Jumat, 20 September 2024

Akankah Jerman Mengepak Koper Lebih Cepat?

Catatan Hary B Koriun

AKANKAH Jerman mengepak koper lebih cepat dan pulang lebih pagi? Sebagai salah satu tuan rumah Piala Eropa 2020 (2021), Jerman memiliki keuntungan. Karena kejuaraan ini boleh dihadiri penonton –meski tak memenuhi stadion– namun hal itu bisa menjadi dukungan penting bagi tuan rumah yang ikut bertanding.

Tim sekelas Jerman, dengan pengalaman menjadi juara di kejuaraan major seperti Piala Dunia dan Piala Eropa, semestinya tidak berada pada posisi "yang harus dikhawatirkan" dalam penyisihan grup. Namun kekhawatiran tersebut sudah pernah terjadi dan terbukti, salah satunya menjadi juru kunci grup di Piala Dunia 2018 Rusia. Ketika itu, kekalahan dari Meksiko dan Korea Selatan membuat Der Panzer harus pulang lebih cepat dengan konflik internal yang kemudian kelua ke publik. Padahal, status Jerman ketika itu adalah juara bertahan setelah juara di Brazil pada 2014.

Dan kini, kekhawatiran itu tak bisa disembunyikan lagi oleh para pendukungnya. Kekalahan 0-1 dari Prancis di pertadingan pembuka penyisihan Grup F pada Selasa (16/6/2021) lalu menjadi isyarat hal itu. Kekalahan di Stadion Allianz, kandang sendiri, yang membuat napas seluruh orang Jerman terasa berat. Gol tunggal lawan yang dicetak oleh pemain Jerman sendiri (bunuh diri), bek Mats Hummels, tak bisa dibalas.

- Advertisement -
Baca Juga:  Prioritas Program Tapera untuk ASN

Jerman berada dalam masalah besar karena di pertandingan lainnya Portugal menang telak atas salah satu tuan rumah, Hongaria, 3-0. Meski nyaris sepanjang pertandingan Selecao Das Antas dibuat frustasi oleh Adam Szalai dkk, namun dalam 10 menit terakhir pertandingan mereka mendapatkan ruang untuk menembus pertahanan lawan dan akhirnya mencetak tiga gol lewat Raphael Guerreiro dan Cristiano Ronaldo (dua gol).

Dan, dini hari ini kedua tim akan bentrok. Bagi keduanya, hanya kemenangan yang mungkin bisa menyelamatkan mereka. Sebab, jika kalah atau seri, hitungannya lebih rumit. Bagi Jerman, jika kalah sangat sulit untuk lolos ke 16 Besar. Sedang bagi Portugal, hasil seri masih memungkinkan mereka lolos karena akan memiliki 4 poin meski di partai terakhir akan berhadapan dengan Prancis.

- Advertisement -

Kerasnya persaingan Grup F sebagai grup neraka, kini mulai terasa bagi Jerman. Saat berhadapan dengan Prancis, sebenarnya secara permainan mereka tak kalah dibanding lawan. Catatan statistik ESPN menjelaskan, Jerman unggul di semua lini dengan penguasaan bola 59 persen berbanding 41 milik Jerman. Kemudian, mereka juga melakukan 10 kali percobaan tendangan ke gawang meski hanya 1 yang on target. Serang Prancis 4 percobaan dan 1 on target.

Namun statistik ini tak mendukung hasil akhir yang menempatkan Jerman sebagai tim yang kalah. Di luar gol bunuh diri Hummels, pertarungan ketat terjadi di lini tengah. Formasi 3-4-3 yang diusung Joachim Low tak bisa mengalahkan 4-3-3 yang diusung Didier Deschamps. Trio Adrien Rabiot, N'Golo Kante, dan Paul Pogba yang dibantu Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez di bek kanan dan kiri, ditambah Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann yang mobil tunun-naik, plus Karim Benzema yang selalu mencari ruang dan tak terpaku di kotak penalty,  berhasil membendung upaya Toni Kroos, Ilkay Gundogan, Joshua Kimmick, dan Robin Gosen. Dengan menggunakan tiga bek di belakang, Jerman kekurangan amunisi di lini tengah.

Baca Juga:  Update Windows 10 Tahun Depan, Microsoft Siapkan Kejutan

 

 

 

Catatan Hary B Koriun

AKANKAH Jerman mengepak koper lebih cepat dan pulang lebih pagi? Sebagai salah satu tuan rumah Piala Eropa 2020 (2021), Jerman memiliki keuntungan. Karena kejuaraan ini boleh dihadiri penonton –meski tak memenuhi stadion– namun hal itu bisa menjadi dukungan penting bagi tuan rumah yang ikut bertanding.

Tim sekelas Jerman, dengan pengalaman menjadi juara di kejuaraan major seperti Piala Dunia dan Piala Eropa, semestinya tidak berada pada posisi "yang harus dikhawatirkan" dalam penyisihan grup. Namun kekhawatiran tersebut sudah pernah terjadi dan terbukti, salah satunya menjadi juru kunci grup di Piala Dunia 2018 Rusia. Ketika itu, kekalahan dari Meksiko dan Korea Selatan membuat Der Panzer harus pulang lebih cepat dengan konflik internal yang kemudian kelua ke publik. Padahal, status Jerman ketika itu adalah juara bertahan setelah juara di Brazil pada 2014.

Dan kini, kekhawatiran itu tak bisa disembunyikan lagi oleh para pendukungnya. Kekalahan 0-1 dari Prancis di pertadingan pembuka penyisihan Grup F pada Selasa (16/6/2021) lalu menjadi isyarat hal itu. Kekalahan di Stadion Allianz, kandang sendiri, yang membuat napas seluruh orang Jerman terasa berat. Gol tunggal lawan yang dicetak oleh pemain Jerman sendiri (bunuh diri), bek Mats Hummels, tak bisa dibalas.

Baca Juga:  Seleksi CPNS 2019, Ada Alokasi Khusus Disabilitas

Jerman berada dalam masalah besar karena di pertandingan lainnya Portugal menang telak atas salah satu tuan rumah, Hongaria, 3-0. Meski nyaris sepanjang pertandingan Selecao Das Antas dibuat frustasi oleh Adam Szalai dkk, namun dalam 10 menit terakhir pertandingan mereka mendapatkan ruang untuk menembus pertahanan lawan dan akhirnya mencetak tiga gol lewat Raphael Guerreiro dan Cristiano Ronaldo (dua gol).

Dan, dini hari ini kedua tim akan bentrok. Bagi keduanya, hanya kemenangan yang mungkin bisa menyelamatkan mereka. Sebab, jika kalah atau seri, hitungannya lebih rumit. Bagi Jerman, jika kalah sangat sulit untuk lolos ke 16 Besar. Sedang bagi Portugal, hasil seri masih memungkinkan mereka lolos karena akan memiliki 4 poin meski di partai terakhir akan berhadapan dengan Prancis.

Kerasnya persaingan Grup F sebagai grup neraka, kini mulai terasa bagi Jerman. Saat berhadapan dengan Prancis, sebenarnya secara permainan mereka tak kalah dibanding lawan. Catatan statistik ESPN menjelaskan, Jerman unggul di semua lini dengan penguasaan bola 59 persen berbanding 41 milik Jerman. Kemudian, mereka juga melakukan 10 kali percobaan tendangan ke gawang meski hanya 1 yang on target. Serang Prancis 4 percobaan dan 1 on target.

Namun statistik ini tak mendukung hasil akhir yang menempatkan Jerman sebagai tim yang kalah. Di luar gol bunuh diri Hummels, pertarungan ketat terjadi di lini tengah. Formasi 3-4-3 yang diusung Joachim Low tak bisa mengalahkan 4-3-3 yang diusung Didier Deschamps. Trio Adrien Rabiot, N'Golo Kante, dan Paul Pogba yang dibantu Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez di bek kanan dan kiri, ditambah Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann yang mobil tunun-naik, plus Karim Benzema yang selalu mencari ruang dan tak terpaku di kotak penalty,  berhasil membendung upaya Toni Kroos, Ilkay Gundogan, Joshua Kimmick, dan Robin Gosen. Dengan menggunakan tiga bek di belakang, Jerman kekurangan amunisi di lini tengah.

Baca Juga:  Sudah 16 Tahun Konsumsi Sabu

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari