Harmonisasi yang tumbuh dan terlihat saat Prancis juara Piala Dunia 2018 di Rusia, runtuh saat Prancis tersingkir di Piala Eropa 2020. Unggulan utama itu harus pulang lebih cepat. Ada apa?
SEJUMLAH insiden keributan mewarnai tersingkirnya timnas Prancis dari Piala Eropa 2020 (Euro 2021) usai kalah adu penalti melawan Swiss di babak 16 besar.
Mimpi Prancis mengawinkan gelar juara Piala Dunia 2018 dengan Euro 2020 kandas di tangan Swiss. Usai kedua tim bermain imbang 3-3 hingga babak tambahan, laga harus dilanjutkan ke adu penalti.
Akan tetapi, nasib Prancis tidak mujur. Le Bleus kalah 4-5 di babak adu penalti setelah tendangan Kylian Mbappe ditepis kiper Yann Sommer. Prancis yang berstatus unggulan juara Euro 2020 harus tersingkir.
Setelah resmi angkat koper, keributan muncul di ruang ganti Tim Ayam Jantan. Yang terbaru adalah Paul Pogba yang berselisih dengan bek Benjamin Pavard.
Meski demikian, menurut laporan Sports, beberapa keributan hadir di timnas Prancis. Tidak saja melibatkan antarpemain, tetapi juga pelatih Didier Deschamps.
Yang pertama adalah perselisihan antara Kylian Mbappe dengan Olivier Giroud. Sebelum Euro 2020 dimulai, persiapan Prancis sedikit terganggung dengan keributan kedua penyerang tersebut.
Keributan itu bermula dari laga uji coba Prancis vs Bulgaria. Ketika itu Giroud menyinggung soal kemampuan Mbappe di lapangan. Giroud mengaku tak respek dengan Mbappe yang tak mau mengoper bola kepadanya. Menurut penyerang Chelsea itu, Mbappe sangat egois.
Namu Mbappe membela diri. Menurutnya hal biasa dalam sepakbola seorang penyerang akan memilih mengoper atau membawa bola sendiri menembus pertahanan lawan.
"Saya kira tidak ada yang salah dengan yang saya lakukan," jelas Mbappe seperti dilansir Eurosports.
Masalah yang kedua adalah kecemburuan Mbappe soal dominasi Antoine Griezmaan di tim Prancis. Di mata Mbappe, Griezmann terlalu mendominasi di skuad Prancis.
Ditulis Daily Mail, Mbappe kurang suka dengan kebebasan yang diberikan kepada penyerang Barcelona itu di lapangan. Selain menjadi kreator serangan, Griezmann juga diberi "hak" oleh Deschamps sebagai penendang bola mati.
Menurut Mbappe, Griezmann seharus menendang bola untuk diumpan ke kotak penalti di mana banyak pemain Prancis di sana. Namun mantan pemain Real Sociedad itu selalu mengarahkan langsung tembakannya ke arah gawang lawan yang sebenarnya peluang golnya lebih kecil.
Masalah ketiga adalah perseteruan antara Deschamps dan sayap Bayern Muenchen, Kingsley Coman. Sebelum Prancis tergusur, Deschamps meminta Coman keluar dari permainan untuk digantikan Marcus Thuram. Akan tetapi, Coman yang ketika itu cedera, menolak. Hal itu diklaim membuat Deschamps marah.
Dan kisruh keempat adalah konflik antara Paul Pogba dengan bek Bayern Muenchen, Benjamin Pavard. Saat Swiss bisa menyamakan kedudukan menjadi 3-3, Pavard menuding gelandang Manchester United itu sebagai penyebab terjadinya gol penyeimbang itu. Hal tersebut dilontarkan Pavard kepada Raphael Varane.
Bukannya membela Pavard, Varane justru menegur mantan pemain VfB Stuttgart itu agar jangan menimpakan kesalahan kepada pemain lain dan fokus pada permainan sendiri.
Selain situasi di lapangan, kabarnya juga terjadi saling labrak antarkeluarga pemain.
Jadi, di sebuah tim besar, jika sudah kalah di babak awal dan dianggap memalukan, langsung muncul hal-hal yang menjadi kambing hitam.
Di Piala Dunia 2018, setelah kalah 0-2 dari Korea Selatan dan jadi juru kunci grup, konflik besar juga muncul di tim Jerman yang melibatkan pemain keturunan (imigran) dengan pemain asli Jerman. Perang urat syaraf antara Mesut Ozil (imigran) dengan Toni Kroos yang merupakan manifestasi pemain asli Jerman, terjadi.
Pertikaian berbau rasial itu kemudian melebar karena Federasi Sepakbola Jerman juga memihak salah satu kubu. Konflik ini kemudian membuat Ozil memilih gantung sepatu dari timnas Jerman karena merasa tak dihargai. Padahal dia sangat berperan ketika Jerman juara Piala Dunia 2014 di Brazil.
Editor: Hary B Koriun/Berbagai Sumber