JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Industri perhiasan di dalam negeri masih memiliki potensi yang besar untuk bersaing di kancah global. Kekuatan sektor itu didukung oleh kreativitas dan inovasi dari para perajin yang mampu menghasilkan beragam produk perhiasan sesuai tren dan selera pasar yang sedang berkembang.
“Selama ini, kinerja ekspor industri perhiasan cukup signfikan sehingga menjadi salah satu kontributor yang penting terhadap penerimaan devisa negara. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan agar semakin berdaya saing global,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, Senin (11/3).
Reni mengemukakan, peluang bisnis industri perhiasan masih prospektif seiring dengan meningkatnya tren penggunaan perhiasan pada aktivitas masyarakat dalam kesehariannya. ‘’Selain itu, desain perhiasan yang dihasilkan para perajin lokal juga semakin beragam. Yakni, cenderung lebih minimalis, namun tetap fungsional sesuai dengan permintaan pasar,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga dari Indonesia menembus 547,5 juta dolar AS pada Desember 2023, atau meningkat 67,7 persen (YoY) dibandingkan capaian pada Desember 2022 sebesar 326 juta dolar AS. “Peningkatan itu menunjukkan bahwa sektor industri perhiasan Indonesia memiliki peluang untuk terus tumbuh dan berkembang di pasar internasional,” beber Reni.
Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan Alexandra Arri Cahyani menambahkan, Ditjen IKMA terus melakukan pembinaan kepada industri perhiasan melalui program peningkatan kompetensi SDM dan teknologi proses produksi, mendorong penguatan struktur industri dengan peningkatan kualitas.
Di samping itu, pengembangan produk melalui peningkatan kualitas desain dan diferensiasi produk sesuai dengan permintaan pasar, serta peninjauan kembali harga energi (gas, listrik, air) agar lebih kompetitif bagi skala industri. ‘’Kami juga terus mendorong penguatan brand lokal agar industri perhiasan semakin maju dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuhnya. (agf/dio/jpg)