Kamis, 10 April 2025

BI Sebut Perbankan Lamban Merespons

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.

"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).

Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.

Baca Juga:  Pegadaian Borong 3 Penghargaan di Ajang PR Indonesia Awards

Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.

Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.

"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

Baca Juga:  Trafik Data XL Axiata Naik Tinggi saat Idulfitri

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.

"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).

Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.

Baca Juga:  Menggunung, Utang Luar Negeri Capai Rp5.534 Triliun

Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.

Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.

"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

Baca Juga:  Trafik Data XL Axiata Naik Tinggi saat Idulfitri

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

BI Sebut Perbankan Lamban Merespons

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.

"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).

Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.

Baca Juga:  39 Ribu Wisatawan Mancanegara Kunjungi Riau

Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.

Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.

"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

Baca Juga:  PTPN IV PalmCo Regional 3 Perkuat Stok Bantuan BPBD Pekanbaru

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyoroti lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI. Padahal BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 175 basis points (bps) menjadi level 4 persen.

"Memang transmisi di perbankan masih lambat. Jadi, kita sudah menurunkan 175 bps, tapi suku bunga kredit baru turun sekitar 74 basis points. Dan banknya juga masih keberatan untuk memberikan pinjaman, karena melihat risiko," ungkapnya dalam diskusi virtual, Jumat (17/7).

Padahal, lanjut Destry, pemerintah juga memberikan stimulus berupa program penjaminan agar penyaluran kredit dapat berjalan. Apalagi menurut dia, kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan pada krisis 1998 dan 2008.

Baca Juga:  Trafik Data XL Axiata Naik Tinggi saat Idulfitri

Modal perbankan juga masih cukup membantu di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan masa berakhirnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan yang sebesar 8 persen.

Sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau DPK terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen. Angka ini jauh di atas ambang batas masing-masing yang sebesar 50 persen dan 10 persen.

"Banyak orang khawatir dengan perbankan. Kalau dilihat secara industri, kondisi kita jauh lebih baik dibandingkan 98 ataupun 2008," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

Baca Juga:  Periode Nataru, Indosat Catat Kenaikan Trafik Hingga 8,9 Persen

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari