JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pemerintah memacu pengembangan industri alat kesehatan (alkes) agar bisa semakin berdaya saing global. Terlebih lagi, alkes merupakan salah satu sektor andalan dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) dan sektor prioritas yang ada di peta jalan industri 4.0.
Saat ini, industri alkes dalam negeri telah didukung oleh 209 perusahaan yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki). Mereka telah mampu memproduksi alat berkualitas seperti, ventilator dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 58 persen, hospital furniture yang mengangdung TKDN 68 persen, hingga medical apparel yang memiliki TKDN 92 persen.
”Dengan kemampuan tersebut, kami juga berupaya untuk membuka dan memperluas akses pasar ekspor bagi industri alat kesehatan dalam negeri,” ujar Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin Yan Sibarang Tandiele, Rabu (8/5) lalu.
Guna memasuki pasar Eropa dan Timur Tengah, Kemenperin bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara, Turki menggelar Business Forum on Enhancing the Collaboration of Indonesia – Turkey Medical Device Industry di Istanbul, Turki, pada akhir bulan lalu. Forum bisnis itu diharapkan dapat terjalin kerja sama investasi industri alat kesehatan Indonesia dan Turki.
”Pada forum bisnis tersebut, telah dilaksanakan penandatanganan dua nota kesepahaman atau MoU. Pertama, PT Haloni Jane Tbk dan ERK Medikal Saglik Hizmetleri, yang bekerjasama dalam distributor agreement untuk produk latex gloves supply dengan potensi transaksi mencapai 9 juta dolar AS,” ujar Yan.
MoU kedua, antara PT Atra Widiya Agung dengan Uzman Sterilization System. Kedua perusahaan itu berkolaborasi dalam distribusi penjualan container system dan pabrikasi di Indonesia pada tahun 2024-2027 dengan nilai kerja sama mencapai 1,5 juta dolar AS.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Aspaki Imam Subagyo menjelaskan bahwa prospek industri alkes masih sangat menjanjikan. ”Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 275 juta, pangsa pasar produksi dalam negeri baru berkisar 2,2 miliar dolar AS per tahun,” ujarnya.
Menurut dia, belanja kesehatan terhadap gross domestic bruto (GDP) baru sekitar 3 persen. Padahal, standar yang ditetapkan WHO sebesar 9 persen. Artinya, prospek pasar alkes di dalam negeri saja sangat besar. (agf/dio/jpg)