Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Warga AS Turun ke Jalan karena Politikus Diam

WASHINGTON DC (RIAUPOS.CO) – ’’Lindungi Manusia, Bukan Senjata.’’ Tulisan tersebut terpampang pada salah satu poster yang dibawa demonstran di dekat Monumen Washington, Sabtu (11/6). Mereka adalah massa yang menuntut agar pemerintah mengambil tindakan tegas atas kekerasan beruntun yang melibatkan penembakan senjata api.

Massa mendesak Kongres menyetujui RUU kepemilikan senjata. Ribuan orang turun ke jalan di berbagai negara bagian. Aksi itu diorganisasi oleh kelompok March For Our Lives (MFOL). Itu adalah organisasi yang dibentuk oleh para penyintas penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School, Parkland, Florida, pada 2018.

Mereka merasa frustrasi karena pemerintah tidak kunjung mengambil tindakan tegas atas insiden penembakan massal yang terjadi. Dua penembakan terakhir, yaitu di Robb Elementary School, Uvalde, Texas, dan Tops Friendly Markets store, Buffalo, New York, membuat rasa frustrasi itu mencapai puncak. Dalam dua insiden tersebut, sebanyak 19 siswa, 2 guru, dan 10 warga kulit hitam telah kehilangan nyawanya.

’’Sudah cukup,’’ ujar salah seorang pembicara di Washington. Beberapa yang berpidato, antara lain, X Gonzalez yang merupakan penyintas penembakan di Parkland dan Yolanda King, cucu Martin Luther King Jr. Mereka menilai, dua kasus penembakan terakhir seharusnya membuat para politikus tergugah membuat perubahan, bukannya tinggal diam.

Baca Juga:  Jelang Batas Akhir, Pelaporan SPT Baru 53 Persen

Selain turun ke jalan, aktivis di Washington juga meletakkan lebih dari 45 ribu vas warna putih berisi buket bunga di National Mall. Masing-masing vas mewakili nyawa yang hilang akibat senjata api sepanjang 2020–2022. Aksi serupa terjadi di Los Angeles, Chicago, New York, dan area lainnya. Total ada lebih dari 450 unjuk rasa di penjuru AS.

’’Kami di sini ingin keadilan dan mendukung mereka yang berani menuntut UU senjata yang masuk akal,’’ tegas Garnell Whitfield kepada Agence France-Presse.

Ibunya adalah salah satu korban tewas dalam penembakan rasis di Buffalo, 14 Mei lalu. Kekerasan yang melibatkan senjata api merenggut ribuan nyawa di AS. Berdasar data dari Gun Violence Archive, tahun ini ada 19.300 orang yang tewas akibat senjata api. Separuhnya disebabkan bunuh diri, sisanya karena penembakan massal dan kejahatan lain.

Baca Juga:  KPK Duga Program Pelatihan Kartu Prakerja Berpotensi Rugikan Negara

MFOL dalam pernyataannya menegaskan bahwa para elite yang tidak mengambil tindakan apa pun sejatinya sama seperti membunuh penduduk AS.

’’Kami tidak akan lagi membiarkan Anda (politikus AS, red) duduk diam, sementara orang-orang terus mati,’’ ujar anggota dewan MFOL Trevon Bosley seperti dikutip BBC.

MFOL menyerukan adanya larangan pembelian senjata serbu, pemeriksaan latar belakang universal bagi calon pembeli senjata, dan sistem lisensi nasional.

Presiden AS Joe Biden mendukung aksi massa tersebut. Selama ini Partai Demokrat getol mengusung RUU aturan kepemilikan senjata yang lebih ketat. Upaya mereka masih terganjal oleh para politikus Republik.

Biden menegaskan bahwa aturan kepemilikan senjata tidak hanya didukung oleh MFOL, tapi juga mayoritas warga AS dan para pemilik senjata api.

’’Saya bergabung bersama mereka (demonstran, red) dengan mengulangi seruan saya ke Kongres: lakukan sesuatu,’’ cuit Biden.(sha/c6/bay/jpg)

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

WASHINGTON DC (RIAUPOS.CO) – ’’Lindungi Manusia, Bukan Senjata.’’ Tulisan tersebut terpampang pada salah satu poster yang dibawa demonstran di dekat Monumen Washington, Sabtu (11/6). Mereka adalah massa yang menuntut agar pemerintah mengambil tindakan tegas atas kekerasan beruntun yang melibatkan penembakan senjata api.

Massa mendesak Kongres menyetujui RUU kepemilikan senjata. Ribuan orang turun ke jalan di berbagai negara bagian. Aksi itu diorganisasi oleh kelompok March For Our Lives (MFOL). Itu adalah organisasi yang dibentuk oleh para penyintas penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School, Parkland, Florida, pada 2018.

- Advertisement -

Mereka merasa frustrasi karena pemerintah tidak kunjung mengambil tindakan tegas atas insiden penembakan massal yang terjadi. Dua penembakan terakhir, yaitu di Robb Elementary School, Uvalde, Texas, dan Tops Friendly Markets store, Buffalo, New York, membuat rasa frustrasi itu mencapai puncak. Dalam dua insiden tersebut, sebanyak 19 siswa, 2 guru, dan 10 warga kulit hitam telah kehilangan nyawanya.

’’Sudah cukup,’’ ujar salah seorang pembicara di Washington. Beberapa yang berpidato, antara lain, X Gonzalez yang merupakan penyintas penembakan di Parkland dan Yolanda King, cucu Martin Luther King Jr. Mereka menilai, dua kasus penembakan terakhir seharusnya membuat para politikus tergugah membuat perubahan, bukannya tinggal diam.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bertemu Ketua DPD RI, PWI Usulkan Sinergi Penguatan Peran DPD RI

Selain turun ke jalan, aktivis di Washington juga meletakkan lebih dari 45 ribu vas warna putih berisi buket bunga di National Mall. Masing-masing vas mewakili nyawa yang hilang akibat senjata api sepanjang 2020–2022. Aksi serupa terjadi di Los Angeles, Chicago, New York, dan area lainnya. Total ada lebih dari 450 unjuk rasa di penjuru AS.

’’Kami di sini ingin keadilan dan mendukung mereka yang berani menuntut UU senjata yang masuk akal,’’ tegas Garnell Whitfield kepada Agence France-Presse.

Ibunya adalah salah satu korban tewas dalam penembakan rasis di Buffalo, 14 Mei lalu. Kekerasan yang melibatkan senjata api merenggut ribuan nyawa di AS. Berdasar data dari Gun Violence Archive, tahun ini ada 19.300 orang yang tewas akibat senjata api. Separuhnya disebabkan bunuh diri, sisanya karena penembakan massal dan kejahatan lain.

Baca Juga:  99 Persen Masyarakat di Jawa Miliki Kekebalan

MFOL dalam pernyataannya menegaskan bahwa para elite yang tidak mengambil tindakan apa pun sejatinya sama seperti membunuh penduduk AS.

’’Kami tidak akan lagi membiarkan Anda (politikus AS, red) duduk diam, sementara orang-orang terus mati,’’ ujar anggota dewan MFOL Trevon Bosley seperti dikutip BBC.

MFOL menyerukan adanya larangan pembelian senjata serbu, pemeriksaan latar belakang universal bagi calon pembeli senjata, dan sistem lisensi nasional.

Presiden AS Joe Biden mendukung aksi massa tersebut. Selama ini Partai Demokrat getol mengusung RUU aturan kepemilikan senjata yang lebih ketat. Upaya mereka masih terganjal oleh para politikus Republik.

Biden menegaskan bahwa aturan kepemilikan senjata tidak hanya didukung oleh MFOL, tapi juga mayoritas warga AS dan para pemilik senjata api.

’’Saya bergabung bersama mereka (demonstran, red) dengan mengulangi seruan saya ke Kongres: lakukan sesuatu,’’ cuit Biden.(sha/c6/bay/jpg)

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari