PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Perwakilan PT Astra Agro Lestari Tbk mendatangi redaksi Riau Pos di Graha Pena Riau, Rabu (25/9). Kedatangan rombongan disambut Direktur Riau Pos M Hapiz, Wapemred Firman Agus dan para redaktur pelaksana.
Turut hadir dalam kunjungan perdana itu, Humas PT Astra Agro Lestari Tbk Wawan Dinawan bersama perwakilan dari masing-masing kabupaten, yakni Community Development Officer (CDO) PT Kimia Tirta Utama dari Siak Aszrah Husnaini, CDO PT Sari Lembah Subur Pelalawan Setio Budi Utomo, CDO PT Tunggal Perkasa Plantation Indragiri Hulu Hadi Sukoco, CDO PT Sawit Asahan Indah Dede Putra, dan CDO PT Eka Dura Indonesia Hayatun Ridwan Rokan Hulu.
Pertemuan singkat itu berlangsung hangat membahas seputar perkembangan media massa saat ini hingga permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang banyak disangkut pautkan dengan perkebunan sawit. Juga dibincangkan peran media dalam menyampaikan informasi di era sekarang ini.
Riau Pos sebagai media cetak terbesar di Riau berupaya menyajikan informasi seakurat mungkin. “Dengan mengikuti perkembangan zaman, Riau Pos juga berinovasi dengan menyediakan informasi, tidak hanya dari koran. Tapi juga digital,” ujar M Hapiz, yang juga sebagai Pemimpin Redaksi Riau Pos.
Bahkan Hapiz mengatakan gempuran media sosial menyebabkan banyaknya berita bohong atau sering disebut hoax tersebar. Maka dari itu, koran menjadi satu-satunya gerbang informasi terakhir.
“Kalau koran sekali kena hoax, sudahlah. Itu yang kami jaga,” ujarnya.
Di sela-sela kunjungan, Wawan mengatakan selain silaturahmi menjaga hubungan yang erat dan berkesinambungan, juga memberikan klarifikasi mengenai banyaknya isu kelapa sawit dijadikan sasaran utama penyebab karhutla.
“Padahal di lapangan, teman-teman ikut membantu memadamkan api selama dua bulan ini. Rasanya tidak mungkin perusahaan sawit yang resmi berizin membakar lahannya sendiri. Bunuh diri namanya itu. Bisa bisa izin dicabut seketika,” tegasnya.
Selama ini, kata dia, pihaknya berupaya menjaga lingkungan. Selama terjadi kebakaran, permintaan dari pemerintah daerah setempat juga banyak datang karena tidak sanggup memadamkan api yang telah meluas dan sulit dipadamkan.
“Kami kirim bantuan, akomodasinya, peralatan, anggota diturunkan untuk bantu padamkan api. Permasalahannya sulit mencapai lokasi dan sumber air, jadi kesulitan memadamkan api,” sambungnya.
Berdasarkan pengalaman, dijelaskan Setio Budi Utomo selaku CDO PT Sari Lembah Subur Pelalawan, bahaya kebakaran bukan pada pertama kali terbakar. Akan tetapi pada kali kedua, itu yang sulit. “Pertama biasanya daun dan semak yang terbakar. Nah yang kedua, yang terbakar itu kayu. Semakin sulit dipadamkan, perlu effort. Makanya meski hujan, tetap waspada dan tetap siaga. Belajar dari pengalaman,” jelasnya.
Untuk bisa memadamkan 1,5 hektare lahan terbakar, memerlukan waktu hingga 12 jam dengan lebih 40 orang personel.(*1)