Kamis, 19 September 2024

Perempuan, Demi Ekosistem Perfilman yang Lebih Baik

Perempuan: Citra, Karya, dan Karsa. Demikian tema yang FFI usung tahun ini. Peran perempuan yang kian kentara dalam industri film tanah air, mau tak mau, memaksa FFI mengarahkan sorot lampunya ke sana.

CUT Mini, Marsha Timothy, Prilly Latuconsina, dan Shenina Cinnamon. Empat pelakon berparas cantik itu adalah wajah FFI 2022. Dalam jumpa pers daring Rabu (30/3), Ketua Komite FFI 2021–2023 Reza Rahadian memperkenalkan keempatnya sebagai duta FFI. Melengkapi pesona perempuan dalam industri film Indonesia, FFI menjadikan Miss Roekiah sebagai ikon.

Miss Roekiah adalah seniman yang mengawali kariernya dari musik keroncong pada sekitar 1924. Dia lebih dulu dikenal sebagai penyanyi sebelum berkiprah di dunia seni peran. Baik di panggung pertunjukan maupun layar lebar. Dalam bukunya A to Z About Indonesian Film, Ekky Imanjaya menyebut Miss Roekiah sebagai aktris serbabisa berdarah Sunda-Belitung.

- Advertisement -

Bersamaan dengan diangkatnya tema peran kaum hawa oleh FFI, para sineas dan aktris perempuan sedang lantang menuntut perbaikan ekosistem perfilman. Mereka mendesak terciptanya ruang aman dalam industri perfilman nasional. Sejak awal Februari, tagar #BerpihakPadaKorban dan #RuangAmanSinema wara-wiri di akun media sosial (medsos) para selebriti.

Marsha awas terhadap isu tersebut. Menurut dia, ekosistem film seharusnya adalah ruang aman bagi semua yang ada di dalamnya, baik perempuan maupun laki-laki. Ruang aman, bagi dia, ibarat sahabat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Telkomsel Meet the Cast Bersama Pemain Film "Merindu Cahaya de Amstel"

’’Kita bisa didengar, mendapat ketenangan, dan merasa diterima. Lalu, memberikan bantuan jika memang diperlukan dan dibawa ke arah sana,’’ urainya.

Bintang utama Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak itu menegaskan bahwa ruang aman seharusnya tercipta di mana saja, tidak hanya di bidang perfilman. Namun, menurut Marsha, para sineas perempuan punya privilege. Lewat karya, mereka bisa menjadi pelantang bagi banyak perempuan lain yang suaranya terlalu lirih untuk didengar.

Prilly punya pendapat yang sama. Perempuan dan sinema, menurut dia, punya hubungan yang sangat lekat. Bahkan nyaris tak terpisahkan.

’’Perempuan perlu ada di perfilman. Karena karya perempuan itulah yang bisa menyerukan suara sesamanya. Seperti Yuni atau cerita Sur di Penyalin Cahaya,” papar aktris yang kini juga menjajal penyutradaraan itu.

Cut Mini, duta yang paling lama nyemplung dalam dunia akting, sangat berharap bahwa ragam kisah keresahan perempuan itu tidak hanya berhenti pada level memikat penonton karena produk yang bagus. Tapi, seharusnya bisa menggerakkan masyarakat untuk menciptakan perubahan yang positif.

Baca Juga:  Bangkit setelah Dipecat Jadi Co-host

’’Bisa dibilang, yang kami lakukan ini adalah gimana mengangkat isu tersebut dan mengajak masyarakat menghentikannya agar tidak berlangsung lebih jauh,” paparnya.

Shenina menambahkan bahwa dalam industri film, perempuan memegang peran kunci. Aktris yang mengambil studi perfilman sejak bangku SMK itu menegaskan, perempuan bukan sekadar pemanis dalam film dan industrinya.

Pemeran Sur dalam Penyalin Cahaya itu mengakui, secara kuantitas, jumlah laki-laki di industri film memang masih lebih besar. Tapi, itu tidak berarti bahwa perempuan tidak mampu. Perempuan mampu mengemban tugas-tugas yang tidak identik dengan gender mereka. Bukan hanya di tata rias atau tata busana.

Cut Mini mengamini pendapat itu. Sampai saat ini pun, dia menganggap bahwa perempuan masih sering dipandang sebelah mata. Pengakuan untuk kinerja mereka masih kerap disembunyikan di belakang rekan seprofesi yang berjenis kelamin pria.

’’Aktris-aktris jadul kita tuh udah bawa Indonesia ke mancanegara,” ujarnya.

Jika kemudian belakangan semakin banyak sineas perempuan yang mendapatkan pengakuan secara internasional, itu tidak terlepas dari track record para pendahulunya. Pengakuan-pengakuan tersebut membuat dia optimistis bahwa ekosistem perfilman yang lebih baik bisa terwujud.

 

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 

Perempuan: Citra, Karya, dan Karsa. Demikian tema yang FFI usung tahun ini. Peran perempuan yang kian kentara dalam industri film tanah air, mau tak mau, memaksa FFI mengarahkan sorot lampunya ke sana.

CUT Mini, Marsha Timothy, Prilly Latuconsina, dan Shenina Cinnamon. Empat pelakon berparas cantik itu adalah wajah FFI 2022. Dalam jumpa pers daring Rabu (30/3), Ketua Komite FFI 2021–2023 Reza Rahadian memperkenalkan keempatnya sebagai duta FFI. Melengkapi pesona perempuan dalam industri film Indonesia, FFI menjadikan Miss Roekiah sebagai ikon.

Miss Roekiah adalah seniman yang mengawali kariernya dari musik keroncong pada sekitar 1924. Dia lebih dulu dikenal sebagai penyanyi sebelum berkiprah di dunia seni peran. Baik di panggung pertunjukan maupun layar lebar. Dalam bukunya A to Z About Indonesian Film, Ekky Imanjaya menyebut Miss Roekiah sebagai aktris serbabisa berdarah Sunda-Belitung.

Bersamaan dengan diangkatnya tema peran kaum hawa oleh FFI, para sineas dan aktris perempuan sedang lantang menuntut perbaikan ekosistem perfilman. Mereka mendesak terciptanya ruang aman dalam industri perfilman nasional. Sejak awal Februari, tagar #BerpihakPadaKorban dan #RuangAmanSinema wara-wiri di akun media sosial (medsos) para selebriti.

Marsha awas terhadap isu tersebut. Menurut dia, ekosistem film seharusnya adalah ruang aman bagi semua yang ada di dalamnya, baik perempuan maupun laki-laki. Ruang aman, bagi dia, ibarat sahabat.

Baca Juga:  Gotabaya Rajapaksa, Akibatkan Sri Lanka Krisis, Diamuk Rakyat Sendiri

’’Kita bisa didengar, mendapat ketenangan, dan merasa diterima. Lalu, memberikan bantuan jika memang diperlukan dan dibawa ke arah sana,’’ urainya.

Bintang utama Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak itu menegaskan bahwa ruang aman seharusnya tercipta di mana saja, tidak hanya di bidang perfilman. Namun, menurut Marsha, para sineas perempuan punya privilege. Lewat karya, mereka bisa menjadi pelantang bagi banyak perempuan lain yang suaranya terlalu lirih untuk didengar.

Prilly punya pendapat yang sama. Perempuan dan sinema, menurut dia, punya hubungan yang sangat lekat. Bahkan nyaris tak terpisahkan.

’’Perempuan perlu ada di perfilman. Karena karya perempuan itulah yang bisa menyerukan suara sesamanya. Seperti Yuni atau cerita Sur di Penyalin Cahaya,” papar aktris yang kini juga menjajal penyutradaraan itu.

Cut Mini, duta yang paling lama nyemplung dalam dunia akting, sangat berharap bahwa ragam kisah keresahan perempuan itu tidak hanya berhenti pada level memikat penonton karena produk yang bagus. Tapi, seharusnya bisa menggerakkan masyarakat untuk menciptakan perubahan yang positif.

Baca Juga:  Telkomsel Meet the Cast Bersama Pemain Film "Merindu Cahaya de Amstel"

’’Bisa dibilang, yang kami lakukan ini adalah gimana mengangkat isu tersebut dan mengajak masyarakat menghentikannya agar tidak berlangsung lebih jauh,” paparnya.

Shenina menambahkan bahwa dalam industri film, perempuan memegang peran kunci. Aktris yang mengambil studi perfilman sejak bangku SMK itu menegaskan, perempuan bukan sekadar pemanis dalam film dan industrinya.

Pemeran Sur dalam Penyalin Cahaya itu mengakui, secara kuantitas, jumlah laki-laki di industri film memang masih lebih besar. Tapi, itu tidak berarti bahwa perempuan tidak mampu. Perempuan mampu mengemban tugas-tugas yang tidak identik dengan gender mereka. Bukan hanya di tata rias atau tata busana.

Cut Mini mengamini pendapat itu. Sampai saat ini pun, dia menganggap bahwa perempuan masih sering dipandang sebelah mata. Pengakuan untuk kinerja mereka masih kerap disembunyikan di belakang rekan seprofesi yang berjenis kelamin pria.

’’Aktris-aktris jadul kita tuh udah bawa Indonesia ke mancanegara,” ujarnya.

Jika kemudian belakangan semakin banyak sineas perempuan yang mendapatkan pengakuan secara internasional, itu tidak terlepas dari track record para pendahulunya. Pengakuan-pengakuan tersebut membuat dia optimistis bahwa ekosistem perfilman yang lebih baik bisa terwujud.

 

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari