SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) – Pembangunan di bidang transportasi sangat penting karena pendukung pembangunan sektor lainnya dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kondisi saat ini, belum semua wilayah memiliki sarana transportasi yang layak. Salah satunya, di Desa Topang, Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Untuk menuju ke Selatpanjang sebagai ibu kota kabupaten, masyarakat lebih memilih menumpang kapal angkut kopra. Selain bisa gratis, penduduk setempat bisa memberikan ongkos semampu mereka.
Azan magrib terdengar sayup-sayup berkumandang di langit Desa Topang, Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti, Senin (8/4/2019). Di pelabuhan desa itu, air laut tampak tak berarus.
Seorang pemuda duduk bertengger di pinggir haluan kapal kayu bermuatan isi daging kelapa kering yang kerap disebut kopra. Baunya sedikit menyengat, ia tampak abai seperti sudah terbiasa.
Kapal itu menjadi salah satu transportasi pilihan warga desa untuk ke Selatpanjang. Ada kapal lain, tapi ongkosnya mahal. Nama pria itu, Khairul (25). Berprofesi sebagai operator SMP Negeri satu atap desa setempat. Di samping betis kirinya parkir carrier bag. Matanya tajam menyorot ketenangan air.
Ketika itu, dia mengaku sedang menunggu awak kapal bermuatan 35 GT tersebut menyalakan mesin. Ia berharap segera dibawa berlayar ke Selatpanjang. Desanya jauh dari pusat kabupaten. Untuk tiba ke Selatpanjang, kapal yang akan ia tumpangi harus berlayar delapan jam perjalanan.
"Lama Bang. Bisa delapan sampai sembilan jam perjalanan untuk tiba ke Selatpanjang. Kalau ongkos, sesanggup atau semampu kita aja. Berapa pun dikasih, mereka orang kapal ini tetap terima," ungkapnya.
Untuk akses transportasi dari desanya menuju pusat kabupaten masih sulit. Tidak ada alternatif selain mengarungi laut. Satu-satunya transportasi yang murah meriah, menggunakan kapal sama yang akan ia tumpangi ketika itu.
"Walaupun agak berbau, tapi murah meriah. Kebetulan besok ada kegiatan di Selatpanjang. Lagi pun uang sedang pas-pasan. Jadi mau tak maulah," ujarnya.
Selain kapal kopra, ada kapal feri dengan muatan maksimal 50 penumpang. Diungkapkannya, jika menggunakan kapal feri, perjalanan yang harus ditempuh hanya berkisar tiga jam untuk ke Selatpanjang.
Dengan penghasilan tidak lebih dari Rp300 ribu per bulan, membuat ia merasa keberatan merogoh uang sebesar Rp200 ribu untuk ongkos pulang pergi dirinya ke pusat kabupaten.
"Enaknya menggunakan feri, tapi uang tidak ada. Gaji saya kecil, untuk ongkos PP naik feri, habis satu bulan gaji saya," ungkapnya sambil bergurau.
Makanya, ia berharap besar atas peran dan perhatian dari pemerintah. Terutama dalam mengurai mahalnya tarif transportasi dari desanya ke Selatpanjang.
"Di desa saya ini warganya susah semua. Kebanyakan mata pencarian berkebun kelapa. Makanya saya minta pemerintah dapat menyediakan satu kapal untuk mempermudah akses transportasi kami," harapnya.
Banawa Nusantara III untuk Warga yang Terisolir
Untuk mengurai duka warga Kepulauan Meranti yang masih terisolir, Kementerian Perhubungan Rublik Indonesia telah menyalurkan satu Kapal Pelayaran Rakyat (Pelra). Kapal itu bernama KM Banawa Nusantara III, yang telah dilengkapi dengan ruangan very important person (VIP) ditambah fasilitas pendukung TV LED 30 inc, mesin pendingin udara, alat pemadam api. Sementara di ruang kemudi juga dilengkapi dengan GPS, radio, dan beberapa fasilitas pendukung lainnya.
Data yang diperoleh Riau Pos, setiap unit dari kapal tersebut pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran tidak kurang dari Rp2,5 milliar. Semula, kapal itu diserahkan langsung oleh Menteri Perhubungan Rublik Indonesia Budi Karya Sumadi kepada Wakil Bupati Kepulauan Meranti H Said Hasyim. Serah terima dilakukan di Terminal Penumpang Pelabuhan Soekarno- Hatta Makasar, Sulawesi Selatan, Kamis (19/4/2018) silam.
Setelah dijemput dan tiba di Selatpanjang, Sekda Yulian Norwis SE MM bersama jajarannya melakukan pengecekan dan uji coba. Beberapa bulan setelah dterima, Dishub Kabupaten Kepulan Meranti yang ditunjuk sebagai pengelola tampak masih bingung, dan belum memutuskan kapal tersebut akan digunakan untuk apa. Buktinya, kapal yang memiliki fasilitas lengkap itu akhirnya diparkirkan begitu saja di dermaga sandar sederhana di samping pelabuhan PT Pelindo.
Terbaliknya Kapal Bantuan yang Menjadi Beban
Setahun setelah Banawa Nusantara III tiba di Kepulauan Meranti, kapal berbahan kayu tersebut belum juga dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kondisi itu dibenarkan Yanto (32), pengelola Trestel Turap Pelabuhan Pelindo I Selatpanjang sebagai tempat bersandar Banawa Nusantara III. Dia orang diamanahkan dinas terkait untuk menjaga dan merawat kapal tersebut. Secara lisan kapal itu dititipkan kepadanya sejak diserahkan.
Namun sejak diserahkan, menurutnya, tidak seorangpun pihak dinas terkait datang melakukan perawatan, terlebih memberikan upah jaga seperti yang telah dijanjikan.
"Upah jaga belum pernah saya terima. Melihat kondisi kapal ini saja tidak pernah, apalagi melakukan perawatan. Isi peralatan banyak yang hilang, pompa airnya juga hilang. Seperti terbuang gitu bang," ujarnya, Senin (8/4/2019) siang.
Jika air penuh, ia kerap keteteran menguras air di perut Banawa. Jika tidak dikuras, menurutnya, Banawa akan tenggelam. Untuk menguras, tak jarang Yanto menyisihkan uang belanja rumah tangganya untuk menyewa mesin pompa air dan bahan bakar.
"Akibatnya, saya sering ribut dengan istri karena uang belanja rumah terpakai. Kalau tidak dikuras akan tenggelam. Kalau tenggelam susah kapal lain mau bongkar pasir di sini," ungkapnya. Untuk itu ia berharap dan meminta pihak dinas terkait agar menarik kembali kapal Banawa dari tempatnya tersebut.
Pihak dinas terkait membantah pernyataan Yanto. "Tidak benar itu. Tak mungkin saya bohong," ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Kepulauan Meranti Dr H Aready, SE, MSi.
Di sisi lain, Kades Topang Samsuharto ambil kesempatan untik mengurai duka warganya yang masih terisolir tersebab sulitnya akses transportasi. Menurutnya, saat ini ia sedang berupaya mengusulkan kepada Dinas Perhubungan dalam pemanfaatan kapal pelra yang diterima oleh Pemkab Kepulauan Meranti, melalui Kemenhub RI pertengahan 2018 lalu itu.
"Kami mau kapal itu kami yang kelola. Asas manfaatnya jelas. Kalau kami bisa kelola kapal itu maka banyak sekali kemudahan yang akan kami dapat," ujarnya.
Menurutnya, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa menglola kapal tersebut. Selain bermanfaat menjadi pendapatan desa, masyarakat juga akan terbantu dengan keberadaannya.
"Inikan hibah. Kalau jadi diberikan ke kami, maka kapal itu harus melalui banyak perombakan. Haluan kapal tidak bisa melihat jarak pandang yang dekat. Kapal ini kusus untuk laut lepas. Makanya harus dipotong haluannya, kalau tidak bisa menyulitkan awak kapal," tambahnya.
Menurut Sam, saat ini Kadishub Meranti sedang mengkaji aturannya. Dan harapan serta niat baiknya itu dapat diakomodir oleh Pemkab Kepulauan Meranti dengan benar, sehingga tidak bermasalah di kemudian hari.
Selang tak lama masuknya proses penyusunan aturan serah terima, keberadaan kapal tersebut makin mengkhawatirkan. Pasalnya, pada Kamis (22/8/2019) siang, kondisi kapal bantuan itu terbalik di lokasi semula. Dari pantauan, lambung kapal dipenuhi air asin. seluruh isi berantakan dan rusak.
"Kami sudah mencoba menghubungi Kades Topang untuk segera membawa kapal ini untuk dioperasionalkan. Namun hingga kini belum diambil," ungkap Kepala Dinas Perhubungan Meranti Dr Aready SE MSi saat dikonfirmasi.
Menurutnya, jika kapal tersebut tidak jadi dimanfaatkan Desa Topang, maka akan dialihkan ke Desa Bokor untuk menunjang pariwisata di sana. Sehingga tidak telantar terus.
"Kapal itu tenggelam akibat hujan lebat yang terjadi pekan lalu. Sehingga air masuk dan menenggelamkan kapal," ujarnya.
Bentuk lambung kapal yang lebih lancip, diyakini Aready menjadi penyebab mudahnya kapal tumbang ke samping dan tenggelam. "Kalau kapal-kapal yang ada disini lambungnya lebih lebar, sehingga tak terlalu goyang. Beda dengan Banawa," ujarnya.
Ia mengaku akan segera mengangkat kapal tersebut. Sehingga bisa segera dimanfaatkan. "Kita akan coba menggunakan drum bekas untuk mengangkat kapal. Setelah itu kita kuras air yang masuk ke dalam kapal," terangnya.
Sementara itu, salah seorang warga, Andi yang ditemui didekat KM Banawa Nusantara III bersandar menyebutkan, tenggelamnya kapal bantuan tersebut bukan karena gelombang, melainkan akibat banyaknya air masuk ke dalamnya. Sepengetahuan dia, kapal tersebut telah lama terbiarkan begitu saja, tanpa adanya perawatan dari instansi terkait yang dipercaya sebagai pengelola.
"Sudah hampir seminggu kapal ini tenggelam dan dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya untuk menyelamatkannya. Padahal, peralatannya masih utuh di dalam, seperti mesin induk, mesin listrik dan peralatan lainnya," ungkapnya.
Kades Topang Bersedia Selamatkan Bangkai Banawa
Di bagian lain, Kepala Desa Topang, Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti Syamsuharto mengaku bersedia menyelamatkan bangkai KM Banawa Nusantara III. Wacana itu tetap akan dilaksanakannya, walupun ia mengaku telah mengetahui kondisi terakhir kapal bantuan Kemenhub RI tersebut.
"Iya saya juga tahu kondisinya makin parah. Namun seperti apapun kondisinya, selagi masih efektif dan efesien tetap akan kita selamatkan. Mengingat warga desa kami sangat membutuhkan fasilitas transportasi umum," ungkapnya kepada Riau Pos, Jumat (23/8/2019).
Samsuharto juga mengaku rela menggelontorkan uang kantong pribadinya agar KM Banawa dapat berfungsi sebagaimana mestinya. "Tidak ada anggarannya di APBDes. Tapi tidak masalah, saya siap pakai uang kantong pribadi saya asal masyarakat kami tidak terisolir seperti saat ini," ungkapnya.
Memang beberapa bulan sebelum ini, Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Meranti telah merelakan KM Banawa III dioperasikan oleh Pemdes Topang. Namun karena masih ada persolan lain, serah terima dan penyusunam MoU kerap terkendala oleh ketersediaan waktu dari kedua belah pihak.
"Kemarin sudah mau kami serahkan, tapi Pak Kades sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mereka ada waktu, saya pulak yang dinas luar. Memang sulit, karena jarak tempuh yang jauh," ungkap Kadishub Kepualaun Meranti Aready.
Tapi ia menjelaskan, jika dirinya dan Pemdes Topang telah mengatur jadwal penyerahan. Rencananya dalam waktu dekat Pemdes Topang akan mengantar kapal itu masuk docking. Mesinnya juga akan di-overhaul.
Menurut Areadi, semua biaya perawatan dan biaya operasional seluruhnya akan ditanggung oleh pemerintah desan selama dioperasikan oleh Pemdes Topang.
Laporan: Wira Saputra (Selatpanjang)