- Advertisement -
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.
"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).
- Advertisement -
Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.
Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.
Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.
- Advertisement -
"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.
"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).
- Advertisement -
Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.
Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.
- Advertisement -
Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.
"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi