Maskapai Asing Bukan Solusi

(RIAUPOS.CO) — Sejumlah strategi bakal ditempuh untuk menekan harga tiket pesawat yang belakangan dikeluhkan mahal. Diantaranya adalah membuka akses untuk masuknya maskapai asing. Namun Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai bahwa masuknya maskapai asing bukan solusi.

Pria yang akrab disapa JK itu mencontohkan masuknya maskapai Air Asia dari Malaysia sejak 2004 lalu. ’’Air Asia itu kan dari Malaysia. Tapi kan dia tidak sanggup bersaing di Indonesia,’’ katanya di kantor Wakil Presiden, kemarin (11/6).

- Advertisement -

Dia menjelaskan dahulu sering menggunakan maskapai Air Asia dari Jakarta menuju Makassar atau sebaliknya. Namun sekarang sudah tidak ada lagi penerbangan Air Asia dari Soekarno Hatta ke Makassar. Selain itu JK mengatakan sebelumnya ada rute Air Asia dari Jakarta menuju Medan. Tetapi saat ini rute tersebut sudah tidak dibuka lagi.

Menurut dia kondisi yang dialami Air Asia dengan menutup sejumlah rute tersebut menunjukkan maskapai milik Tony Fernandes tersebut tidak sanggup bersaing di Indonesia. Saat ini praktis tinggal dua maskapai besar yang melayani angkutan penerbangan di Indonesia yakni Garuda dan Lion Air.

- Advertisement -

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi penurunan penumpang pesawat terbang. Menurut JK kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor. Di antaranya adalah semakin baiknya infrastruktur penunjanga angkutan darat. Baik itu bus maupun kereta api. Kemudian dia juga mengatakan ada peningkatakan pengguna angkutan kapal laut.

’’Tahun lalu kapan laut itu agak kosong. Sekarang naik,’’ jelasnya. JK menegaskan bahwa saat ini alternatif angkutan umum sudah sangat banyak. Masyarakat dengan bebas memilih menggunakan moda transportasi yang mana.

Menurut JK jika harga tiket pesawat dipaksa murah, maka bisa membuat maskapai rugi dan tutup. Dia mengatakan dalam kurun dua puluh tahun sudah ada 30 perusahaan penerbangan di Indonesia yang tutup. Kondisi saat inipun juga belum stabil. Di mana Garuda Indonesia dan Lion Air sama-sama mengalami kerugian.

JK menegaskan bahwa 80 persen komponen biaya penerbangan itu menggunakan mata uang dolar AS. Mulai dari avtur, harga pesawat, komponen suku cadangnya, dan perawatannya. Kemudian kurs dolar AS terhadap rupiah juga terus menguat. ’’Sekarang Rp14 ribuan per dolar, dahulu sekitar Rp 9.000 per dolar,’’ katanya.

Sehingga sangat wajar jika saat ini harga tiket pesawat cenderung mengalami kenaikan. Terkait polemik mahalnya harga tiket ini, JK berpesan supaya tidak hanya melihat dari sisi konsumennya saja. Tetapi juga perlu dilihat dari sisi kesehatan maskapainya.

Rampingkan Biaya Operasional Pesawat
Mahalnya tiket penerbangan masih menjadi isu krusial. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan pemerintah supaya maskapai penerbangan nasional bisa survive di pasar transportasi udara.

Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Bagas Adhadirgha menyebutkan, Indonesia adalah satu-satunya negara yang menerapkan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap avtur. Komponen avtur itu disebut sangat memengaruhi biaya operasional airlines. ”Biaya operasional akan berpengaruh pada harga tiket transportasi udara,” ujar Bagas.

Pria yang juga menjabat CEO Asia Aero Technology itu menambahkan, harga tiket juga dipengaruhi unsur eksternal seperti perpajakan dan biaya fasilitas bandara.(wan/agf/c7/oki/das)

Laporan JPG, Jakarta

 

(RIAUPOS.CO) — Sejumlah strategi bakal ditempuh untuk menekan harga tiket pesawat yang belakangan dikeluhkan mahal. Diantaranya adalah membuka akses untuk masuknya maskapai asing. Namun Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai bahwa masuknya maskapai asing bukan solusi.

Pria yang akrab disapa JK itu mencontohkan masuknya maskapai Air Asia dari Malaysia sejak 2004 lalu. ’’Air Asia itu kan dari Malaysia. Tapi kan dia tidak sanggup bersaing di Indonesia,’’ katanya di kantor Wakil Presiden, kemarin (11/6).

Dia menjelaskan dahulu sering menggunakan maskapai Air Asia dari Jakarta menuju Makassar atau sebaliknya. Namun sekarang sudah tidak ada lagi penerbangan Air Asia dari Soekarno Hatta ke Makassar. Selain itu JK mengatakan sebelumnya ada rute Air Asia dari Jakarta menuju Medan. Tetapi saat ini rute tersebut sudah tidak dibuka lagi.

Menurut dia kondisi yang dialami Air Asia dengan menutup sejumlah rute tersebut menunjukkan maskapai milik Tony Fernandes tersebut tidak sanggup bersaing di Indonesia. Saat ini praktis tinggal dua maskapai besar yang melayani angkutan penerbangan di Indonesia yakni Garuda dan Lion Air.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi penurunan penumpang pesawat terbang. Menurut JK kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor. Di antaranya adalah semakin baiknya infrastruktur penunjanga angkutan darat. Baik itu bus maupun kereta api. Kemudian dia juga mengatakan ada peningkatakan pengguna angkutan kapal laut.

’’Tahun lalu kapan laut itu agak kosong. Sekarang naik,’’ jelasnya. JK menegaskan bahwa saat ini alternatif angkutan umum sudah sangat banyak. Masyarakat dengan bebas memilih menggunakan moda transportasi yang mana.

Menurut JK jika harga tiket pesawat dipaksa murah, maka bisa membuat maskapai rugi dan tutup. Dia mengatakan dalam kurun dua puluh tahun sudah ada 30 perusahaan penerbangan di Indonesia yang tutup. Kondisi saat inipun juga belum stabil. Di mana Garuda Indonesia dan Lion Air sama-sama mengalami kerugian.

JK menegaskan bahwa 80 persen komponen biaya penerbangan itu menggunakan mata uang dolar AS. Mulai dari avtur, harga pesawat, komponen suku cadangnya, dan perawatannya. Kemudian kurs dolar AS terhadap rupiah juga terus menguat. ’’Sekarang Rp14 ribuan per dolar, dahulu sekitar Rp 9.000 per dolar,’’ katanya.

Sehingga sangat wajar jika saat ini harga tiket pesawat cenderung mengalami kenaikan. Terkait polemik mahalnya harga tiket ini, JK berpesan supaya tidak hanya melihat dari sisi konsumennya saja. Tetapi juga perlu dilihat dari sisi kesehatan maskapainya.

Rampingkan Biaya Operasional Pesawat
Mahalnya tiket penerbangan masih menjadi isu krusial. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan pemerintah supaya maskapai penerbangan nasional bisa survive di pasar transportasi udara.

Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Bagas Adhadirgha menyebutkan, Indonesia adalah satu-satunya negara yang menerapkan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap avtur. Komponen avtur itu disebut sangat memengaruhi biaya operasional airlines. ”Biaya operasional akan berpengaruh pada harga tiket transportasi udara,” ujar Bagas.

Pria yang juga menjabat CEO Asia Aero Technology itu menambahkan, harga tiket juga dipengaruhi unsur eksternal seperti perpajakan dan biaya fasilitas bandara.(wan/agf/c7/oki/das)

Laporan JPG, Jakarta

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya