Sabtu, 31 Mei 2025

Konflik AS-Iran Tidak Berdampak Signifikan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memandang belum ada dampak signifikan yang ditimbulkan oleh ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Kondisi makro perekonomian diklaim masih aman.

"Kami tidak melihat dampak yang terjadi. Peningkatan risiko geopolitik ini, risiko geopolitik global, kami tidak lihat dampak signfikan (ke) kondisi makro ekonomi dan terhadap stabilitas eskternal dan rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di gedung BI Jakarta, Jumat (10/1).

Menurutnya, nilai tukar rupiah pun bergerak sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar. "Rupiah bergerak sesuai fundamental, mekanisme pasar, dan kredibilitas yang ditempuh," ucapnya. Selain itu, kata Perry, premi risiko credit default swap (CDS) juga tetap terjaga rendah di level 61,3 basis poin dan ada kecenderungan terus menurun. Perry memperkirakan, kalaupun ada dampaknya ke pasar keuangan, maka itu hanya temporer.

Baca Juga:  Percepat Pembangunan Proyek Depo Minyak di Batam

"Beberapa risiko politik jangka pendek, tapi fundamental kami pandang tidak signifikan," tuturnya.

Meski begitu, Perry memastikan BI terus mencermati perkembangan geopolitik dan perekonomian secara global. Salah satunya, terkait negosiasi perdagangan fase pertama antara AS dan Cina yang akan diteken dalam waktu dekat ini.

"Alhamdulillah perkembangan positif hubungan dagang AS dan Cina dalam waktu dekat ada penandatanganan kesepakatan perdagangan," imbuhnya.

Sebab menurutnya, kesepakatan tersebut akan menjadi angin segar bagi perekonomian global. Perry menambahkan, kesepakatan dagang antara AS dan Cina juga memberikan peluang Indonesia dalam meningkatkan ekspor.

"Itu memberikan persepsi positif, bahwa ekonomi dunia tahun ini tumbuh sekitar 3 persen -3,1 persen meningkat dari 2,9 persen," pungkasnya.(jpg)

Baca Juga:  Perkuat Kemitraan, BRI RO Pekanbaru Berbuka Puasa Bersama Media

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memandang belum ada dampak signifikan yang ditimbulkan oleh ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Kondisi makro perekonomian diklaim masih aman.

"Kami tidak melihat dampak yang terjadi. Peningkatan risiko geopolitik ini, risiko geopolitik global, kami tidak lihat dampak signfikan (ke) kondisi makro ekonomi dan terhadap stabilitas eskternal dan rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di gedung BI Jakarta, Jumat (10/1).

Menurutnya, nilai tukar rupiah pun bergerak sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar. "Rupiah bergerak sesuai fundamental, mekanisme pasar, dan kredibilitas yang ditempuh," ucapnya. Selain itu, kata Perry, premi risiko credit default swap (CDS) juga tetap terjaga rendah di level 61,3 basis poin dan ada kecenderungan terus menurun. Perry memperkirakan, kalaupun ada dampaknya ke pasar keuangan, maka itu hanya temporer.

Baca Juga:  CDN Beri Pemahaman Keselamatan Berkendara

"Beberapa risiko politik jangka pendek, tapi fundamental kami pandang tidak signifikan," tuturnya.

Meski begitu, Perry memastikan BI terus mencermati perkembangan geopolitik dan perekonomian secara global. Salah satunya, terkait negosiasi perdagangan fase pertama antara AS dan Cina yang akan diteken dalam waktu dekat ini.

"Alhamdulillah perkembangan positif hubungan dagang AS dan Cina dalam waktu dekat ada penandatanganan kesepakatan perdagangan," imbuhnya.

Sebab menurutnya, kesepakatan tersebut akan menjadi angin segar bagi perekonomian global. Perry menambahkan, kesepakatan dagang antara AS dan Cina juga memberikan peluang Indonesia dalam meningkatkan ekspor.

"Itu memberikan persepsi positif, bahwa ekonomi dunia tahun ini tumbuh sekitar 3 persen -3,1 persen meningkat dari 2,9 persen," pungkasnya.(jpg)

Baca Juga:  Pertagas Berdayakan Ibu-Ibu PKK Lewat Keterampilan Menjahit
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bank Indonesia (BI) memandang belum ada dampak signifikan yang ditimbulkan oleh ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Kondisi makro perekonomian diklaim masih aman.

"Kami tidak melihat dampak yang terjadi. Peningkatan risiko geopolitik ini, risiko geopolitik global, kami tidak lihat dampak signfikan (ke) kondisi makro ekonomi dan terhadap stabilitas eskternal dan rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di gedung BI Jakarta, Jumat (10/1).

Menurutnya, nilai tukar rupiah pun bergerak sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar. "Rupiah bergerak sesuai fundamental, mekanisme pasar, dan kredibilitas yang ditempuh," ucapnya. Selain itu, kata Perry, premi risiko credit default swap (CDS) juga tetap terjaga rendah di level 61,3 basis poin dan ada kecenderungan terus menurun. Perry memperkirakan, kalaupun ada dampaknya ke pasar keuangan, maka itu hanya temporer.

Baca Juga:  Tutup Tahun, Capella Honda Ajak Pelajar Cari Aman lewat Webinar

"Beberapa risiko politik jangka pendek, tapi fundamental kami pandang tidak signifikan," tuturnya.

Meski begitu, Perry memastikan BI terus mencermati perkembangan geopolitik dan perekonomian secara global. Salah satunya, terkait negosiasi perdagangan fase pertama antara AS dan Cina yang akan diteken dalam waktu dekat ini.

"Alhamdulillah perkembangan positif hubungan dagang AS dan Cina dalam waktu dekat ada penandatanganan kesepakatan perdagangan," imbuhnya.

Sebab menurutnya, kesepakatan tersebut akan menjadi angin segar bagi perekonomian global. Perry menambahkan, kesepakatan dagang antara AS dan Cina juga memberikan peluang Indonesia dalam meningkatkan ekspor.

"Itu memberikan persepsi positif, bahwa ekonomi dunia tahun ini tumbuh sekitar 3 persen -3,1 persen meningkat dari 2,9 persen," pungkasnya.(jpg)

Baca Juga:  Rumah BUMN Bank Mandiri di Kampar Gelar Bazar UMKM
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari