Jumat, 18 Oktober 2024

Sungai Tercemar, Nelayan Tualang Keluhkan Tangkapan Ikan Berkurang

- Advertisement -

PERAWANG (RIAUPOS.CO) – Nelayan Tualang Kecamatan Tualang, Siak mengeluhkan minimnya hasil tangkapan ikan di Sungai Siak setahun belakangan ini, diduga akibat pencemaran sungai.

Bahkan nelayan mengaku mereka dalam sepekan tidak dapat menjual hasil tangkapan ke pasar, karena ikan yang diperoleh sangat sedikit, tidak cukup untuk dijual.

- Advertisement -

"Hasil tangkapan ikan sedikit, hanya cukup di bawa pulang ke rumah," ujar salah satu nelayan Tualang Marlis dibenarkan oleh rekannya Rasyid dan Alang, Selasa ( 31/8/2021).

Marlis bekerja sebagai nelayan selama 28 tahun itu menuturkan hasil tangkapan ikan jauh menurun dirasakan sejak setahun terakhir ini, hal ini diduga ada pencemaran limbah pabrik.

Sekarang dia hanya bisa membawa ikan pulang paling banyak 5 kilogram jenis ikan juara, bahkan hanya mendapatkan ikan rasau yang harga jualnya lebih murah, kadang dapat udang sedikit.

Baca Juga:  Swab Negatif, Penghulu dan Perangkat Kampung di Bungaraya Lega

"Turun ke sungai sekarang paling banyak dapat 5 kilogram ikan juara. Banyaknya dapat ikan rasau, jika di jual harganya Rp5.000 per kilogram. Sedangkan ikan juara harganya Rp15.000 -30.000 per kilogram tergantung ukuran ikannya. Sebelum pencemaran limbah di sungai kami bisa mendapatkan ikan puluhan kilo, bahkan pernah sampai 100 kilogram lebih," ungkapnya.

Dengan hasil tangkapan ikan jauh menurun, ayah yang memiliki lima anak ini mencari pekerjaan sampingnya lainnya.

- Advertisement -

"Kadang dodos sawit, gali kubur atau pekerjaan lain yang bisa memenuhi keperluan sehari-hari," katanya.

Dirinya berharap pemerintah setempat memperhatikan pencemaran limbah di sungai. Nasib nelayan Hanya mengandalkan penghasilan dari tangkapan ikan.

"Sejak sungai tercemar limbah ikan- ikan punah," ungkapnya.

Rasyid (53) nelayan Tualang juga mengeluhkan sulitnya memperoleh tangkapan ikan saat ini disebabkan pencemaran sungai yang semakin parah. Dengan minimnya hasil ikan, tidak dapat menutupi biaya operasional, nelayan merugi.

Baca Juga:  Penabalan Gelar Adat Bupati Siak Alfedri sebagai Datuk Seri Setia Amanah

"Dah setahun ini ikan semakin sulit diperoleh. Tak bisa diharapkan dari hasil tangkapan ikan lagi untuk memenuhi keperluan keluarga," katanya.

Terkait keluhan nelayan, Penghulu Kampung Tualang Juprianto menyampaikan prihatinn nasib nelayan di Kampung Tualang.

Dia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat meninjau pencemaran sungai yang diduga dari limbah pabrik. Sebab  nelayan mengeluhkan limbah di sungai berdampak pada hasil tangkapan ikan.

"Harapan kita dinas terkait yakni Dinas Lingkungan Hidup  turun langsung.Kasihan nelayan yang hidupnya tergantung pada hasil tangkapan ikan untuk menghidupkan keluarganya," ungkap Juprianto.

 

Laporan: Wiwik Widaningsih (Perawang)

 

Editor: Erwan Sani

 

PERAWANG (RIAUPOS.CO) – Nelayan Tualang Kecamatan Tualang, Siak mengeluhkan minimnya hasil tangkapan ikan di Sungai Siak setahun belakangan ini, diduga akibat pencemaran sungai.

Bahkan nelayan mengaku mereka dalam sepekan tidak dapat menjual hasil tangkapan ke pasar, karena ikan yang diperoleh sangat sedikit, tidak cukup untuk dijual.

"Hasil tangkapan ikan sedikit, hanya cukup di bawa pulang ke rumah," ujar salah satu nelayan Tualang Marlis dibenarkan oleh rekannya Rasyid dan Alang, Selasa ( 31/8/2021).

Marlis bekerja sebagai nelayan selama 28 tahun itu menuturkan hasil tangkapan ikan jauh menurun dirasakan sejak setahun terakhir ini, hal ini diduga ada pencemaran limbah pabrik.

Sekarang dia hanya bisa membawa ikan pulang paling banyak 5 kilogram jenis ikan juara, bahkan hanya mendapatkan ikan rasau yang harga jualnya lebih murah, kadang dapat udang sedikit.

Baca Juga:  Stok Sembako Aman Dua Pekan ke Depan

"Turun ke sungai sekarang paling banyak dapat 5 kilogram ikan juara. Banyaknya dapat ikan rasau, jika di jual harganya Rp5.000 per kilogram. Sedangkan ikan juara harganya Rp15.000 -30.000 per kilogram tergantung ukuran ikannya. Sebelum pencemaran limbah di sungai kami bisa mendapatkan ikan puluhan kilo, bahkan pernah sampai 100 kilogram lebih," ungkapnya.

Dengan hasil tangkapan ikan jauh menurun, ayah yang memiliki lima anak ini mencari pekerjaan sampingnya lainnya.

"Kadang dodos sawit, gali kubur atau pekerjaan lain yang bisa memenuhi keperluan sehari-hari," katanya.

Dirinya berharap pemerintah setempat memperhatikan pencemaran limbah di sungai. Nasib nelayan Hanya mengandalkan penghasilan dari tangkapan ikan.

"Sejak sungai tercemar limbah ikan- ikan punah," ungkapnya.

Rasyid (53) nelayan Tualang juga mengeluhkan sulitnya memperoleh tangkapan ikan saat ini disebabkan pencemaran sungai yang semakin parah. Dengan minimnya hasil ikan, tidak dapat menutupi biaya operasional, nelayan merugi.

Baca Juga:  Penabalan Gelar Adat Bupati Siak Alfedri sebagai Datuk Seri Setia Amanah

"Dah setahun ini ikan semakin sulit diperoleh. Tak bisa diharapkan dari hasil tangkapan ikan lagi untuk memenuhi keperluan keluarga," katanya.

Terkait keluhan nelayan, Penghulu Kampung Tualang Juprianto menyampaikan prihatinn nasib nelayan di Kampung Tualang.

Dia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat meninjau pencemaran sungai yang diduga dari limbah pabrik. Sebab  nelayan mengeluhkan limbah di sungai berdampak pada hasil tangkapan ikan.

"Harapan kita dinas terkait yakni Dinas Lingkungan Hidup  turun langsung.Kasihan nelayan yang hidupnya tergantung pada hasil tangkapan ikan untuk menghidupkan keluarganya," ungkap Juprianto.

 

Laporan: Wiwik Widaningsih (Perawang)

 

Editor: Erwan Sani

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari