Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Dukung Perekonomian Petani Muara Kelantan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dalam rangka membantu petani Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau Siak  maka Bank Indonesia (BI) memberikan bantuan bangunan lantai jemur dan pelatihan terkait program teknologi mikroba Alfaafa yang memfermentasikan kotoran sapi menjadi pupuk.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Direktur BI Kpw Riau Teguh Setiadi. Dalam sambutannya ia mengatakan beras adalah salah satu komoditi yang memengaruhi inflasi di Riau. Sehingga sudah menjadi tugas BI untuk dapat mengendalikan inflasi salah satu caranya dengan meningkatkan produktivitas beras.

"Harga di pasaran itu seperti roller coaster, kadang tinggi kadang rendah. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan komoditas. Karena rendahnya produktivitas dan adanya gagal panen," katanya, Senin (3/2).

Baca Juga:  Di Sentra Mobil Bekas, Harga Pajero Sport Tetap Tinggi

Dalam agenda tersebut BI juga melakukan panen perdana demplot padi organik yang juga dihadiri oleh Bupati Siak Alfedri. Teguh menuturkan program demplot organik dengan penerapan teknologi mikroba Alfaafa, produksi padi petani di desa ini mengalami peningkatan hingga 18 kali lipat dibandingkan produksi biasanya.

"Kami berulangkali  mendapatkan angka 9 ton per hektare. Mudah-mudahan ini menjadi motivasi untuk mengaplikasikan teknologi pertanian organik di Kabupaten Siak. Bukan tidak mungkin Riau suatu saat nanti bisa mengekspor beras," ungkap Teguh.

Selain itu, Teguh berharap Desa Muara Kelantan dapat menjadi percontohan untuk desa-desa lainnya di Riau. Ke depannya, Teguh mengatakan pihaknya akan terus melakukan pendampingan.  "Seiring kemajuan digital, kami juga akan kenalkan strategi pemasaran dan produksi," ujar Teguh.

Baca Juga:  Cegah Rem Tidak Berfungsi saat Hujan

Sementara itu, Tenaga Ahli Sektor Riil Bank Indonesia, Nugroho Widiasmadi menjelaskan, penerapan Teknologi Mikroba Alfaafa  dapat mendongkrak produksi padi hingga 18 kali lipat dibandingkan produksi padi di sawah biasa. Hitungannya, biaya produksinya bisa ditekan hingga 70 persen dengan kenaikan produksi hingga 18 kali lipat. Sehingga  bisa menekan biaya produksi.(a)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dalam rangka membantu petani Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau Siak  maka Bank Indonesia (BI) memberikan bantuan bangunan lantai jemur dan pelatihan terkait program teknologi mikroba Alfaafa yang memfermentasikan kotoran sapi menjadi pupuk.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Direktur BI Kpw Riau Teguh Setiadi. Dalam sambutannya ia mengatakan beras adalah salah satu komoditi yang memengaruhi inflasi di Riau. Sehingga sudah menjadi tugas BI untuk dapat mengendalikan inflasi salah satu caranya dengan meningkatkan produktivitas beras.

- Advertisement -

"Harga di pasaran itu seperti roller coaster, kadang tinggi kadang rendah. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan komoditas. Karena rendahnya produktivitas dan adanya gagal panen," katanya, Senin (3/2).

Baca Juga:  Keren, Nissan X-Trail 2021 Resmi Diungkap

Dalam agenda tersebut BI juga melakukan panen perdana demplot padi organik yang juga dihadiri oleh Bupati Siak Alfedri. Teguh menuturkan program demplot organik dengan penerapan teknologi mikroba Alfaafa, produksi padi petani di desa ini mengalami peningkatan hingga 18 kali lipat dibandingkan produksi biasanya.

- Advertisement -

"Kami berulangkali  mendapatkan angka 9 ton per hektare. Mudah-mudahan ini menjadi motivasi untuk mengaplikasikan teknologi pertanian organik di Kabupaten Siak. Bukan tidak mungkin Riau suatu saat nanti bisa mengekspor beras," ungkap Teguh.

Selain itu, Teguh berharap Desa Muara Kelantan dapat menjadi percontohan untuk desa-desa lainnya di Riau. Ke depannya, Teguh mengatakan pihaknya akan terus melakukan pendampingan.  "Seiring kemajuan digital, kami juga akan kenalkan strategi pemasaran dan produksi," ujar Teguh.

Baca Juga:  INACA Minta Pemerintah Bikin Program ’Avtur Satu Harga’

Sementara itu, Tenaga Ahli Sektor Riil Bank Indonesia, Nugroho Widiasmadi menjelaskan, penerapan Teknologi Mikroba Alfaafa  dapat mendongkrak produksi padi hingga 18 kali lipat dibandingkan produksi padi di sawah biasa. Hitungannya, biaya produksinya bisa ditekan hingga 70 persen dengan kenaikan produksi hingga 18 kali lipat. Sehingga  bisa menekan biaya produksi.(a)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari