PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – SISWA SMP di Pekanbaru yang terjangkit Covid-19 bertambah. Kali ini, adalah dua peserta didik di SMP Negeri 18. Akibatnya aktivis pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah tersebut dihentikan selama tiga hari.
Sebelumnya, Jumat (4/2) hingga Rabu (9/2), di SMP Negeri 1 sudah terlebih dahulu aktivitas PTM dihentikan. Itu karena satu orang siswa terdeteksi positif Covid-19. Di SMPN 18 sebagai kasus terbaru, tim dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melakukan penyemprotan disinfektan pada lingkungan sekolah. Mereka juga melakukan pelacakan kontak erat pasien positif atau tracing.
Dua peserta didik ini dilakukan tes swab setelah dinyatakan reaktif usai menjalani rapid tes antigen pada akhir pekan kemarin. "Awalnya hasil rapid antigen mereka reaktif. Kemudian dilakukan swab dan hasilnya positif," terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Ismardi Ilyas, Selasa (8/2).
Ismardi menyebut, Dinas Pendidikan bersama Dinas Kesehatan melakukan rapid antigen secara acak terhadap sekolah yang melakukan PTM. Rapid antigen acak dilakukan setiap akhir pekan guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Pascaditemukannya konfirmasi kasus positif di lingkungan sekolah, Ismardi menyebut akan melakukan evaluasi terhadap PTM. Ismardi menyerahkan sepenuhnya pada keputusan satgas. Karena untuk saat ini PTM SMP masih menerapkan PTM 100 persen, dan SD menerapkan PTM 50 persen.
"Tergantung hasil evaluasi Satgas. Kita ikuti keputusan Satgas," terangnya.
Terhadap siswa yang terdeteksi positif Covid-19, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru telah melakukan pelacakan kontak erat. Mereka juga melakukan swab antigen bagi seluruh peserta didik dan pendidik.
Durasi PTM Belum Dikurangi
Dalam pada itu, meski ada tiga siswa positif Covid-19, Pemko Pekanbaru belum mengurangi durasi PTM yang saat ini berlaku. "Kejadian ini belum bisa menjadi tolok ukur kita mengurangi durasi kebijakan PTM penuh, namun tetap kita evaluasi penerapan PTM saat ini," ujar Wali Kota (Wako) Pekanbaru H Firdaus.
Menurut dia, tim kesehatan harus segera melakukan pemetaan terhadap kontak erat murid yang terkonfirmasi positif. Riwayat perjalanan keluarga siswa yang terkonfirmasi positif juga akan ditelusuri.
"Tim harus memastikan riwayat perjalanan keluarga pasien itu, apa memang ada yang keluar kota," imbuhnya.
Pemko Pekanbaru akan memberikan perhatian khusus pada sekolah yang siswanya ada terkonfirmasi positif Covid-19. Sekolah yang terdapat kasus terkonfirmasi positif Covid-19 bisa menghentikan sementara PTM penuh.
"Jadi kita tidak hentikan PTM di semua sekolah, tapi sekolah yang ada kasus saja," ujarnya.
Bertambah 160 Orang, Kasus Aktif Covid-19 Jadi 834 Orang
Pasien positif Covid-19 di Riau per Selasa (8/2) bertambah 160 orang. Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau Masrul Kasmy mengatakan, total orang yang terpapar Covid-19 di Riau mencapai 129.487 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 21 orang, sehingga total 124.548 orang yang sembuh," katanya.
Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau tetap 4.125 orang.
Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang menjalani perawatan di rumah sakit 63 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 771 orang.
"Sehingga saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Riau baik yang masih menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri sebanyak 834 orang," ujarnya.
Masrul juga mengatakan, hingga saat ini Pemerintah Provinsi Riau sudah mengirimkan 539 spesimen pasien positif Covid-19 yang dicurigai probable Omicron. Sampel tersebut dikirim ke Litbangkes Kemenkes di Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan WGS. Dari hasil pemeriksaan tersebut, nanti akan diketahui apakah sampel pasien tersebut terdapat virus Omicron atau tidak.
"Belum seluruh hasilnya keluar, sudah ada beberapa yang keluar, dan sejauh ini baru satu yang dinyatakan positif Omicron, namun yang bersangkutan sudah tidak berada di Riau karena merupakan warga dari luar provinsi," katanya.
Kasus Nasional Naik 2,5 Kali Lebih Cepat
Pemerintah mengumumkan bahwa pergerakan kasus pada gelombang ketiga infeksi Covid-19 kini lebih cepat dan kemungkinan besar bakal melebihi puncak kasus pada gelombang pertama (Januari-Februari 2021) dan gelombang kedua (Juli-Agustus 2021)
Meski demikian, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) dinyatakan masih dalam posisi terkendali. Sementara di sisi lain, pemerintah diingatkan agar tidak meremehkan efek dari Omicron.
Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa saat ini kasus nasional konsisten naik dan sudah melampaui puncak gelombang pertama. Pertumbuhan kasus mingguan pada gelombang pertama tercatat 88 ribu kasus. Sementara pada minggu lalu, pertumbuhan kasus minggu sudah lebih dari 170 ribu kasus.
"Jadi saat ini kondisinya sudah 2 kali lipat puncak gelombang pertama," kata Wiku, kemarin (8/2)
Kemudian jika dibandingkan dengan gelombang kedua (Delta), kondisi pergerakan kasus gelombang ketiga (Omicron) saat ini sudah setara dengan penambahan kasus pada akhir bulan Juni 2021 atau setengah dari puncak gelombang kedua.
Meski puncak gelombang kedua belum terlampaui. Kecepatan penambahan kasus pada gelombang ketiga lebih tinggi. Wiku menjelaskan, butuh waktu 8 minggu bagi gelombang delta untuk mencapai kondisi kasus yang setara dengan kondisi kasus nasional saat ini. Namun gelombang ketiga yang dipengaruhi Omicron ini hanya butuh waktu 3 minggu saja. "Jadi 2,5 kali lebih cepat dari lonjakan gelombang kedua," kata Wiku. Seluruh provinsi di Indonesia kini tengah mengalami kenaikan kasus dan telah memiliki angka reproduksi diatas 1. 90 persen kasus nasional disumbangkan oleh provinsi-provinsi di pulau Jawa dan Bali.
Pertambahan kasus mingguan DKI Jakarta mencapai 44 ribu kasus. Jabar 28 ribu kasus. Banten 15 ribu kasus. Bali 7.500 kasus. Jatim 7 ribu kasus. Jateng 3.500 kasus. DIY 1000 kasus. "Apabila dilihat lebih jauh, kenaikan aksus harian di beberapa provinsi sudah melampaui kasus harian pada puncak gelombang kedua (delta)," jelas Wiku.
Sementara itu angka kematian masih dapat dipertahankan tetap rendah sebesar 244 korban atau 8 x lebih kecil dibanding gelombang pertama dengan kematian sebesar 2000 orang dan 24 kali lebih kecil dibanding setengah puncak gelombang kedua (delta) yang mencapai 6 ribu orang.
Kementerian Kesehatan dalam unggahannya kemarin (8/2) menyebut bahwa saat ini jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit (RS) berjumlah total 18.966 atau 23.35 persen dari total kapasitas BOR nasional.
Kemudian dari seluruh pasien yang dirawat, 38 persen adalah tanpa gejala sementara 33 persen bergejala ringan dan tidak memerlukan terapi oksigen. Pasien yang tidak bergejala atau tidak bergejala ringan akan diarahkan pada isolasi mandiri. Hal ini bisa mengurangi beban RS 60 hingga 70 persen.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan pasien tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan yang tidak perlu masuk rumah sakit. Mereka bisa melakukan isolasi mandiri dan konsultasi dengan dokter melalui layanan telemedisin yang terintegrasi dengan Kemenkes. "Kemenkes berkomitmen untuk memberikan layanan prima pada pasien isolasi mandiri di rumah dan menyiapkan obat gratis selama masa isolasi," kata Nadia.(ali/sol/tau/lyn/mia/idr/jpg/ted)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru