KIEV (RIAUPOS.CO) – Luhansk hampir jatuh ke tangan Rusia. Gubernur Luhansk Serhiy Haidai, Rabu (20/4) malam mengungkapkan bahwa pasukan Kremlin sudah menguasai sekitar 80 persen wilayah tersebut. Meski begitu, tentara Ukraina masih bertahan.
"Pengeboman begitu intensif sehingga penduduk tidak bisa meninggalkan selter bom," ujar Haidai seperti dikutip Al Jazeera. Rusia sebelumnya sudah menguasai Kreminna. Kini Kota Rubizhne dan Popasna di Luhansk menjadi target.
Wilayah Donbas yang kini diserang Rusia terdiri atas Donetsk dan Luhansk. Di dua wilayah tersebut bercokol pemberontak pro-Rusia yang menyatakan diri merdeka. Pemberontak itu telah berperang dengan tentara Ukraina selama delapan tahun terakhir. Hanya Moskow yang mengakui kemerdekaan mereka. Sebelum invasi dimulai, pemberontak Ukraina pro-Rusia sudah mengontrol 60 persen wilayah Luhansk.
Menguasai Donbas bakal menjadi trofi kemenangan bagi Rusia setelah berperang habis-habisan selama hampir dua bulan. Wilayah yang mayoritas dihuni penduduk Ukraina berbahasa Rusia itu kaya akan tambang batu bara, pusat pabrik baja, dan pabrik peralatan berat.
Haidai menegaskan bahwa perang masih berlangsung dan situasi bisa berubah kapan pun. Dia mengklaim pasukan Ukraina berhasil menembak mati banyak tentara Rusia. Itu menyebabkan rumah sakit dan pemakaman di wilayah yang dikuasai Kremlin menjadi kewalahan.
Rusia juga mengambil alih Kota Mariupol. Di kota pelabuhan tersebut, hampir semuanya sudah dikuasai kecuali satu tempat, pabrik baja Azovstal. Awalnya, pasukan Negeri Beruang Merah itu diminta menyerang pabrik tersebut. Namun, keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin berubah. Dia meminta agar pabrik tersebut dikepung saja.
Keputusan tersebut diambil setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memberi tahu bahwa di Azovstal ada ribuan tentara Ukraina. Luas Azovstal lebih dari 10 kilometer persegi, memiliki banyak terowongan serta bengkel. Menyerang langsung dianggap bukan cara yang bijak. Shoigu memperkirakan butuh beberapa hari lagi sebelum pabrik tersebut bisa dikuasai.
Ukraina berhasil mengevakuasi sebagian penduduk Mariupol pada Rabu dengan menggunakan empat bus via koridor kemanusiaan yang disetujui Rusia. Masih ada ribuan warga sipil lainnya yang tertinggal. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan siap berdialog tanpa syarat dengan Rusia terkait Mariupol. Dia bahkan siap menukar tentara Rusia yang kini ditahan oleh Ukraina demi pembebasan penduduk Mariupol. "Kami siap untuk format pertukaran apa pun demi rakyat kami, baik militer maupun sipil," tegas Zelensky.(sha/c6/bay/jrr)
Laporan JPG, Jakarta