Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Hati-hati dengan Wadah Plastik Berbentuk Lucu, Ini Bahayanya

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Cara mengurangi risiko terpapar senyawa BPA (bisphenol A) adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA. Artinya, jangan makan atau minum dari wadah plastik yang mengandung unsur kimia BPA.

Hal ini disampaikan lewat webinar ‘Mengenal BPA dari Rumah‘. Webinar yang diselenggarakan oleh Cerdik Sehat bekerja sama dengan Rumah Sakit Mayapada dan Parentalk ini ingin memberi edukasi kepada masyarakat bahwa makanan atau minuman yang ditempatkan di dalam wadah mengandung BPA akan mencemari kualitas pangan tersebut.

“Sebagai orang tua, apakah kita sudah berkomitmen memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak kita?” ujar Co-Founder Parentalk Nucha Bachri dalam siaran pers yang diterima JawaPos.com.

Nucha menambahkan, hal yang harus orang tua lakukan di rumah adalah berani menyingkirkan wadah makanan atau minuman yang mengandung BPA. Jangan membeli karena tertarik pada  bentuk kemasannya.

Baca Juga:  Ke Dumai, Menteri LHK Bawa Program Pemulihan Lingkungan dan Ekonomi

“Beli barang jangan cuma karena lucu dan harga aja. Tapi harus diperhatikan juga keamanannya. Perhatikan baik-baik dan pelajari dan cari tahu dulu bahan yang mau kita beli seperti apa. Jangan sampai mengandung BPA yang dapat mempengaruhi kesehatan anak balita,” ungkap Nucha.

Dokter spesialis anak dan neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta, dr. Daulika Husna menambahkan bahwa bahaya BPA dapat dirasakan dalam waktu lama. Efeknya pun tidak serta merta.

“Contohnya pada gangguan hormon pada anak atau balita yang sedang tumbuh. Gangguan lainnya dapat memicu kanker jika BPA dikonsumsi terus menerus,” papar Daulika.

Lantas bagaimana zat kimia BPA ini masuk ke dalam tubuh?

Dalam prosesnya, molekul BPA atau monomer di polimerisasi menjadi plastik karbonat (PC). Dalam polimerisasi itulah proses tidak berjalan sempurna sehingga menimbulkan molekul-molekul BPA bebas. Molekul  BPA bebas ini kemudian bermigrasi dari kemasan atau utilitas ke makanan atau minuman yang terkonsumsi. Masuknya BPA ke dalam tubuh melalui dua cara yaitu dietary exposure dan non dietary exposure.

Cara yang pertama migrasi BPA ke makanan dari bahan pengemas yang kontak dengan minuman atau makanan. Cara yang kedua antara lain debu, thermal paper, kosmetika dan lain lain.

Baca Juga:  2.357 PNS Terlibat Pidana Korupsi

“Migrasi adalah berpindahnya zat kimia BPA yang ada pada kemasan makanan ke dalam produk pangan. Kita akan terpapar jika kita mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi BPA. Hindari risiko dengan mengurangi paparan,” tutur pakar teknologi pangan Azis Boing Sitanggang dalam kesempatan yang sama.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Cara mengurangi risiko terpapar senyawa BPA (bisphenol A) adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA. Artinya, jangan makan atau minum dari wadah plastik yang mengandung unsur kimia BPA.

Hal ini disampaikan lewat webinar ‘Mengenal BPA dari Rumah‘. Webinar yang diselenggarakan oleh Cerdik Sehat bekerja sama dengan Rumah Sakit Mayapada dan Parentalk ini ingin memberi edukasi kepada masyarakat bahwa makanan atau minuman yang ditempatkan di dalam wadah mengandung BPA akan mencemari kualitas pangan tersebut.

- Advertisement -

“Sebagai orang tua, apakah kita sudah berkomitmen memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak kita?” ujar Co-Founder Parentalk Nucha Bachri dalam siaran pers yang diterima JawaPos.com.

Nucha menambahkan, hal yang harus orang tua lakukan di rumah adalah berani menyingkirkan wadah makanan atau minuman yang mengandung BPA. Jangan membeli karena tertarik pada  bentuk kemasannya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Dewi Perssik Rajin Ibadah saat Ramadan

“Beli barang jangan cuma karena lucu dan harga aja. Tapi harus diperhatikan juga keamanannya. Perhatikan baik-baik dan pelajari dan cari tahu dulu bahan yang mau kita beli seperti apa. Jangan sampai mengandung BPA yang dapat mempengaruhi kesehatan anak balita,” ungkap Nucha.

Dokter spesialis anak dan neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta, dr. Daulika Husna menambahkan bahwa bahaya BPA dapat dirasakan dalam waktu lama. Efeknya pun tidak serta merta.

“Contohnya pada gangguan hormon pada anak atau balita yang sedang tumbuh. Gangguan lainnya dapat memicu kanker jika BPA dikonsumsi terus menerus,” papar Daulika.

Lantas bagaimana zat kimia BPA ini masuk ke dalam tubuh?

Dalam prosesnya, molekul BPA atau monomer di polimerisasi menjadi plastik karbonat (PC). Dalam polimerisasi itulah proses tidak berjalan sempurna sehingga menimbulkan molekul-molekul BPA bebas. Molekul  BPA bebas ini kemudian bermigrasi dari kemasan atau utilitas ke makanan atau minuman yang terkonsumsi. Masuknya BPA ke dalam tubuh melalui dua cara yaitu dietary exposure dan non dietary exposure.

Cara yang pertama migrasi BPA ke makanan dari bahan pengemas yang kontak dengan minuman atau makanan. Cara yang kedua antara lain debu, thermal paper, kosmetika dan lain lain.

Baca Juga:  Ke Dumai, Menteri LHK Bawa Program Pemulihan Lingkungan dan Ekonomi

“Migrasi adalah berpindahnya zat kimia BPA yang ada pada kemasan makanan ke dalam produk pangan. Kita akan terpapar jika kita mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi BPA. Hindari risiko dengan mengurangi paparan,” tutur pakar teknologi pangan Azis Boing Sitanggang dalam kesempatan yang sama.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari