JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Novak Djokovic masih berpeluang bertahan di Australia meski visanya telah dicabut untuk kali kedua oleh pemerintah setempat.
Tim kuasa hukum Djokovic yang mengajukan banding kedua atas keputusan tersebut mendapatkan angin segar Sabtu, saat berhasil meyakinkan pengadilan bahwa Djokovic tidak harus segera dideportasi akibat pencabutan visa tersebut.
Selain itu, tim pengacara Djokovic berhasil meyakinkan hakim bahwa sidang banding tersebut bisa digelar besok Ahad (16/1) sebelum dimulainya Grand Slam Australia Terbuka Senin (17/1).
Djokovic sendiri masih dijadwalkan tampil di babak pertama Australia Terbuka menghadapi kompatriotnya MiomirKecmanović, Senin (17/1)
Bahkan, sidang banding tersebut tidak lagi dipimpin satu hakim seperti sidang sebelumnya. Namun langsung tiga hakim lengkap dalam satu panel.
Sambil menunggu hasil sidang besok, Djokovic harus kembali menginap di hotel penampungan imigrasi, Park Hotel, Melbourne.
Sabtu pagi, Djokovic diantar tim pengacaranya menuju hotel penampungan. Dia tampak mengenakan jaket hijau dengan masker putih.
Ini menjadi hari kelima dimana sebelumnya, Djokovic sudah ditahan empat hari sebelum memenangi banding pertamanya Senin lalu.
Kemarin (14/1) Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke mencabut visa Djokovic untuk kali kedua. Hawke menyebutkan keputusan itu diambil setelah mendengar masukan dari Departemen Dalam Negeri, Pasukan Perbatasan Australia, maupun Djokovic sendiri.
"Hari ini (kemarin, Red) saya menggunakan hak jabatan saya sesuai pasal 133C (3) Undang-Undang Migrasi untuk membatalkan visa yang dipegang Tuan Novak Djokovic," tulis Hawke dalam keterangan resmi dilansir Eurosport.
"Keputusan ini diambil atas dasar kepentingan umum, kesehatan, dan ketertiban," tambah menteri 44 tahun itu dalam keterangannya.
Langkah tersebut adalah tindak lanjut dari keputusan pengadilan federal Australia yang Senin (10/1) lalu memulihkan visa Nole –sapaan Djokovic.
Sebelumnya, visa petenis Serbia tersebut sempat dicabut saat baru mendarat di Australia (6/1). "Pemerintahan (Scott) Morrison (perdana menteri Australia) masih berkomitmen kuat untuk menjaga ketat perbatasan Australia. Khususnya terkait dengan pandemi Covid-19," ucap Hawke.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi