Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Waspadai Cacar Monyet

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) merilis jumlah kasus cacar monyet atau monkey pox sebanyak 219 kasus. Meski belum ada di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tetap waspada.

Juru Bicara Kementerian Kese­hatan dr Mohammad Syahril SpP  melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia. Dia menyatakan, masyarakat bisa mengetahui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkey pox dapat diunduh melalui https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.

Syahril menjelaskan, Kemenkes juga menyiapkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit (RS). "Revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet pun dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari WHO, khususnya mengenai surveilans, tatalaksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium," ujarnya.

Penularan penyakit ini melalui kontak erat dengan hewan atau manusia yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi virus. "Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan," katanya.

Baca Juga:  KPU Dicap Gagal Beri Jawaban tentang Status Ma’ruf Amin di BUMN

Masa inkubasi cacar monyet biasanya enam sampai 16 hari. Tetapi bisa juga lima sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada tiga hari pertama yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.

Pada fase erupsi atau fase paling infeksius, yakni terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras lalu rontok. "Biasanya diperlukan waktu hingga tiga pekan sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok," ucap Syahril.

Baca Juga:  Kelas Online

Upaya pencegahan untuk masyarakat, dia mengimbau jika mengalami gejala demam dan ruam harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Masyarakat diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

"WHO menetapkan cacar monyet saat ini menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis," katanya.

Lebih lanjut dia menuturkan, vaksin cacar efektif untuk menjaga imunitas tubuh dari penyakit ini. Efektivitasnya sampai 85 persen. Namun, menurut Syahril Indonesia akan menunggu rekomendasi WHO apakah melakukan vaksinasi dengan vaksin cacar atau tidak.(lyn/jpg)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) merilis jumlah kasus cacar monyet atau monkey pox sebanyak 219 kasus. Meski belum ada di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tetap waspada.

Juru Bicara Kementerian Kese­hatan dr Mohammad Syahril SpP  melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia. Dia menyatakan, masyarakat bisa mengetahui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkey pox dapat diunduh melalui https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.

- Advertisement -

Syahril menjelaskan, Kemenkes juga menyiapkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit (RS). "Revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet pun dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari WHO, khususnya mengenai surveilans, tatalaksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium," ujarnya.

Penularan penyakit ini melalui kontak erat dengan hewan atau manusia yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi virus. "Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan," katanya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Petani Sengkemang Terima Bantuan Perusahaan

Masa inkubasi cacar monyet biasanya enam sampai 16 hari. Tetapi bisa juga lima sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada tiga hari pertama yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.

Pada fase erupsi atau fase paling infeksius, yakni terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras lalu rontok. "Biasanya diperlukan waktu hingga tiga pekan sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok," ucap Syahril.

Baca Juga:  Habib Rizieq dan Hanif Alatas Kompak Tak Datang

Upaya pencegahan untuk masyarakat, dia mengimbau jika mengalami gejala demam dan ruam harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Masyarakat diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

"WHO menetapkan cacar monyet saat ini menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis," katanya.

Lebih lanjut dia menuturkan, vaksin cacar efektif untuk menjaga imunitas tubuh dari penyakit ini. Efektivitasnya sampai 85 persen. Namun, menurut Syahril Indonesia akan menunggu rekomendasi WHO apakah melakukan vaksinasi dengan vaksin cacar atau tidak.(lyn/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari