Kamis, 19 September 2024

Demo Anti-Lockdown di Melbourne Berujung Rusuh

MELBOURNE (RIAUPOS.CO) – Polisi menangkap lebih dari 70 orang dalam aksi demonstrasi yang berujung rusuh di kota Melbourne, Australia. Mereka yang ditangkap merupakan anggota kelompok anti-lockdown.

Sekitar 250 orang menghadiri demonstrasi yang mendesak pemerintah kota Melbourne mengakhiri kebijakan pembatasan wilayah (lockdown) pada Minggu (13/9/2020) pagi waktu setempat. Aksi unjuk rasa itu dipromosikan oleh kelompok pendukung teori konspirasi Covid-19 melalui media sosial.

Para demonstran mengabaikan peringatan resmi kesehatan masyarakat agar tidak berkumpul di Pasar Queen Victoria di pusat kota Melbourne. Mereka juga tidak memakai masker sesuai rekomendasi WHO sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Demonstrasi mendesak pemerintah menyudahi lockdown telah berlangsung selama berminggu-minggu di kota terbesar kedua di Australia itu. Kerusuhan pecah saat pasukan anti huru-hara berusaha membubarkan kerumunan demonstran di dekat pasar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Rombak Jabatan Struktural, Kadishub Lantik 15 Pejabat

Sydney Morning Herald melaporkan, demonstran marah dan menyerang barikade polisi setelah seorang perempuan terjatuh dari mobilnya akibat hentakan fisik anggota polisi.

Polisi menangkap 74 orang dan menjatuhkan hukuman denda pada 176 orang lainnya dalam insiden tersebut. Seorang pria yang diyakini sebagai "agitator utama" menghadapi tuduhan penghasutan, sedangkan lainnya didakwa melakukan penyerangan pada polisi.

- Advertisement -

Perdana Menteri Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews, menyebut para pengunjuk rasa egois. Dia juga memastikan unjuk rasa yang digelar kelompok anti-lockdown tidak akan berpengaruh pada kebijakan pembatasan wilayah.

"Tidak ada yang menikmati kenyataan yang kita hadapi, tapi tidak ada dari kita yang memiliki pilihan untuk mengabaikan kenyataan yang kita hadapi," katanya.

"Kita tidak bisa membuka kota sekarang dan tetap membiarkannya terbuka. Itu tidak akan aman," lanjutnya.

Baca Juga:  Kasus Penganiayaan di Rumbai Pesisir Tak Kunjung Jelas

Pemerintah Kota Melbourne memberlakukan pembatasan kunjungan rumah ke rumah, dan membatasi perjalanan tidak lebih dari lima kilomter hingga 26 Oktober mendatang.

Negara bagian Victoria menjadi epicenter gelombang kedua Covid-19 di Australia. Kasus infeksi di wilayah selatan Benua Australia itu mencapai 19.800 dan 716 total kasus kematian. Situasi inilah yang mendorong pemerintah negara bagian memberlakukan jam malam dan pembatasan wilayah.

Terlepas dari gelombang kedua Covid-19 di Victoria, Australia relatif berhasil dalam menahan laju penularan virus. Sejauh ini, dalam 24 jam terakhir Australia hanya mencatat enam kasus baru, sedangkan akumulasi kasus positif Covid-19 di Negeri Kanguru mencapai 26.607 dan 803 angka kematian.

Sumber: AFP/Sydney Morning Herald/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

MELBOURNE (RIAUPOS.CO) – Polisi menangkap lebih dari 70 orang dalam aksi demonstrasi yang berujung rusuh di kota Melbourne, Australia. Mereka yang ditangkap merupakan anggota kelompok anti-lockdown.

Sekitar 250 orang menghadiri demonstrasi yang mendesak pemerintah kota Melbourne mengakhiri kebijakan pembatasan wilayah (lockdown) pada Minggu (13/9/2020) pagi waktu setempat. Aksi unjuk rasa itu dipromosikan oleh kelompok pendukung teori konspirasi Covid-19 melalui media sosial.

Para demonstran mengabaikan peringatan resmi kesehatan masyarakat agar tidak berkumpul di Pasar Queen Victoria di pusat kota Melbourne. Mereka juga tidak memakai masker sesuai rekomendasi WHO sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Demonstrasi mendesak pemerintah menyudahi lockdown telah berlangsung selama berminggu-minggu di kota terbesar kedua di Australia itu. Kerusuhan pecah saat pasukan anti huru-hara berusaha membubarkan kerumunan demonstran di dekat pasar.

Baca Juga:  Isi Posisi yang Kosong, Menteri LHK Lantik 192 Pejabat di Lingkungan KLHK

Sydney Morning Herald melaporkan, demonstran marah dan menyerang barikade polisi setelah seorang perempuan terjatuh dari mobilnya akibat hentakan fisik anggota polisi.

Polisi menangkap 74 orang dan menjatuhkan hukuman denda pada 176 orang lainnya dalam insiden tersebut. Seorang pria yang diyakini sebagai "agitator utama" menghadapi tuduhan penghasutan, sedangkan lainnya didakwa melakukan penyerangan pada polisi.

Perdana Menteri Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews, menyebut para pengunjuk rasa egois. Dia juga memastikan unjuk rasa yang digelar kelompok anti-lockdown tidak akan berpengaruh pada kebijakan pembatasan wilayah.

"Tidak ada yang menikmati kenyataan yang kita hadapi, tapi tidak ada dari kita yang memiliki pilihan untuk mengabaikan kenyataan yang kita hadapi," katanya.

"Kita tidak bisa membuka kota sekarang dan tetap membiarkannya terbuka. Itu tidak akan aman," lanjutnya.

Baca Juga:  Rombak Jabatan Struktural, Kadishub Lantik 15 Pejabat

Pemerintah Kota Melbourne memberlakukan pembatasan kunjungan rumah ke rumah, dan membatasi perjalanan tidak lebih dari lima kilomter hingga 26 Oktober mendatang.

Negara bagian Victoria menjadi epicenter gelombang kedua Covid-19 di Australia. Kasus infeksi di wilayah selatan Benua Australia itu mencapai 19.800 dan 716 total kasus kematian. Situasi inilah yang mendorong pemerintah negara bagian memberlakukan jam malam dan pembatasan wilayah.

Terlepas dari gelombang kedua Covid-19 di Victoria, Australia relatif berhasil dalam menahan laju penularan virus. Sejauh ini, dalam 24 jam terakhir Australia hanya mencatat enam kasus baru, sedangkan akumulasi kasus positif Covid-19 di Negeri Kanguru mencapai 26.607 dan 803 angka kematian.

Sumber: AFP/Sydney Morning Herald/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari