JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Satu cinta, satu mimpi. Satukan rasa, hanya bernyanyi. Tentang keindahan satu perdamaian.
Penggalan lagu berjudul Satu itu tentu tak asing di telinga para Boomers, fans grup band Boomerang. Syairnya cocok untuk menggambarkan totalitas seorang pemain band. Ada yang berkarir hingga akhir hayat seperti Hubert Henry Limahelu.
Vokalis sekaligus basis Boomerang tersebut tutup usia kemarin pagi (24/4). Meninggalnya pria yang juga pendiri grup musik legendaris asal Surabaya itu secara otomatis menyisakan duka. Terutama bagi pencinta musik rock.
Rasa kehilangan terasa di rumah Henry, Jalan Kalongan Kidul II Nomor 9. Rumah sederhana tersebut dipenuhi banyak orang kemarin. Selain kerabat dan teman-temannya, banyak fans yang ingin melihat jenazah Henry untuk yang terakhir. Mereka memberikan doa terbaik untuk pria 54 tahun itu.
”Saya mengucapkan terima kasih atas semuanya. Kami juga merasa kehilangan,” ungkap John Limahelu, kakak kandung Henry.
Dia mengaku amat terkejut mendengar kematian Henry. ”Selama ini tidak pernah mengeluh sakit. Begitu masuk rumah sakit, langsung drop, terus meninggal,” tambah John.
Henry meninggal di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU). Sebelumnya dia sempat pingsan. Keluarga dan teman-temannya langsung membawanya ke RS. Selama masuk RS, kondisi Henry terus memburuk. Dia tak sadarkan diri. Berdasar informasi, pembuluh darah di bagian otak ada yang pecah.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Satu cinta, satu mimpi. Satukan rasa, hanya bernyanyi. Tentang keindahan satu perdamaian.
Penggalan lagu berjudul Satu itu tentu tak asing di telinga para Boomers, fans grup band Boomerang. Syairnya cocok untuk menggambarkan totalitas seorang pemain band. Ada yang berkarir hingga akhir hayat seperti Hubert Henry Limahelu.
- Advertisement -
Vokalis sekaligus basis Boomerang tersebut tutup usia kemarin pagi (24/4). Meninggalnya pria yang juga pendiri grup musik legendaris asal Surabaya itu secara otomatis menyisakan duka. Terutama bagi pencinta musik rock.
Rasa kehilangan terasa di rumah Henry, Jalan Kalongan Kidul II Nomor 9. Rumah sederhana tersebut dipenuhi banyak orang kemarin. Selain kerabat dan teman-temannya, banyak fans yang ingin melihat jenazah Henry untuk yang terakhir. Mereka memberikan doa terbaik untuk pria 54 tahun itu.
- Advertisement -
”Saya mengucapkan terima kasih atas semuanya. Kami juga merasa kehilangan,” ungkap John Limahelu, kakak kandung Henry.
Dia mengaku amat terkejut mendengar kematian Henry. ”Selama ini tidak pernah mengeluh sakit. Begitu masuk rumah sakit, langsung drop, terus meninggal,” tambah John.
Henry meninggal di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU). Sebelumnya dia sempat pingsan. Keluarga dan teman-temannya langsung membawanya ke RS. Selama masuk RS, kondisi Henry terus memburuk. Dia tak sadarkan diri. Berdasar informasi, pembuluh darah di bagian otak ada yang pecah.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman