SIAK (RIAUPOS.CO) – Melimpahnya produk nanas di Kampung Penyengat, Sungai Apit, Kabupaten Siak membuat daerah ini dikenal sebagai sentra Nanas Mahkota Siak di Provinsi Riau. Namun sayangnya, tidak semua nanas yang bisa dijual ke pasaran. Sekitar 25 persen hasil panen para petani nanas masuk ke dalam kategori C atau berkualitas rendah dan sepi peminat.
"Dari segi rasa dan tampilan, sebenarnya nanas grade C ini tidak memiliki perbedaan dengan nanas grade A dan B, hanya dari segi ukuran saja yang memang lebih besar," tutur Siti Nurjanah, salah satu petani nanas Mahkota Siak Jumat (4/3), yang dijumpai di kebunnya.
Nurjanah menambahkan harga nanas grade C ini hanya Rp4.000 untuk 6-8 buah, sedangkan untuk nanas grade A dan B, harganya bisa mencapai Rp4.000 per buah.
"Nanas grade C ini sering berakhir menjadi makanan ternak atau kalau pun ada yang memborong untuk burung walet harganya jatuh sekali, daripada dibuang sayang, akhirnya kita jual seberapa orang mau beli saja," ujarnya lagi.
Berangkat dari keluhan petani nanas ini, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melalui program Community Development (CD) menggelar pelatihan diversifikasi produk olahan nanas menjadi nata de pina. Kegiatan ini menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Boemi Hijau Institute (BHI) sebagai mitra pelaksana pelatihan yang bekerja sama dengan pemerintah desa lewat Badan Usaha Milik Kampung (BUMKAMP) sebagai pelaksana program.
"Pelatihan diversifikasi produk olahan nanas ini sebagai bentuk skema kemitraan private public partnership dalam upaya memberdayakan masyarakat di Kampung Penyengat," kata Manajer NGO Relations RAPP, Khaerul Basyar.
Ia menjelaskan melalui upaya diversifikasi, masyarakat bisa mengembangkan olahan produk nanas nata de pina yang bernilai ekonomis tinggi sebagai usaha alternatif.
Penghulu Kampung Penyengat, Abok menyambut baik pelatihan diversifikasi produk turunan nanas yang diinisiasi oleh CD RAPP.
"Masyarakat sangat antusias mengikuti pelatihan ini, kami berharap program ini terus berlanjut dan benar-benar sukses menambah penghasilan masyarakat," ungkapnya.
CD RAPP Regional Coordinator Kabupaten Siak dan Kepulauan Meranti, Muslim mengatakan Kampung Penyengat tergabung dalam program Satu Desa Satu Produk Unggulan (One Village One Commodity/ OVOC) yang dikembangkan oleh RAPP. Para petani setempat didorong untuk membudidayakan nanas Ratu sejak tahun 2017. Program ini telah berhasil menjadikan Kampung Penyengat sebagai sentra
Penghasil nanas dan telah memasok kebutuhan pasar lokal di Riau maupun pasar di luar Riau ke pasar induk Kramat Jati di Jakarta Timur, Sumtera Barat, Medan dan Batam.
"Dari budidaya, kini kami berusaha mendorong Kampung Penyengat sebagai sentra nata de pina," ungkapnya.
Pelatihan pembuatan nata de pina berlangsung selama dua hari di Kampung Penyengat pada 1-2 Maret 2022. Sebanyak 12 orang peserta pelatihan yang merupakan petani perempuan tampak mengikuti pelatihan dengan khidmat.
Pelatihan akan berlangsung selama 4 bulan. Peserta yang terdiri dari para ibu rumah tangga ini dilatih mengolah nanas grade C menjadi produk nata de pina, mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi.
CD RAPP memfokuskan program pelatihan diversifikasi produk turunan nanas ini sebagai program pemberdayaan perempuan (women empowerment). Diharapkan pelatihan ini bisa mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) masyarakat lewat produk turunan nanas nata de pina dan sirup sebagai produk unggulannya.
"Sehingga ini bisa menjadi alternatif penghasilan tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga," pungkas Muslim.(rls/gem)