Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Cupang Naik Kelas

Ikan cupang tak lagi se­perti dulu; bermain dalam parit atau selokan. Ikan cupang kini sudah main di mal, perkantoran bahkan rumah artis papan atas. Cupang naik kelas!

 

(RIAUPOS.CO) – IA lebih memilih berhenti bekerja dan memilih menjadi pengusaha. Kesibukan di tempat kerja yang dijalani bertahun-tahun, tak pernah ia pikirkan lagi. Lupakan semua. Benar-benar hijrah usaha, mulai dari nol. Usaha itu dimulai dari hobi, lama-lama sumber rezeki: berniaga ikan cupang.

Setiap hari ia sibuk dengan ikan cupang. Memindahkan satu cendolan (anak ikan cupang, red) dari satu baskom ke baskom lain, memindah toples dari satu sudut rumah ke sudut rumah yang lain. Itulah yang dilakukannya setiap hari, melayani pelanggan yang datang langsung ke rumah atau via seluler dan media sosial.

Rusmin, itu namanya. Rumahnya di Jalan Putri Tujuh, Kecamatan Tampan, tak lagi seperti rumah. Ruang tamunya habis dipenuhi rak dan toples-toples berisi ikan cupang. Sampai ke ruang keluarga, bahkan ke belakang-belakang kursi. Di depan pintu masuk rumahnya juga banyak rak dan baskom-baskom tempat cendolan. Saat Riau Pos ke sana tiga hari lalu, rumahnya yang sudah penuh sesak dengan ikan hias itu, makin sesak oleh pembeli ikan cupang yang datang silih berganti.

‘‘Ada Halfmoon, bang?’’ tanya seorang pembeli kepada Rusmin.

‘‘Ada, bang. Di rak sebelah bawah ya, bang,’’ jawabnya.

Begitulah setiap hari. Rumah Rusmin tak pernah sepi. Tamu atau pembeli yang datang tidak hanya dari Pekanbaru, tapi juga dari kabupaten lain. Bahkan ia sering mengirimkan ikan hias melalui paket untuk di luar kota. Belum lagi anak-anak sekitar perumahan yang juga hobi membeli ikan cupang, khususnya cendolan.

Untuk cendolan cupang, dijual murah, Rp5.000 per ekor. Tapi untuk ikan cupang lain dijual dengan harga yang berbeda. Sangat bervariasi. Ada yang Rp50 ribu, ada juga yang Rp300 ribu per ekor. Berapapun, selalu saja ada yang membeli.Ikan-ikan ini diambil Rusmin dari kolam besar milik abangnya di Kualu. Ceritanya, sekeluarga jadi saudagar ikan cupang. Ditambah istrinya yang selalu mendukung dan membantu melebarkan usahanya.

Dua tahun menjelajahi usaha ikan cupang, bagi Rusmin, sangat menantang sekaligus menjanjikan. Di awal-awal usahanya buka atau sekitar dua tahun lalu, lebih gila lagi. Dalam sehari bisa untung Rp1 juta. Saat ini sudah mulai menurun sekitar 50 persen, tapi masih tetap menjanjikan. Begitu kata Rusmin. Ia pun tidak mau beralih dari usahanya tersebut dan tetap terus mencari pelanggan-pelanggan baru dengan memberitahukan kepada banyak orang melalui media sosial.

‘‘Namanya usaha, biasa naik turun. Tapi dagang ikan cupang ini lumayan menjanjikan. Dulu penghasilan lebih besar dibandingkan sekarang. Ya, salah satu faktornya, sekarang sudah makin banyak pedagang, makin banyak kolam-kolam besar. Jadi makin bersaing. Tapi perekonomian jadi lebih baik berkat ikan cupang ini. Apalagi pandemi. Dan, cupang makin diminati, khususnya selama pandemi,’’ kata Rusmin.

Baca Juga:  Honda Ekspedisi Nusantara, Jelajah 3 Provinsi di Sumatera

Di rumah Rusmin itu tidak hanya menjual ikan cupang, tapi lengkap sampai peralatan seperti serok-serok (tangguk, red) kecil dan toples-toples. Pakan ikan cupang pun dijual juga. Ia beli online dengan harga lebih murah karena dengan jumlah yang lebih banyak dan musim promo. Lalu dijual dengan harga yang juga tidak terlalu mahal. Serok-serok ikan itu ia beli dari kawannya sendiri. Cerita punya cerita, membantu kawan.

‘‘Musim susah, ya harus saling tolong. Kawan mau kerja, belum ada pekerjaan yang tepat. Mau udaha, belum ada modal, ya sudah buat usaha sebisanya. Kemudian membuat serok dan saya jualkan. Salah satunya serok ikan atau tangguk kecil ini. Ini dibuat teman saya sendiri. Alhamdulillah, cukup terbantu, bisa untuk tambah-tambah pemasukan di keluarganya,’’ sebut Rusmin lagi.

Lain Rusmin, lain pula Angga. Warga Jalan Teropong ini juga sangat hobi memelihara ikan cupang. Bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Jika dulu Angga mencari ikan cupang ke dalam parit, sekarang tidak lagi. Saat ini Angga bisa mendapatkan ikan cupang dengan mudah. Dari teman ke teman. Jenis dan warnanya juga lebih banyak. Jika saat sekolah hanya ada beberapa nama ikan cupang yang ia temukan seperti siam api dan siam susu, saat ini sudah ada puluhan nama. Ikannya masih sama, tapi namanya berbeda. Kalau dulu siam api sekarang namanya Halfmoon.

Banyaknya warna, bentuk dan nama ikan cupang ini karena selalu ada eksperimen yang dilakukan pedagang itu sendiri. Salah satunya dengan mengawinkan ikan cupang tersebut sehingga timbul warna dan bentuk baru.Tak heran jika jenis ikan cupang saat ini sangat banyak. Nama-nama ikan cupang yang terkenal dan induk dari nama-nama lain, di antaranya, Multi Colour, Black Samurai, Jumbo Ear, Blue Rim, Yellow Pancy dan masih banyak lainnya.

Kecintaan Angga pada ikan cupang tidak ada habisnya. Bahkan ia meracuni rekan-rekannya yang lain untuk berdagang ikan cupang. Salah satunya, Handry. Bahkan, komplek perumahan tempat ia tinggal di Jalan Teropong, sudah banyak pengusaha ikan cupang. Ada sekitar 25 keluarga yang rumahnya jadi tempat jual beli ikan cupang. Bahkan ada komunitasnya. Namanya Komunitas Cupang Teropong (KCT) yang merupakan salah satu komunitas cupang terbesar di Pekanbaru.

Memelihara ikan cupang bagi Angga, bukan hanya sekadar hobi, tapi juga perbaikan gizi, karena ekonomi meninggi. Dulu ikan cupang tak ada harganya, kini dijual mahal, tergantung jenis, bentuk dan warnanya. Bicara soal harga ikan cupang ini, kata Angga, tidak ada standarnya. Saat ia menjual ikan cupang dengan harga Rp300 ribu, di tempat lain bisa Rp500 ribu bahkan lebih. Begitu juga sebaliknya. Tergantung selera pembelinya juga.

Baca Juga:  Mal SKA Hadirkan Atraksi Barongsai Patok

Saking hobinya, Angga tidak hanya memiliki ratusan ikan cupang dan menjualnya, tapi ia juga mulai membuka salon khusus ikan cupang. Padahal, ia tahu risikonya tinggi. Jika salah salon, ikan bisa stress karena sisik-sisik ikan cupang yang dirapikan, terkadang luka dan berdarah. Jika ikan stres atau sakit, ikan bisa mati. Padahal harganya mahal, ratusan ribu. Tapi begitulah Angga, berani dan ingin beda.

‘‘Ikan cupang yang disalon itu biasanya untuk ikut-ikut kontes atau lomba. Dan, itu harganya mahal. Saya juga mulai buka salon ikan cupang. Sudah jalan dan belum ada ikan yang mati. Risikonya memang tinggi. Kalau salah salon,  ikan bisa mati.  Sedangkan harganya mahal. Tapi dengan disalon, harganya juga bisa lebih mahal lagi,’’ ujar Angga.

Perawatan, sangat menentukan harga, beber Angga. Nama ikan bisa sama, bentuk dan besarnya juga boleh sama. Tapi kilau warna dan kelincahannya bisa berbeda. Ini karena cara merawatnya yang berbeda. Jika dirawat dengan baik, air sering diganti, makanan yang pas, warna ikan cupang bisa cerah dan bercahaya dan ikannya lebih sehat. Inilah yang membuat harganya juga berbeda. Tidak ada standar yang pasti.

Masuk Mal hingga Rumah Artis

Ikan cupang benar-benar naik kelas. Kalau dulu, seperti yang diceritakan Angga, bahwa, ikan cupang dicari dalam parit dan dijual dalam plastik-plastik, sekarang sudah masuk mal, perkantoran-perkantoran, bahkan artis-artis papan atas Indonesia juga ‘gila’ ikan cupang. Jumat lalu, cupang-cupang ini ikut kontes alias lomba di salah satu mal di Pekanbaru. Jumlahnya banyak. Hampir 100 ekor. Selain ikut kontes, juga diperjualbelikan. Tak sedikit pengunjung yang tertarik lalu membeli.

Kontes ikan cupang ini dibungkus dalam kegiatan yang diberi nama Natural Aesthetic dengan mengusung tema ‘Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kreatif dan Masa Pandemi Bersama Pelaku Usaha Kreatif  dan Kolektor Bonsai, Reptic, Ikan Cupang dan Bunga Hias di Kota Pekanbaru’. Kontes ini dibuka Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi dan dihadiri segenap pengusaha, termasuk pengusaha ikan cupang.

Hendry, salah seorang anggota KCT, ikut kontes tersebut.  Dirinya dan teman-temannya sangat berminat. Selain sudah lama fakum dari keramaian, kegiatan tersebut cukup mencerahkan sebagaimana tema yang diusung, yaitu, mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Pandemi, kata Hendry, musim orang-orang tinggal di rumah saja dan musim orang-orang menyempurnakan hobinya.

Pesona ikan cupang bukan hanya menarik perhatian Rusmin, Angga atau Hendry, atau pengusaha dan penghobi lainnya, tapi juga artis-artis papan atas Indonesia. Banyak di antara mereka yang memelihara ikan cupang. Harganya juga gila, sampai jutaan rupiah. Artis-asrtis tersbut antara lain, Gisella Anastasia, Nadine Chandrawinata, Denny Cagur, Uya Kuya, Irfan Hakim dan masih banyak lainnya. Bahkan, sebagaimana dirilis beberapa media, mereka berani adu harga tertinggi.(das)

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

Ikan cupang tak lagi se­perti dulu; bermain dalam parit atau selokan. Ikan cupang kini sudah main di mal, perkantoran bahkan rumah artis papan atas. Cupang naik kelas!

 

- Advertisement -

(RIAUPOS.CO) – IA lebih memilih berhenti bekerja dan memilih menjadi pengusaha. Kesibukan di tempat kerja yang dijalani bertahun-tahun, tak pernah ia pikirkan lagi. Lupakan semua. Benar-benar hijrah usaha, mulai dari nol. Usaha itu dimulai dari hobi, lama-lama sumber rezeki: berniaga ikan cupang.

Setiap hari ia sibuk dengan ikan cupang. Memindahkan satu cendolan (anak ikan cupang, red) dari satu baskom ke baskom lain, memindah toples dari satu sudut rumah ke sudut rumah yang lain. Itulah yang dilakukannya setiap hari, melayani pelanggan yang datang langsung ke rumah atau via seluler dan media sosial.

- Advertisement -

Rusmin, itu namanya. Rumahnya di Jalan Putri Tujuh, Kecamatan Tampan, tak lagi seperti rumah. Ruang tamunya habis dipenuhi rak dan toples-toples berisi ikan cupang. Sampai ke ruang keluarga, bahkan ke belakang-belakang kursi. Di depan pintu masuk rumahnya juga banyak rak dan baskom-baskom tempat cendolan. Saat Riau Pos ke sana tiga hari lalu, rumahnya yang sudah penuh sesak dengan ikan hias itu, makin sesak oleh pembeli ikan cupang yang datang silih berganti.

‘‘Ada Halfmoon, bang?’’ tanya seorang pembeli kepada Rusmin.

‘‘Ada, bang. Di rak sebelah bawah ya, bang,’’ jawabnya.

Begitulah setiap hari. Rumah Rusmin tak pernah sepi. Tamu atau pembeli yang datang tidak hanya dari Pekanbaru, tapi juga dari kabupaten lain. Bahkan ia sering mengirimkan ikan hias melalui paket untuk di luar kota. Belum lagi anak-anak sekitar perumahan yang juga hobi membeli ikan cupang, khususnya cendolan.

