KABUL (RIAUPOS.CO) – Dua buah bom meledak di sebuah pasar di Kota Bamiyan, Afghanistan, Selasa (24/11/2020) malam waktu setempat. Sedikitnya 14 orang tewas, termasuk polisi lalu lintas serta 45 lainnya luka-luka dalam insiden tersebut.
Kepala Polisi Bamiyan, Zabardast Safai, mengatakan bahan peledak dipasang di sisi jalan di Bamiyan yang merupakan rumah bagi banyak anggota etnis minoritas Syiah Hazara.
Korban tewas terdiri dari 12 warga sipil, serta dua orang polisi lalu lintas yang kebetulan tengah bertugas saat ledakan terjadi. Menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, bom meledak di jam sibuk Pasar Bamiyan pada malam hari.
Juru bicara kepolisian, Tariq Arian, menyebut insiden tersebut sebagai kejahatan yang tidak termaafkan.
"Saat saya sampai di pasar, masih ada darah dan bagian tubuh di mana-mana. Ledakan itu terjadi saat orang-orang sedang asyik berbelanja," kata Anwar Saadatyar, warga setempat, dikutip dari Aljazeera, Rabu (25/11/2020).
"Saya kemudian mendatangi rumah sakit dan melihat orang-orang menangisi kerabat mereka yang tewas atau terluka akibat ledakan," ucapnya.
"Ada begitu banyak orang yang terluka sehingga dokter tidak tahu siapa yang harus dirawat terlebih dahulu. Saya tidak akan pernah melupakan kejadian itu," lanjutnya.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Taliban –yang telah melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah Afghanistan yang didukung asing sejak digulingkan pada akhir 2001– membantah terlibat dalam pemboman itu.
Bamiyan –sebuah resor wisata terkenal di kalangan wisatawan lokal dan internasional– telah lama dianggap sebagai salah satu sudut teraman di Afghanistan karena lokasinya yang terpencil di pegunungan tengah.
Suku lokal yang mendominasi wilayah itu, Hazara menentang keberadaan Taliban yang telah membantai ribuan orang Hazara selama pemerintahan mereka.
Sebagian besar minoritas Syiah sering menjadi sasaran kelompok teroris afiliasi ISIS di Afghanistan dan juga oleh Taliban pada 1990-an. Di kota-kota besar seperti Kabul, suku Hazara berulang kali mengalami serangan di lingkungan mereka termasuk serangan brutal di bangsal rumah sakit pada siang hari bulan Mei yang menewaskan beberapa ibu-ibu.
Dalam laporan yang dipublikasikan PBB, hampir 6.000 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka dalam sembilan bulan pertama tahun ini karena pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan Taliban terus berlangsung meskipun ada upaya untuk menemukan perdamaian.
Puluhan negara mulai menjanjikan bantuan miliaran dolar untuk Afghanistan pada konferensi di Jenewa pada Selasa kemarin, berharap bahwa negosiasi perdamaian yang baru-baru ini dimulai antara pemerintah dan Taliban akan mengakhiri perang selama hampir dua dekade.
Sumber: Aljazeera/News/AFP/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun