Saluran pencernaan memiliki peran penting dalam tubuh manusia. Didalam saluran pencernaan akan terjadi proses pemecahan partikel makanan yang kompleks. Baik secara mekanis maupun kimiawi, yang nantinya nutrisi dari makanan menjadi manfaat bagi tubuh. Namun oleh karena berbagai faktor, tumor dapat menyerang saluran pencernaan seperti usus.
Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung hingga anus. Usus terdiri dari dua bagian, yaitu usus kecil/halus dan usus besar. Usus kecil terdiri dari duodenum, yeyunum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri dari kolom menanjak (ascending), melintang (transversum), menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum.
Seluk beluk tumor
Tumor atau neoplasma merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk dari hasil proses pembelahan yang berlebihan dan tak terkordinasi. Neo artinya baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan. Jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel disekitarnya yang normal.
Tumor usus dibagi menjadi dua golongan besar yaitu jinak (benign) dan ganas (malignant) . Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini. Lebih lambat dan ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal karena memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel tumor dan sel normal. Sedangkan tumor ganas tumbuh cepat dan bias merusak jaringan sekitar serta dapat bermetastasis (berpindah jauh) ke organ lain.
Etiologi atau penyebab secara umum bahwa proses terbentuknya tumor berkaitan dengan tiga faktor utama, yaitu :
1. Genetik [keturunan]
Beberapa orang membawa bakat untuk tumor tertentu. Tentunya bakat saja tidak akan menjelma menjadi tumor jika tidak ada factor pemicu lainnya berupa karsinogen dan co-karsinogen.
2. Karsinogenik
Yang berperan antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet dan pewarna makanan), factor fisika (seperti radiasi), hormonal (seperti estrogen pada kanker payudara, testorteron pada kanker testis) dan virus (seperti human papilloma virus HPV pada kanker leher rahim).
3. Faktor co-karsinogen
Umumnya kejadian tumor terjadi seiring dengan pertambahan usia, pola hidup yang salah, merokok, alkohol, dan pola makan yang tidak sehat.
Tumor Jinak Usus
Tumor jinak pada usus dapat ditemukan baik diusus kecil dan usus besar. Secara klinis, hampir sebagian besar tumor jinak usus tidak ditemukan gejala yang khas asimtomatis dan sulit terdeteksi sehingga diperlukan beberapa pemeriksaan seperti endoskopi, radiologi, dan mikroskopik. Tidak ada predisposisi ras atau etnis yang ditemukan, serta tidak ada perbedaan signifikan angka kejadian terhadap pria dan wanita. Berdasarkan kelompok usia, rata-rata presentasi dilaporkan adalah antara dekade kelima dan keenam usia kehidupan.
Lebih dari separuh tumor jinak usus halus terdapat pada ileum, sedangkan sisanya di duodenum dan yeyunum. Manifestasi klinis pada tumor jinak usus halus tidak menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup dan memiliki gejala yang tidak khas sehingga diagnosis tumor jinak ini sering ditemukan akibat sebab lain. Seperti adanya suatu obstruksi usus, perforasi (bocor) usus atau perdarahan usus dengan massa tumor yang sudah besar. Pada usus besar, tumor jinak yang sering terjadi pada kolon dan rektum adalah berupa polip. Pada beberapa jenis polip memiliki sifat sebagai pre-malignancy, sehingga memiliki potensi berubah menjadi ganas.
Tumor Ganas Usus
Tumor ganas usus (kanker usus) merupakan penyebab ketiga tersering penyumbang kematian di Amerika Serikat setelah kanker prostat dan paru pada laki-laki, kemudian kanker payudara dan paru pada perempuan. Tumor ganas usus ini paling sering terjadi pada kolon dan rektum (kanker kolorektal).
Dilaporkan lebih dari 150 ribu kasus baru terjadi di Amerika Serikat, dan lebih dari 52 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya. Angka kematian ini telah meningkat selama 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, diagnosis dini melalui screening dapat sangat bermanfaat untuk menurunkan insidensi terjadinya kanker dan menurunkan angka kematian akibat kanker ini. Gejala yang terjadi pada kanker kolorektal ini biasanya dapat dikenali berdasarkan letak tumor.
Semakin dekat letak tumor dengan anus, maka gejala perubahan pola defekasi (sulit BAB) semakin jelas karena konsistensi fases yang makin mengeras dan sulit dikeluarkan akibat lumen usus menyempit karena tumor. Selain gejala di atas, tentunya pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung merupakan cara mendiagnosis seseorang menderita tumor kolorektal.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan berupa:
• Fecal Occult Blood Test [FOBT]
• Sigmoidoskopi fleksibel
• Barium enema
• Hydrocolonic sonography
• Kolonoskopi
Bagi seseorang yang mempunyai resiko tinggi seperti halnya memiliki riwayat kanker kolorektal atau polip adenomatous, serta adanya riwayat keluarga mengalami kanker kolorektal dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan. Dengan deteksi dini angka kematian (mortalitas) akibat kanker kolorektal dapat ditekan.***