Untuk cendolan cupang, dijual murah, Rp5.000 per ekor. Tapi untuk ikan cupang lain dijual dengan harga yang berbeda. Sangat bervariasi. Ada yang Rp50 ribu, ada juga yang Rp300 ribu per ekor. Berapapun, selalu saja ada yang membeli.Ikan-ikan ini diambil Rusmin dari kolam besar milik abangnya di Kualu. Ceritanya, sekeluarga jadi saudagar ikan cupang. Ditambah istrinya yang selalu mendukung dan membantu melebarkan usahanya.

Dua tahun menjelajahi usaha ikan cupang, bagi Rusmin, sangat menantang sekaligus menjanjikan. Di awal-awal usahanya buka atau sekitar dua tahun lalu, lebih gila lagi. Dalam sehari bisa untung Rp1 juta. Saat ini sudah mulai menurun sekitar 50 persen, tapi masih tetap menjanjikan. Begitu kata Rusmin. Ia pun tidak mau beralih dari usahanya tersebut dan tetap terus mencari pelanggan-pelanggan baru dengan memberitahukan kepada banyak orang melalui media sosial.

‘‘Namanya usaha, biasa naik turun. Tapi dagang ikan cupang ini lumayan menjanjikan. Dulu penghasilan lebih besar dibandingkan sekarang. Ya, salah satu faktornya, sekarang sudah makin banyak pedagang, makin banyak kolam-kolam besar. Jadi makin bersaing. Tapi perekonomian jadi lebih baik berkat ikan cupang ini. Apalagi pandemi. Dan, cupang makin diminati, khususnya selama pandemi,’’ kata Rusmin.

Baca Juga:  Potensi Kredit Karbon Tanah Air Tinggi

Di rumah Rusmin itu tidak hanya menjual ikan cupang, tapi lengkap sampai peralatan seperti serok-serok (tangguk, red) kecil dan toples-toples. Pakan ikan cupang pun dijual juga. Ia beli online dengan harga lebih murah karena dengan jumlah yang lebih banyak dan musim promo. Lalu dijual dengan harga yang juga tidak terlalu mahal. Serok-serok ikan itu ia beli dari kawannya sendiri. Cerita punya cerita, membantu kawan.

‘‘Musim susah, ya harus saling tolong. Kawan mau kerja, belum ada pekerjaan yang tepat. Mau udaha, belum ada modal, ya sudah buat usaha sebisanya. Kemudian membuat serok dan saya jualkan. Salah satunya serok ikan atau tangguk kecil ini. Ini dibuat teman saya sendiri. Alhamdulillah, cukup terbantu, bisa untuk tambah-tambah pemasukan di keluarganya,’’ sebut Rusmin lagi.

Lain Rusmin, lain pula Angga. Warga Jalan Teropong ini juga sangat hobi memelihara ikan cupang. Bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Jika dulu Angga mencari ikan cupang ke dalam parit, sekarang tidak lagi. Saat ini Angga bisa mendapatkan ikan cupang dengan mudah. Dari teman ke teman. Jenis dan warnanya juga lebih banyak. Jika saat sekolah hanya ada beberapa nama ikan cupang yang ia temukan seperti siam api dan siam susu, saat ini sudah ada puluhan nama. Ikannya masih sama, tapi namanya berbeda. Kalau dulu siam api sekarang namanya Halfmoon.

Banyaknya warna, bentuk dan nama ikan cupang ini karena selalu ada eksperimen yang dilakukan pedagang itu sendiri. Salah satunya dengan mengawinkan ikan cupang tersebut sehingga timbul warna dan bentuk baru.Tak heran jika jenis ikan cupang saat ini sangat banyak. Nama-nama ikan cupang yang terkenal dan induk dari nama-nama lain, di antaranya, Multi Colour, Black Samurai, Jumbo Ear, Blue Rim, Yellow Pancy dan masih banyak lainnya.

Kecintaan Angga pada ikan cupang tidak ada habisnya. Bahkan ia meracuni rekan-rekannya yang lain untuk berdagang ikan cupang. Salah satunya, Handry. Bahkan, komplek perumahan tempat ia tinggal di Jalan Teropong, sudah banyak pengusaha ikan cupang. Ada sekitar 25 keluarga yang rumahnya jadi tempat jual beli ikan cupang. Bahkan ada komunitasnya. Namanya Komunitas Cupang Teropong (KCT) yang merupakan salah satu komunitas cupang terbesar di Pekanbaru.

Memelihara ikan cupang bagi Angga, bukan hanya sekadar hobi, tapi juga perbaikan gizi, karena ekonomi meninggi. Dulu ikan cupang tak ada harganya, kini dijual mahal, tergantung jenis, bentuk dan warnanya. Bicara soal harga ikan cupang ini, kata Angga, tidak ada standarnya. Saat ia menjual ikan cupang dengan harga Rp300 ribu, di tempat lain bisa Rp500 ribu bahkan lebih. Begitu juga sebaliknya. Tergantung selera pembelinya juga.

Baca Juga:  XL Luncurkan Paket Xtra Combo Flex

Saking hobinya, Angga tidak hanya memiliki ratusan ikan cupang dan menjualnya, tapi ia juga mulai membuka salon khusus ikan cupang. Padahal, ia tahu risikonya tinggi. Jika salah salon, ikan bisa stress karena sisik-sisik ikan cupang yang dirapikan, terkadang luka dan berdarah. Jika ikan stres atau sakit, ikan bisa mati. Padahal harganya mahal, ratusan ribu. Tapi begitulah Angga, berani dan ingin beda.

‘‘Ikan cupang yang disalon itu biasanya untuk ikut-ikut kontes atau lomba. Dan, itu harganya mahal. Saya juga mulai buka salon ikan cupang. Sudah jalan dan belum ada ikan yang mati. Risikonya memang tinggi. Kalau salah salon,  ikan bisa mati.  Sedangkan harganya mahal. Tapi dengan disalon, harganya juga bisa lebih mahal lagi,’’ ujar Angga.

Perawatan, sangat menentukan harga, beber Angga. Nama ikan bisa sama, bentuk dan besarnya juga boleh sama. Tapi kilau warna dan kelincahannya bisa berbeda. Ini karena cara merawatnya yang berbeda. Jika dirawat dengan baik, air sering diganti, makanan yang pas, warna ikan cupang bisa cerah dan bercahaya dan ikannya lebih sehat. Inilah yang membuat harganya juga berbeda. Tidak ada standar yang pasti.

Masuk Mal hingga Rumah Artis

Ikan cupang benar-benar naik kelas. Kalau dulu, seperti yang diceritakan Angga, bahwa, ikan cupang dicari dalam parit dan dijual dalam plastik-plastik, sekarang sudah masuk mal, perkantoran-perkantoran, bahkan artis-artis papan atas Indonesia juga ‘gila’ ikan cupang. Jumat lalu, cupang-cupang ini ikut kontes alias lomba di salah satu mal di Pekanbaru. Jumlahnya banyak. Hampir 100 ekor. Selain ikut kontes, juga diperjualbelikan. Tak sedikit pengunjung yang tertarik lalu membeli.

Kontes ikan cupang ini dibungkus dalam kegiatan yang diberi nama Natural Aesthetic dengan mengusung tema ‘Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kreatif dan Masa Pandemi Bersama Pelaku Usaha Kreatif  dan Kolektor Bonsai, Reptic, Ikan Cupang dan Bunga Hias di Kota Pekanbaru’. Kontes ini dibuka Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi dan dihadiri segenap pengusaha, termasuk pengusaha ikan cupang.

Hendry, salah seorang anggota KCT, ikut kontes tersebut.  Dirinya dan teman-temannya sangat berminat. Selain sudah lama fakum dari keramaian, kegiatan tersebut cukup mencerahkan sebagaimana tema yang diusung, yaitu, mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Pandemi, kata Hendry, musim orang-orang tinggal di rumah saja dan musim orang-orang menyempurnakan hobinya.

Pesona ikan cupang bukan hanya menarik perhatian Rusmin, Angga atau Hendry, atau pengusaha dan penghobi lainnya, tapi juga artis-artis papan atas Indonesia. Banyak di antara mereka yang memelihara ikan cupang. Harganya juga gila, sampai jutaan rupiah. Artis-asrtis tersbut antara lain, Gisella Anastasia, Nadine Chandrawinata, Denny Cagur, Uya Kuya, Irfan Hakim dan masih banyak lainnya. Bahkan, sebagaimana dirilis beberapa media, mereka berani adu harga tertinggi.(das)

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari