PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Perilaku agresif gajah sumatera kantong Petapahan yang bersarang di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Hasyim belum mereda. Setelah sebelumnya merusak sejumlah rumah di Kelurahan Muara Fajar Barat, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, kawanan gajah pada Senin (7/2) malam kembali membuat ulah di Kota Garo, Kecamatan Tapung Hilir.
Yono, salah seorang warga yang rumahnya ikut dirusak gajah mengatakan, para gajah kembali memasuki perkebunan. Tidak kurang dari tujuh rumah yang dihuni tetap maupun rumah khusus para pekerja kebun sawit dirusak kawanan gajah. Kini seluruh pekerja kebun sawit di kawasan tersebut sudah mengungsi ke tengah pemukiman warga di Kota Garo.
"Malam tadi gajah-gajahnya datang lagi, tujuh rumah dihancurkan gajah. Semua pekerja sekarang yang ada di dekat kebun sudah mengungsi semua. Kebun (sawit) yang rusak juga makin banyak. Sudah acak-acakan sekarang," kata Yono, Senin (7/2).
Sebelumnya pada Selasa (1/2) lalu, kawanan gajah yang juga diidentifikasi sebagai gajah kelompok 11 itu telah lebih dulu meluluhlantakkan perkebunan sawit warga di Dusun Flamboyan, Desa Koto Garo. Warga memperkirakan saat itu 200 batang sawit dan tanaman lainnya dirusak kawanan gajah. Selain itu gajah juga merusak tiga unit rumah.
Dengan perusakan pada akhir pekan kemarin, maka total sudah 10 unit rumah di Dusun Flamboyan dirusak kawanan gajah. Kendati seluruh rumah tersebut merupakan rumah non permanen, namun akibat serangan gajah tersebut, aktivitas pertanian warga terpaksa terhenti. "Warga sudah resah dan ketakutan sekarang. Kami bersama kepala desa dan camat nanti akan menggelar rapat," kata Yono.
Terkait kejadian serangan gajah sumatera di beberapa desa di sekitar Tahura, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau telah melakukan upaya penggiringan kembali ke kawasan inti Tahura.
Hanya saja, seperti yang disebutkan Kabid Teknis BBKSDA Provinsi Riau Mahfud, agresivitas kawanan gajah tersebut merupakan siklus alamiah. Hingga pihaknya tidak dapat berbuat banyak selain melakukan pengusiran dan juga pencegahan.
"Kalau mereka tidak mau diusir jangan dipaksa. Kami imbau masyarakat untuk membiarkan dulu beberapa hari, karena aktivitas mereka yang meningkat dalam mencari zat mineral seperti garam untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya itu, tidak akan terus-terusan," ungkapnya.
Aksi agresif gajah ini sendiri dipicu oleh kebutuhan gajah akan zat yang bisa mendorong metabolisme tubuhnya. Kebutuhan itu menurut Mahfud merupakan dorongan alamiah insting gajah untuk memenuhi dietnya.
Selain itu, kawasan yang dirusak gajah tersebut juga merupakan homerange atau jalur jelajah para kawanan gajah tersebut. Hingga kemungkinan besar, pada waktu tertentu akan kembali melewati jalur tersebut.(gem)
Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru