Mewabahnya Covid-19 di Indonesia juga sampai di ujung Pulau Bengkalis. Namun tak menyurutkan semangat masyarakat nelayan sehari-hari menggantungkan hidup dari mencari udang bubuk atau pepai untuk dijadikan belacan (terasi) di tepian Selat Melaka.
Laporan Erwan Sani, Teluk Pambang
Berbekal sondong (jala bermata halus) yang dibuat sedemikian rupa, Amah ditemani anak sulungnya Mala menyusuri tepian Selat Melaka. Dengan wadah udang bubuk terbuat dari jerigen bekas yang tersandang di bahunya, ia terus menyusuri air laut yang mulai surut, sekitar pukul 10.30 WIB, Kamis (29/10/2020).
Sambil terus berjalan di dalam air sebatas betis, sesekali ujung kayu sondong diturunkan mengenai air laut. Berjalan sekitar 200 meter akhirnya terlihat beribu udang halus melompat dari dasar air.
Bergegas dirinya menurunkan sondong untuk dikarau dan seketika pundi (pusat jala) dipenuhi udang halus. Bagi masyarakat tempatan menyebutnya udang bubuk. Sedangkan masyarakat umum lebih mengenal udang pepai.
"Alhamdulillah. Kalau ade rezeki, sejam (satu jam) dah bisa bawa empat-lima kilo udang. Tapi kalau lagi tak ada, cari sekow (seekor) udang payah," kata Amah.
Hanya kurang lebih dua jam berjalan sambil menyondong, akhirnya Amah dan Mala menuju pangkalan untuk mengambil sepedamotor dan pulang ke rumah.
"Itulah rezeki. Kalau ade sebentar saja di laut. Kalau tak ada, mulai dari air surut sampai pasang tak jumpa udang," jelas Amah dengan logat Melayu.
Menurut Amah, pekerjaan ini dilakukannya untuk tambahan pendapatan sehari-hari. Apalagi di kondisi serba tak bisa begerak. "Corona membuat sendi ekonomi payah. Sekarang harga karet tak stabil, sawit di pulau ini harganya tak tentu. Jadi harus ada penghasilan tambahan," jelasnya saat itu sedang memasukkan garam kasar ke dalam wadah yang berisi lebih kurang tiga kilogram udang bubuk.
Menurut dia, per pekan bisa menghasilkan belacan sekitar 5-7 kilogram. Namun jika udang itu sedang banyak. "Kadang kita turun tak ada dapat udang. Kalau pesanan belacan lumayan," jelas Amah sambil terus mengaduk garam sore itu.
Untuk menghasilkan satu kilogram belacan, minimal harus mendapatkan udang bubuk 1.5 kilogram. "Kalau dapat sekilo udang bubuk. Setelah dijemur dan ditumbuk paling kuat jadi belacan setengah kilogram," jelasnya.
Pengolahannya tak memakan waktu lama, udang digaram selama semalam. Besoknya langsung dijemur. Selama dua hari dijemur dengan cukup dapat panas sudah bisa diolah dengan cara ditumbuk untuk jadi belacan atau terasi.
Riaupos.co menyempatkan diri menyaksikan langsung proses penjemuran udang bubuk dilakukan Amah di atas panggar sederhana yang dibuatnya.
"Alhamdulillah per kilogram belacan Rp50 ribu. Bisalah nambah-nambah beli token lampu atau sayur," jelas Amah.
Per pekan terkadang bisa menjual 2—3 kilogram belacan. Namun untuk Oktober ini agak berkurang. Karena udang sedang sulit didapatkan. "Tapi untuk mencegah corona ni terkadang tetap saja berjemur di laut sambil olahraga. Kan berjalan di sepanjang pantai," ucapnya sambil tersenyum.***
Editor: Rinaldi