JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pemilu dan belum pulihnya sektor properti membuat bisnis industri semen stagnan sepanjang paruh pertama 2019. Situasi pilpres di semester I 2019 mendorong investor memilih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan ekspansi. Di semester II-2019, pelaku industri semen optimistis permintaan akan naik dan bisa tumbuh 4-5 persen dibanding tahun 2018.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), produsen semen terbesar di Indonesia mengungkapkan penjualan sepanjang 7 bulan pertama 2019 diluar PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang baru saja diakuisisi Januari 2019 tercatat sebesar 13,49 juta ton. Sementara penjualan ekspor di luar SBI tercatat sebesar 1,88 juta ton.
Untuk penjualan PT SBI (dulu bernama PT Holcim Indonesia) hingga Juli 2019 tercatat sebesar 5,39 juta ton untuk penjualan di dalam negeri, sedangkan penjualan ekspor tercatat sebesar 240 ribu ton.
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Gresik, Sigit Wahono mengungkapkan keberhasilan perusahaan mengakuisisi PT SBI menopang kinerja bisnis Group Semen Indonesia secara keseluruhan.
“Kontibusi penjualan PT SBI tercatat sebesar 5,64 juta ton, atau setara dengan 26,51 persen dari total volume penjualan Group Semen Indonesia,”ujar Sigit dalam public expose di Jakarta, Rabu (21/8).
Kinerja keuangan Semen Indonesia Group sepanjang semester I 2019 tercatat sebesar Rp 16,35 triliun, tumbuh 22,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 13,31 triliun.
Masuknya PT SBI dalam Semen Indonesia Group diyakini akan memperkuat produsen semen terbesar di Indonesia ini ke depannya. Sejumlah strategi kini tengah dilakukan untuk menekan biaya penjualan sehingga lebih efisien.
Beberapa bentuk sinergi yang tengah ditempuh, diantaranya pengadaan batubara yang lebih terintegrasi pada level grup sehingga diperoleh harga yang lebih kompetitif, menata ulang jslur distribusi guna memaksimalkan margin sekaligus menekan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Sigit optimistis permintaan semen dalam semester II akan meningkat seiring dengan mulai bergeraknya proyek-proyek infrastruktur besar seperti yang terjadi ditahun-tahun lalu. “Semester I biasa memang lebih rendah, dan permintaan naik pada semester II,” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal