Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pelaku Usaha Kepariwisataan harus Peka Hadapi Situasi

Memasuki tahun ketiga pendemi ini telah memberi banyak pelajaran kepada para pelaku usaha tentang perlunya kelincahan di dalam mengelola bisnis apapun itu, termasuk bisnis kepariwisataan. ‘’Virus telah merubah daya persuasi sehingga membuat kita pelaku usaha harus peka mengendalikan situasi dalam membuat market driven,’’ ujar Pengamat Kepariwisataan Riau Mas Yono kepada Riau Pos, Jumat (4/3) di Taman Rekreasi Alam Mayang. Pengamatannya ini dituangkannya dalam catatan pinggir kepariwistaan bagian ketiga.

Kita ketahui bersama bahwa rasa takut telah menjadi modal bagi pertahanan yang efektif karena menimbulkan sikap teliti hati hati dan kuat.  

Disebutkannya, saat ini sumber-sumber kehidupan telah mengalami banyak polarisasi, dimana produksi telah mengalami banyak diferensiasi dan konsumsi telah menimbulkan banyak warna yang oleh Joseph Pine dan Gilmore di istilahkan sebagai customization, yang mana mengharuskan para pelaku pariwisata menyikapi hal ini sebagai pemberdayaan produk dengan menyajikan kekuatan ruh atau soul yang menjawab kebutuhan mengapa produk mesti ada, urainya.

Konsep yang harus didudukkan pertama kali dalam membuat produk adalah bahwa produk pariwisata itu bukan hanya berupa produk fisik. Alasannya karena proses penikmatan produk pariwisata itu bersifat imajiner, sehingga mudah ditiru diubah atau dikemas, Oleh karenanya diperlukan penguasaan yang kuat terhadap produk.

Baca Juga:  TV Pintar Realme, Harganya Cuma Rp2 Jutaan

Dalam situasi yang serba terpolarisasi, terdeferensiasi, tercustomize maka hal yang harus dipegang pelaku bisnis adalah bagaimana karakter produk itu tetap memiliki platform yang jelas atau memiliki ciri yang berbeda dan dapat dibedakan dengan produk lain.

Ini menjadi penting karena inilah dasar utama sebuah bisnis, sebuah produk. Kita sebagai para pelaku kepariwisataan jangan terpancing dengan faktor penunjang yang cenderung menjadikan atribut sebagai master, meskipun kita perlu menggunakan atribut yang berbeda.

Apa yang diwariskan melalui atribut itu sejatinya adalah nilai. Dan ini penting karena dalam proses penikmatan yang imajiner maka nilai itulah yang  seharusnya selalu mengalami regenerasi, untuk dikembangkan sebagai sebuah model, dimana kemasannya  sebagai mood harus mampu menciptakan daya ungkit dan daya tarik.

Saya mengistilahkan ini adalah sebagai sebuah happy point, dimana ini adalah titik seorang menyukai sesuatu. Dan dengan titik itulah kita para pelaku usaha dapat mengukur, dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan daripada konsumen atau wisatawan.

Happy point itu lebih mengarah kepada kemungkinan kemampuan seseorang untuk retensi atau untuk mengulang kembali. Oleh karenanya eksplorasi terhadap happy point itu menjadi syarat utama bagi para pelaku usaha khususnya dibidang kepariwisataan untuk mengembangkan produknya.

Baca Juga:  Selama Mal Tutup 12-14 Mei di Pekanbaru, Ini Tenant yang Tetap Buka

Didalam pengembangan produk kepariwisataan yang harus diperhatikan berikutnya setelah kita mengetahui tentang happy point adalah bagaimana cara kita menemukan formulasi nilai. Ini penting karena dengan happy point  memiliki data tentang nilai produk kita, maka tidak akan ada yang akan sama sehingga setiap usaha itu akan memiliki karakter produk bukan hanya kategori usahanya saja.

Dengan inilah proses customize itu berjalan sehingga pelaku usaha selalu mendapatkan konsumennya dan para wisatawan mendapatkan kebutuhannya. Inilah yang dapat dikatakan sebagai kemampuan pelaku usaha mendiferen market.

Hal yang terpenting didalam memposisikan titik happy point dari sebuah karakter produk adalah kejelian dalam menemukan kekuatan inti daripada produk atau menemukan nilai dasar. Boleh saja Itu tidak selalu ada secara fisik hadir didalam lingkungan, tetapi ada di dalam fikiran imajinasi orang tentang kita.

Di situlah kata kunci daripada happy point. Pepatah yang harus diperhatikan bersama adalah jika setiap masa ada tuntutannya, ada gayanya, maka jangan  terjebak dalam masa itu agar bisnis tetap jalan.(nto/c)

 

Memasuki tahun ketiga pendemi ini telah memberi banyak pelajaran kepada para pelaku usaha tentang perlunya kelincahan di dalam mengelola bisnis apapun itu, termasuk bisnis kepariwisataan. ‘’Virus telah merubah daya persuasi sehingga membuat kita pelaku usaha harus peka mengendalikan situasi dalam membuat market driven,’’ ujar Pengamat Kepariwisataan Riau Mas Yono kepada Riau Pos, Jumat (4/3) di Taman Rekreasi Alam Mayang. Pengamatannya ini dituangkannya dalam catatan pinggir kepariwistaan bagian ketiga.

Kita ketahui bersama bahwa rasa takut telah menjadi modal bagi pertahanan yang efektif karena menimbulkan sikap teliti hati hati dan kuat.  

- Advertisement -

Disebutkannya, saat ini sumber-sumber kehidupan telah mengalami banyak polarisasi, dimana produksi telah mengalami banyak diferensiasi dan konsumsi telah menimbulkan banyak warna yang oleh Joseph Pine dan Gilmore di istilahkan sebagai customization, yang mana mengharuskan para pelaku pariwisata menyikapi hal ini sebagai pemberdayaan produk dengan menyajikan kekuatan ruh atau soul yang menjawab kebutuhan mengapa produk mesti ada, urainya.

Konsep yang harus didudukkan pertama kali dalam membuat produk adalah bahwa produk pariwisata itu bukan hanya berupa produk fisik. Alasannya karena proses penikmatan produk pariwisata itu bersifat imajiner, sehingga mudah ditiru diubah atau dikemas, Oleh karenanya diperlukan penguasaan yang kuat terhadap produk.

- Advertisement -
Baca Juga:  Telkomsel Kantongi SKLO Jaringan 5G

Dalam situasi yang serba terpolarisasi, terdeferensiasi, tercustomize maka hal yang harus dipegang pelaku bisnis adalah bagaimana karakter produk itu tetap memiliki platform yang jelas atau memiliki ciri yang berbeda dan dapat dibedakan dengan produk lain.

Ini menjadi penting karena inilah dasar utama sebuah bisnis, sebuah produk. Kita sebagai para pelaku kepariwisataan jangan terpancing dengan faktor penunjang yang cenderung menjadikan atribut sebagai master, meskipun kita perlu menggunakan atribut yang berbeda.

Apa yang diwariskan melalui atribut itu sejatinya adalah nilai. Dan ini penting karena dalam proses penikmatan yang imajiner maka nilai itulah yang  seharusnya selalu mengalami regenerasi, untuk dikembangkan sebagai sebuah model, dimana kemasannya  sebagai mood harus mampu menciptakan daya ungkit dan daya tarik.

Saya mengistilahkan ini adalah sebagai sebuah happy point, dimana ini adalah titik seorang menyukai sesuatu. Dan dengan titik itulah kita para pelaku usaha dapat mengukur, dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan daripada konsumen atau wisatawan.

Happy point itu lebih mengarah kepada kemungkinan kemampuan seseorang untuk retensi atau untuk mengulang kembali. Oleh karenanya eksplorasi terhadap happy point itu menjadi syarat utama bagi para pelaku usaha khususnya dibidang kepariwisataan untuk mengembangkan produknya.

Baca Juga:  Max Fashions Resmikan Store di Pekanbaru

Didalam pengembangan produk kepariwisataan yang harus diperhatikan berikutnya setelah kita mengetahui tentang happy point adalah bagaimana cara kita menemukan formulasi nilai. Ini penting karena dengan happy point  memiliki data tentang nilai produk kita, maka tidak akan ada yang akan sama sehingga setiap usaha itu akan memiliki karakter produk bukan hanya kategori usahanya saja.

Dengan inilah proses customize itu berjalan sehingga pelaku usaha selalu mendapatkan konsumennya dan para wisatawan mendapatkan kebutuhannya. Inilah yang dapat dikatakan sebagai kemampuan pelaku usaha mendiferen market.

Hal yang terpenting didalam memposisikan titik happy point dari sebuah karakter produk adalah kejelian dalam menemukan kekuatan inti daripada produk atau menemukan nilai dasar. Boleh saja Itu tidak selalu ada secara fisik hadir didalam lingkungan, tetapi ada di dalam fikiran imajinasi orang tentang kita.

Di situlah kata kunci daripada happy point. Pepatah yang harus diperhatikan bersama adalah jika setiap masa ada tuntutannya, ada gayanya, maka jangan  terjebak dalam masa itu agar bisnis tetap jalan.(nto/c)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari