ANKARA (RIAUPOS.CO)- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memperingatkan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, agar tidak ikut campur di tengah ketegangan kawasan Mediterania yang melibatkan sekutu NATO.
"Jangan main-main dengan orang Turki," tegas Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi di Istanbul.
Mediterania Makin Memanas, Prancis Desak Eropa Bersatu Lawan Turki
"Jangan pernah main-main dengan negara Turki," lanjutnya dikutip dari AFP, Sabtu (12/9/2020).
Pernyataan keras Erdogan merespons usulan Macron agar negara-negara Eropa mengoordinasikan strategi yang lebih keras terhadap Turki yang dapat mencakup sanksi.
Prancis sangat mendukung Yunani dan Siprus dalam perselisihan kedua negara itu dengan Turki terkait klaim atas sumber daya hidrokarbon dan pengaruh angkatan laut mereka di Mediterania Timur. Perselisihan itu memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih parah di masa mendatang.
Krisis tersebut telah menambah daftar ketegangan yang berkembang antara Turki dan Eropa, terutama atas intervensi militer Ankara di Libya. Belum lagi kebijakan Turki di Suriah dan tindakan keras pemerintah negeri bulan sabit merah itu terhadap lawan-lawan politik Erdogan di dalam negeri. Semua kondisi itu membuat Prancis gerah sendiri.
“Kami orang Eropa harus jelas dan tegas dengan pemerintah Presiden Erdogan, yang saat ini perilakunya tidak dapat diterima,” kata Macron kepada wartawan di Corsica, tempat pertemuan puncak negara-negara Mediterania akan diadakan.
Turki dan Yunani, yang keduanya sama-sama anggota NATO, terlibat dalam perselisihan yang kian memanas sejak Turki mengerahkan kapal eksplorasi minyak dan gas bumi di Laut Mediterania, bulan lalu. Selain keduanya, Siprus juga ikut memperebutkan perairan yang potensial akan SDA itu.
Macron menuduh Turki telah meningkatkan provokasi dengan cara yang tidak layak untuk negara yang hebat.
“Rakyat Turki adalah orang-orang hebat dan pantas mendapatkan sesuatu yang lain,” katanya.
Namun dalam jawaban yang tegas, Kementerian Luar Negeri Turki menggambarkan komentar Macron itu sebagai keangkuhan dan tanda kelemahan dan keputusasaannya sendiri.
Sumber: AFP/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun