JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Usai resmi bertugas sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) pada Rabu (7/8) ini, Destry Damayanti memastikan akan tetap melakukan pelonggaran kebijakan moneter ke depannya. Pasalnya, kondisi makro ekonomi domestik masih menunjukkan hasil yang positif. Ditambah lagi, perekonomian global juga menunjukkan tren pelonggaran kebijakan.
Sebagaimana diketahui, BI telah melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan (BI-7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Tak hanya itu, bank sentral juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps untuk meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat.
Menurut Destry, pelonggaran kebijakan tersebut tidak terlepas dari perekonomian global yang mulai mengarah kepada pelonggaran kebijakan (easing monetary policy). Hal tersebut disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang belum kunjung mereda.
Bahkan, Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. Oleh sebab itu, bukan tidak mungkin, nantinya akan pelonggaran kebijakan lagi yang diambil oleh bank sentral.
“Kami melihat arah dari easing monetary policy ini akan jangka waktu cukup panjang ke depan. Karena kita memang membutuhkan satu stimulus buat pertumbuhan ekonomi ke depannya,” kata Destry usai pelantikannya sebagai DGS di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (7/8).
Destry mengatakan, pelonggaran kebijakan moneter dimaksudkan untuk merangsang investasi masuk ke Indonesia. Dari investasi itu, nantinya diharapkan berdampak ikut terdorongnya pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, BI akan tetap melakukan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif.
“Kami waspadai dan monitor bagaimana perkembangan yang terjadi di perekonomian global,” terangnya.
Lebih lanjut, Destry menambahkan, pihaknya optimistis perekonomian domestik masih memiliki potensi yang besar untuk kembali tumbuh. Apalagi, saat ini besaran inflasi masih terkendali berkisar 3 persen.
“Kami juga berharap BI bisa berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga, bukan hanya fenomena moneter saja, tapi juga sektor rill,” ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal