PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Terhitung 22 Mei 2022, pasangan Firdaus-Ayat Cahyadi tak lagi memimpin roda pemerintahan Kota Pekanbaru sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Selama dua periode atau sepuluh tahun memimpin Kota Pekanbaru, Firdaus mengaku hal tersulit dan terberat yang ia rasakan adalah mengubah pola pikir masyarakat.
Selain keberhasilan, Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT mengakui banyak juga target yang belum tercapai selama dirinya dan Wakil Wali Kota (Wawako) Pekanbaru H Ayat Cahyadi SSi dua periode memimpin Kota Pekanbaru. Salah satunya, mengubah pola pikir masyarakat.
Disampaikan Firdaus, Rabu (18/5), hal yang masih rendah dicapai selama masa jabatannya adalah mengajak masyarakat kota untuk berubah. Masyarakat Madani yang menjadi tujuan, kata dia berlandaskan revolusi mental.
Karena ini pula dia membawa visi Metropolitan Madani di periode pertama dan periode kedua Smart City Madani. "Madani ini adalah level masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat yang berkualitas, masyarakat yang punya daya saing tinggi, apa indikatornya, apa contohnya, apa yang bisa dilihat, satu saja, disiplin," kata dia.
Dia melanjutkan, masyarakat Madani itu adalah masyarakat yang disiplin. Indikator kedua adalah masyarakat yang Madani itu masyarakat yang bersih. Bersih pikirannya, bersih penglihatannya, bersih pendengarannya, bersih ucapannya melalui mulut dan lidahnya, serta bersih hatinya.
"Nah, kami menggambarkan masyarakat Madani ini seperti apa, komunitas antara sesama warga baik, kedua dengan lingkungannya juga baik, ini yang paling berat. Menanamkan cinta lingkungan, membangun, menjaga dan memelihara lingkungan, ini yang paling berat," paparnya.
Disebutnya, dari Orde Baru, untuk memotivasi masyarakat dan kepala daerah untuk peduli kepada lingkungan, maka dibuatlah salah satunya itu penghargaan Adipura. Zaman itu, sampai zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), penilaian Adipura, ditentukan mana lokasi yang akan dinilai.
Kemudian di zaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode pertama, kepala daerah dan masyarakat dituntut untuk berpartisipasi. Zaman Jokowi juga, penilaian Adipura secara acak dan tidak ditentukan lokasi mana yang akan dinilai.
Firdaus juga bercerita saat mendampingi staf khusus wakil presiden menanyakan mengapa Pekanbaru tidak mendapatkan piala Adipura. Jawabannya partisipasi masyarakat kurang.
"Tantangan yang paling berat untuk mendapatkan keberhasilan adalah membangun masyarakat Madani," ujarnya.(yls)
Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru