- Advertisement -
MYANMAR (RIAUPOS.CO) – Upaya penduduk Myanmar melawan junta militer tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Mereka menggalang dana yang disalurkan kepada pemerintahan bayangan Komite Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH), gerakan protes, dan berbagai organisasi penentang militer lainnya. Gerakan online itu dinilai lebih aman daripada turun ke jalan yang taruhannya nyawa.
Associated Press mengungkapkan bahwa penduduk menjual baju, mainan, jasa pelajaran musik, hasil panen, dan berbagai hal lainnya di Facebook serta media sosial lainnya untuk mendorong orang berdonasi. Mereka mengajak teman-teman di luar negeri untuk ikut berpartisipasi.
- Advertisement -
Penggalangan dana di dalam negeri juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran politik guna menggulingkan junta militer.
CRPH memang membutuhkan banyak dana untuk mengatur aktivitas mereka di dalam negeri maupun usaha diplomatik di luar negeri. Komite tersebut berasal dari anggota parlemen yang menolak pemerintahan militer. Mayoritas merupakan anggota Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Junta militer melabeli mereka sebagai pemberontak dan mengancam untuk menangkap mereka beserta pendukungnya.
- Advertisement -
Militer memang membatasi akses internet. Tapi, celah sekecil apa pun tetap bisa dimanfaatkan penduduk untuk bertransaksi. Pekan lalu seorang perempuan menawarkan koleksi memorabilia K-Pop miliknya, terutama milik band Exo.
Mereka yang tertarik harus menunjukkan bukti telah memberikan donasi untuk CRPH. Memorabilia itu diserahkan kepada penyumbang tertinggi. Ada juga yang rela melepas lego Marvel Super Heroes miliknya.
’’Ini memang tidak mahal, tapi sulit didapatkan. Jika Anda menunjukkan bukti donasi CRPH, pilih salah satu dan saya akan memberikannya,’’ tulis si pemilik lego.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra
MYANMAR (RIAUPOS.CO) – Upaya penduduk Myanmar melawan junta militer tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Mereka menggalang dana yang disalurkan kepada pemerintahan bayangan Komite Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH), gerakan protes, dan berbagai organisasi penentang militer lainnya. Gerakan online itu dinilai lebih aman daripada turun ke jalan yang taruhannya nyawa.
Associated Press mengungkapkan bahwa penduduk menjual baju, mainan, jasa pelajaran musik, hasil panen, dan berbagai hal lainnya di Facebook serta media sosial lainnya untuk mendorong orang berdonasi. Mereka mengajak teman-teman di luar negeri untuk ikut berpartisipasi.
- Advertisement -
Penggalangan dana di dalam negeri juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran politik guna menggulingkan junta militer.
CRPH memang membutuhkan banyak dana untuk mengatur aktivitas mereka di dalam negeri maupun usaha diplomatik di luar negeri. Komite tersebut berasal dari anggota parlemen yang menolak pemerintahan militer. Mayoritas merupakan anggota Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
- Advertisement -
Junta militer melabeli mereka sebagai pemberontak dan mengancam untuk menangkap mereka beserta pendukungnya.
Militer memang membatasi akses internet. Tapi, celah sekecil apa pun tetap bisa dimanfaatkan penduduk untuk bertransaksi. Pekan lalu seorang perempuan menawarkan koleksi memorabilia K-Pop miliknya, terutama milik band Exo.
Mereka yang tertarik harus menunjukkan bukti telah memberikan donasi untuk CRPH. Memorabilia itu diserahkan kepada penyumbang tertinggi. Ada juga yang rela melepas lego Marvel Super Heroes miliknya.
’’Ini memang tidak mahal, tapi sulit didapatkan. Jika Anda menunjukkan bukti donasi CRPH, pilih salah satu dan saya akan memberikannya,’’ tulis si pemilik lego.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra