Sabtu, 9 November 2024

Spanyol dan Krisis Kepemimpinan

- Advertisement -

Catatan Hary B Koriun

KEGAGALAN Spanyol menang dalam dua partai penyisihan Grup E Piala Eropa 202o (2021), pantas disesali. Terutama publik Spanyol dan para pendukungnya di seluruh dunia. Sebab, dua tim yang sulit dikalahkan itu adalah Swedia dan Polandia, yang dalam hitungan kertas, akan mudah dilalap skuad La Furia Roja.

- Advertisement -

Namun, kenyataan di lapangan bicara lain. Ketika bermain imbang dengan Swedia, statistik ESPN menjelaskan bagaimana superioritas Pau Torres dkk. Mereka menguasai permainan hingga 75 persen, membuat 17 peluang dan 5 on target yang membuat kiper Robin Olsen menjadi pahlawan dengan 5 penyelamatan gemilang.

Bandingkan dengan Swedia yang hanya 25 persen menguasai bola, melakukan 4 percobaan ke gawang dan hanya 1 on target, yang membuat kiper Unai Simon "kedinginan" di bawah gawangnya.

Saat melawan Polandia, kondisinya tak jauh berbeda. Tim asuhan Luis Enrique menguasai permainan hingga 69 persen, melakukan 11 kali percobaan ke gawang lawan dengan 5 on target, satu menjadi gol, dan membuat kiper Polandia, Wojciech Szczęsny, melakukan 4 penyelamatan penting.

- Advertisement -

Polandia sendiri hanya 31 persen menguasai bola, 5 kali melakukan shoot (2 on goal), dan satu menjadi gol. Kali ini, Unai Simon cukup lumayan dibuat sibuk dan berkeringat. Simon melakukan satu penyelamatan penting, yang jika gagal, bisa menuai kekalahan.

Baca Juga:  Hasil SKD CPNS Pemprov Diumumkan Hari Ini

Statistik itu penting sebagai sebuah variabel yang bisa dijadikan analisa untuk pertandingan selanjutnya. Statistik juga akan menjelaskan bagaimana kinerja tim dengan skema, taktik, dan strategi yang sudah dipersiapkan pelatih. Menganalisis kekuatan lawan dan kemudian mempersiapkan  kontra taktik dan strategi, adalah cara untuk memenangkan pertandingan.

Namun, begitulah. Dalam sepakbola, mengandalkan statistik saja tidak cukup sebagaimana halnya ilmu sosial atau humaniora. Sepakbola bukan ilmu pasti. Tetapi tetap penting menganalisis sebuah pertandingan dengan statistik, dari angka ke angka.

Yang terjadi dalam tim Spanyol, statistik yang baik ternyata tak memberikan hasil akhir yang positif. Lalu, apa yang yang diperlukan Spanyol?

Meski banyak orang yang masih kecewa –terutama jutaan pendukung Real Madrid di seluruh dunia– karena Enrique tidak membawa satu pun pemain Real Madrid, tetapi harus dikatakan secara objektif, pemain-pemain yang dibawanya ke Piala Eropa 2020 ini adalah yang terbaik –meski di luar sana masih banyak juga yang pantas masuk tim.

Dalam dua pertandingan awal melawan Swedia dan Polandia, dalam starting line-up, Enrique hanya mengubah satu komposisi pemain. Posisi Ferran Torres saat melawan Swedia digantikan oleh Gerard Moreno. Penyerang Villarreal ini lebih dari cukup berperan ikut membombardir pertahanan Polandia dengan salah satunya assist untuk gol Alvaro Morata.

Baca Juga:  Ini Sosok Pahlawan bagi Maia Estianty

Hanya saja, kegagalan mencetak gol lewat penalti, mungkin menjadi sisi minusnya. Namun, itu bukan hal yang menjelaskan Moreno bermain buruk. Saat Wales menang 2-0 atas Turki, Gareth Bale juga gagal mencetak gol lewat titik putih. Tetapi dia tetap menjadi pemain terbaik dalam pertandingan itu lewat dua assist-nya.

Yang justru menarik adalah bagaimana Enrique tetap mempertahankan Pedri —starter dan tak pernah diganti– di posisi gelandang kiri dalam formasi 4-3-3 tersebut. Menurut saya, pemain 18 tahun tersebut kurang pas berada di posisi tersebut untuk menyuport Dani Olmo dan full back yang berubah menjadi pemain sayap, Jordi Alba. Sebagai gelandang menyerang, tak pernah Pedri masuk kotak penalti dan memberikan umpan berpotensi gol. Ini berbeda dengan Koke di kanan, yang koloborasinya bersama Marcos Llorente dan Moreno maupun Ferran, berhasil mengobrak-abrik pertahanan lawan.

 

 

 

 

Catatan Hary B Koriun

KEGAGALAN Spanyol menang dalam dua partai penyisihan Grup E Piala Eropa 202o (2021), pantas disesali. Terutama publik Spanyol dan para pendukungnya di seluruh dunia. Sebab, dua tim yang sulit dikalahkan itu adalah Swedia dan Polandia, yang dalam hitungan kertas, akan mudah dilalap skuad La Furia Roja.

Namun, kenyataan di lapangan bicara lain. Ketika bermain imbang dengan Swedia, statistik ESPN menjelaskan bagaimana superioritas Pau Torres dkk. Mereka menguasai permainan hingga 75 persen, membuat 17 peluang dan 5 on target yang membuat kiper Robin Olsen menjadi pahlawan dengan 5 penyelamatan gemilang.

- Advertisement -

Bandingkan dengan Swedia yang hanya 25 persen menguasai bola, melakukan 4 percobaan ke gawang dan hanya 1 on target, yang membuat kiper Unai Simon "kedinginan" di bawah gawangnya.

Saat melawan Polandia, kondisinya tak jauh berbeda. Tim asuhan Luis Enrique menguasai permainan hingga 69 persen, melakukan 11 kali percobaan ke gawang lawan dengan 5 on target, satu menjadi gol, dan membuat kiper Polandia, Wojciech Szczęsny, melakukan 4 penyelamatan penting.

Polandia sendiri hanya 31 persen menguasai bola, 5 kali melakukan shoot (2 on goal), dan satu menjadi gol. Kali ini, Unai Simon cukup lumayan dibuat sibuk dan berkeringat. Simon melakukan satu penyelamatan penting, yang jika gagal, bisa menuai kekalahan.

Baca Juga:  Hasil SKD CPNS Pemprov Diumumkan Hari Ini

Statistik itu penting sebagai sebuah variabel yang bisa dijadikan analisa untuk pertandingan selanjutnya. Statistik juga akan menjelaskan bagaimana kinerja tim dengan skema, taktik, dan strategi yang sudah dipersiapkan pelatih. Menganalisis kekuatan lawan dan kemudian mempersiapkan  kontra taktik dan strategi, adalah cara untuk memenangkan pertandingan.

Namun, begitulah. Dalam sepakbola, mengandalkan statistik saja tidak cukup sebagaimana halnya ilmu sosial atau humaniora. Sepakbola bukan ilmu pasti. Tetapi tetap penting menganalisis sebuah pertandingan dengan statistik, dari angka ke angka.

Yang terjadi dalam tim Spanyol, statistik yang baik ternyata tak memberikan hasil akhir yang positif. Lalu, apa yang yang diperlukan Spanyol?

Meski banyak orang yang masih kecewa –terutama jutaan pendukung Real Madrid di seluruh dunia– karena Enrique tidak membawa satu pun pemain Real Madrid, tetapi harus dikatakan secara objektif, pemain-pemain yang dibawanya ke Piala Eropa 2020 ini adalah yang terbaik –meski di luar sana masih banyak juga yang pantas masuk tim.

Dalam dua pertandingan awal melawan Swedia dan Polandia, dalam starting line-up, Enrique hanya mengubah satu komposisi pemain. Posisi Ferran Torres saat melawan Swedia digantikan oleh Gerard Moreno. Penyerang Villarreal ini lebih dari cukup berperan ikut membombardir pertahanan Polandia dengan salah satunya assist untuk gol Alvaro Morata.

Baca Juga:  Gejala Baru, Mulut Pasien Muncul Bercak Putih dan Bisul

Hanya saja, kegagalan mencetak gol lewat penalti, mungkin menjadi sisi minusnya. Namun, itu bukan hal yang menjelaskan Moreno bermain buruk. Saat Wales menang 2-0 atas Turki, Gareth Bale juga gagal mencetak gol lewat titik putih. Tetapi dia tetap menjadi pemain terbaik dalam pertandingan itu lewat dua assist-nya.

Yang justru menarik adalah bagaimana Enrique tetap mempertahankan Pedri —starter dan tak pernah diganti– di posisi gelandang kiri dalam formasi 4-3-3 tersebut. Menurut saya, pemain 18 tahun tersebut kurang pas berada di posisi tersebut untuk menyuport Dani Olmo dan full back yang berubah menjadi pemain sayap, Jordi Alba. Sebagai gelandang menyerang, tak pernah Pedri masuk kotak penalti dan memberikan umpan berpotensi gol. Ini berbeda dengan Koke di kanan, yang koloborasinya bersama Marcos Llorente dan Moreno maupun Ferran, berhasil mengobrak-abrik pertahanan lawan.

 

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari