(RIAUPOS.CO) — Masuknya virus corona di Indonesia membuat warga kian waspada. Stok sejumlah perlengkapan kesehatan seperti hand sanitizer menipis di pasaran. Padahal, cuci tangan menggunakan air dan sabun jauh lebih baik ketimbang memakai hand sanitizer.
Hal itu diungkapkan peneliti lembaga penyakit tropis serta dosen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Laura Navika Yamani. Menurut dia, hand sanitizer hanyalah pelengkap.
Jika tidak ada sabun dan air untuk cuci tangan, barulah digunakan hand sanitizer. Nah, setelah mencuci tangan dengan air dan sabun, warga diperbolehkan memakai hand sanitizer. Dengan demikian, tingkat kebersihannya lebih baik. "Tapi, yang harus diketahui, mencuci tangan menggunakan sabun dan air sudah cukup. Bahkan lebih baik. Karena jika menggunakan sabun dan air, dalam waktu 20 detik tangan sudah steril," tegas Laura.
Berbeda halnya dengan menggunakan hand sanitizer. Tangan baru dinyatakan steril setelah empat menit dari penggunaan. Dalam hal ini, keduanya tetap baik. Juga harus sering dilakukan.
Sekolah-sekolah pun mengedukasi anak didiknya tentang kesadaran tersebut. Misalnya, yang diterapkan Growing Kid School. Untuk mencegah persebaran bakteri dan virus, seluruh murid diwajibkan untuk sering mencuci tangan dan memakai hand sanitizer setelah melakukan aktivitas. Misalnya, sehabis makan dan menyentuh barang atau benda yang berada di sekolah.
Pihak Growing Kid School memperketat pengawasan kesehatan seluruh peserta didik. Mulai pengecekan suhu tubuh, pemakaian masker, penggunaan hand sanitizer, hingga larangan untuk berjabat tangan antarsesama. Kepala Staf Growing Kid School Felycia Dewi Witanto mengatakan, peraturan baru tersebut mulai diterapkan kemarin (4/3). Meskipun, sebelumnya pengecekan suhu tubuh terlebih dahulu dijalankan.
"Lalu untuk memastikan murid benar-benar bersih dari bakteri, sementara aktivitas berjabat tangan antarsesama murid dan guru ditiadakan," ujarnya.
Pengawasan kesehatan tidak hanya diterapkan kepada peserta didik, tetapi juga seluruh guru dan wali murid di sekolah. Agar peraturan tersebut berjalan, pihaknya mengingatkan orang tua murid melalui pesan WhatsApp.
"Sebelum masuk, seluruh murid kami cek suhu tubuhnya. Jika suhunya di atas 37,5 derajat (Celsius, Red), murid akan dipulangkan dan dianjurkan untuk segera berobat," kata perempuan yang akrab disapa Felycia itu.
Felycia menambahkan, murid yang sakit tidak diizinkan masuk hingga benar-benar sembuh. Walaupun mereka sakit demam biasa. Kemudian jika ada yang sakit, seperti flu dan batuk, siswa tersebut diwajibkan untuk menggunakan masker selama berada di sekolah.
Peraturan tersebut berlaku hingga situasi kembali normal. Selain itu, imbauan untuk seluruh murid agar tidak bepergian ke luar negeri terus diberikan. Sekolah juga meminta murid yang baru pulang dari luar negeri dalam beberapa waktu terakhir untuk melapor.
Itu semua dilakukan untuk mengantisipasi persebaran virus korona di Growing Kid School. Meskipun sampai saat ini Surabaya masih dinyatakan aman. "Mencegah kan tidak ada salahnya. Karena walaupun tidak adanya virus korona, kebersihan harus selalu diterapkan oleh kita semua," paparnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal