunan volume di beberapa negara terdampak krisis dan negara yang menerapkan hambatan non-tarif," imbuh Warih.

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam menyatakan bahwa ke depan, selain karena dampak krisis global, dirupsi digital juga menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi industri otomotif.

"Kompetisi ekspor yang makin ketat kedepannya, membutuhkan SDM berkapabilitas tinggi yang mampu menguasai teknologi guna melawan inefisiensi. Selain menjaga konsistensi perfoma ekspor maupun operasi yang telah eksis, saat ini kami tengah mempersiapkan diri agar transformasi menuju era elektrifikasi dan mobilitas dapat berjalan dengan mulus," imbuh Bob Azam.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Guncangan perekonomain global belum berpengaruh besar terhadap performa industri otomotif, khususnya dalam pencapaian kinerja ekspor sepanjang 2019. Setidaknya, ini dicatatkan oleh kendaraan bermerek Toyota yang mampu melakukan ekspor kendaraan utuh (Complete Built Up/CBU) sebesar 208.500 unit, naik tipis dibandingkan volume ekspor tahun 2018 sebesar 206.500 unit.

Performa ekspor ini disokong oleh model Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dan Rush masing-masing sebesar 45.300 unit dan 50.300 unit. Model sedan Vios turut mendukung capaian positif ekspor CBU bermerek Toyota dengan volume 31.000 unit. Dari segmen Multi-Purpose Vehicle (MPV), model-model andalan seperti Kijang Innova dan Avanza berhasil dikapalkan ke mancanegara dengan volume masing-masing 5.300 unit dan 28.900 unit.

- Advertisement -

Sementara model Low Cost Green Car (LCGC) Agya juga ambil bagian dalam capaian ekspor tahun 2019 dengan volume 27.800 unit. Sedangkan model Yaris, Sienta, dan Town Ace/Lite Ace melengkapi kinerja ekspor CBU bermerek Toyota dengan total volume sebesar 19.900 unit.

Selain mengekspor kendaraan utuh, Toyota juga mengirimkan kendaraan terurai (Complete Knock Down/CKD) sebanyak 45.400 unit, mesin bensin dan etanol dengan tipe TR dan NR dengan total 123.600 unit serta komponen kendaraan dengan volume 94,2 juta unit. Produk ekspor Toyota telah merambah lebih dari 80 negara tujuan di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan Karibia. Capaian kinerja positif ini tercatat yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

- Advertisement -
Baca Juga:  Penjualan Memprihatinkan, Apakah Nissan Terra Facelift Meluncur di RI?

"Menjaga performa ekspor tetap tumbuh bukan hal yang mudah karena menyangkut banyak faktor," ujar Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dalam keterangannya di Jakarta, Senin (20/1)

Faktor itu meliputi daya saing produk, infrastruktur pendukung hingga regulasi. “Karenanya kami berterima kasih atas dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah Indonesia yang selalu melakukan evaluasi terhadap sektor-sektor yang memengaruhi kegiatan ekspor nasional,” imbuhnya.

Krisis global dirasakan sangat signifikan memperlambat laju pertumbuhan ekspor produk Toyota dari Indonesia. Belum lagi ditambah adanya hambatan dengan skema non-tarif di beberapa negara tujuan ekspor yang turut memperburuk performa pengiriman produk otomotif dari dalam negeri.

Baca Juga:  Corona Tak Halangi XL Axiata Terus Lanjutkan Fiberisasi di Sumatra

Tantangan ekspor otomotif ke depan adalah menurunnya konsumsi produk otomotif imbas dari melemahnya kondisi perekonomian di negara maju. Mencari negara-negara tujuan baru menjadi penting untuk mempertahankan performa ekspor.

"Adanya tambahan negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah, Mekong dan Afrika cukup membantu dalam mengompensasi penurunan volume di beberapa negara terdampak krisis dan negara yang menerapkan hambatan non-tarif," imbuh Warih.

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam menyatakan bahwa ke depan, selain karena dampak krisis global, dirupsi digital juga menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi industri otomotif.

"Kompetisi ekspor yang makin ketat kedepannya, membutuhkan SDM berkapabilitas tinggi yang mampu menguasai teknologi guna melawan inefisiensi. Selain menjaga konsistensi perfoma ekspor maupun operasi yang telah eksis, saat ini kami tengah mempersiapkan diri agar transformasi menuju era elektrifikasi dan mobilitas dapat berjalan dengan mulus," imbuh Bob Azam.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari