- Advertisement -
(RIAUPOS.CO) – Malam itu, Rezka bersama adiknya hanya berdua di rumah. Ia pun kemudian membuat kopi untuk mengusir kantuk.
Menunggu kopi miliknya sedikit dingin untuk bisa disruput, ia pun Salat Isya terlebih dulu. Sementara, adiknya bernama Shinta mengira kopi itu untuknya. ”Wih, ada kopi, asyik nih,” katanya sambil menyeruput di depan ruang tamu sambil menonton tv.
- Advertisement -
Tak berapa lama, Rezka pun ke dapur mengambil kopinya. Di sana ia melihat sudah tidak ada lagi. ”Dek, tau kopi kakak dimana? Kamu pindahkan ya?” tanyanya. ”Oo jadi ini kopi Kaka? Udah aku minum, tinggal setengah,” katanya dengan nada merendah dah melanjutkan, “Jangan marah entar aku buatin,’’ imbuhnya.
”Alamak! Kamu ni eh. Buruan, kan jadi nunggu lagi,” katanya sambil mendengus.(sof)
(RIAUPOS.CO) – Malam itu, Rezka bersama adiknya hanya berdua di rumah. Ia pun kemudian membuat kopi untuk mengusir kantuk.
Menunggu kopi miliknya sedikit dingin untuk bisa disruput, ia pun Salat Isya terlebih dulu. Sementara, adiknya bernama Shinta mengira kopi itu untuknya. ”Wih, ada kopi, asyik nih,” katanya sambil menyeruput di depan ruang tamu sambil menonton tv.
- Advertisement -
Tak berapa lama, Rezka pun ke dapur mengambil kopinya. Di sana ia melihat sudah tidak ada lagi. ”Dek, tau kopi kakak dimana? Kamu pindahkan ya?” tanyanya. ”Oo jadi ini kopi Kaka? Udah aku minum, tinggal setengah,” katanya dengan nada merendah dah melanjutkan, “Jangan marah entar aku buatin,’’ imbuhnya.
”Alamak! Kamu ni eh. Buruan, kan jadi nunggu lagi,” katanya sambil mendengus.(sof)
- Advertisement -