Minggu, 10 November 2024

Sedih… Satu Menit Satu Nyawa Meninggal karena Corona di AS

- Advertisement -

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Angka penularan dan kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) terus bertambah signifikan. Johns Hopkins University mencatat ada 150.676 orang meninggal dalam sehari pada Rabu (29/7). Itu artinya, setiap menit lebih dari satu nyawa melayang di Negeri Paman Sam tersebut. Itu merupakan rekor tertinggi sejak 27 Mei lalu.

’’Saya rasa fakta bahwa negara belum bisa memprioritaskan pencegahan kematian adalah hal yang jauh lebih menjengkelkan,’’ tegas Direktur Harvard Global Health Institute Dr Ashish Jha sebagaimana dikutip CNN.

- Advertisement -

Kasus kematian meningkat cepat dalam dua bulan ini. Dalam 11 hari terakhir bahkan meningkat rata-rata 10 ribu orang. Rumah sakit di Arizona, California, Florida, dan Texas sudah kewalahan menampung pasien Covid-19.

Lebih dari seperlima kematian akibat Covid-19 ada di AS. Tapi, jika dihitung per kapita, AS masih berada di urutan ke-6. Yaitu, 45 kematian per 100 ribu penduduk. Urutan pertama adalah Inggris, disusul Spanyol, Italia, Peru, dan Cile.

Gara-gara penularan dan kematian yang tinggi, Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi membuat kebijakan baru. Yaitu, semua legislator dan para staf wajib memakai masker jika pergi ke gedung parlemen. Masker tersebut wajib dipakai terus-menerus bahkan saat rapat. Pengecualian hanya berlaku jika mereka akan menyuarakan pendapat saat rapat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Dalami Kasus, Jaksa Agung Bakal Tindak Menteri yangTerlibat

Selama ini puluhan legislator Republik terlihat jarang memakai masker saat berada di Capitol Hill. Namun, Rabu lalu legislator Republik dari Texas Louie Gohmert dinyatakan positif Covid-19. Padahal, selama ini dia termasuk dalam rombongan orang-orang yang tak bermasker. 

Sehari sebelumnya, dia juga berkali-kali membuka masker saat dengar pendapat selama lima jam bersama dengan Jaksa Agung William Bar. Kini Bar juga menjalani tes uji Covid-19.

Nasib tak jauh beda dialami India. Mereka mendapatkan tambahan 52.123 kasus baru dan 775 kematian pada Kamis(30/7). Total kasus di India sudah hampir mencapai 1,6 juta. Mayoritas klaster terjadi di wilayah pedesaan. 

Pemerintah memang sudah melonggarkan kebijakan soal Covid-19 demi menggerakkan roda perekonomian. Yang menjadi masalah, masyarakat kelas bawah masih sulit menjaga jarak dan kebersihan.

New Delhi harus menerapkan kebijakan yang luar biasa ketat untuk mencegah angka penularan. Termasuk di antaranya jam malam, penutupan tempat olahraga, sekolah, bioskop, dan bar. Jam malam rencananya dicabut pada 1 Agustus, pun demikian dengan larangan membuka tempat olahraga. Namun, sekolah dan tempat-tempat lainnya tetap wajib tutup.

Baca Juga:  Deddy Corbuzier Sebut Uya Kuya seperti Acar di Nasi Goreng

India berada di urutan ketiga dengan angka penularan tertinggi. Posisi pertama ditempati AS, disusul Brasil. Kasus di India 20 kali lipat lebih banyak daripada di Tiongkok yang populasinya hampir sama.

Australia yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit juga sulit mengendalikan penularan. Di Victoria, angka penularan dan kematian terus meroket. Kemarin ada 723 kasus baru dan 13 kematian. Itu naik 36 persen dari angka pada Senin (27/7).

Padahal, pusat penularan di Melbourne sudah dikuntara. Itu menunjukkan bahwa kuntara di ibu kota Victoria tersebut tidak berfungsi dengan baik. Ditakutkan bahwa kuntara di Melbourne akan diperpanjang dan diperketat. Pemerintah Victoria meminta orang-orang yang memiliki gejala Covid-19 segera memeriksakan diri.

’’Kita harus hati-hati agar tidak terjebak dalam pemikiran bahwa kita memiliki kekebalan khusus terhadap virus ini,’’ ujar Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Hary B Koriun
 

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Angka penularan dan kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) terus bertambah signifikan. Johns Hopkins University mencatat ada 150.676 orang meninggal dalam sehari pada Rabu (29/7). Itu artinya, setiap menit lebih dari satu nyawa melayang di Negeri Paman Sam tersebut. Itu merupakan rekor tertinggi sejak 27 Mei lalu.

’’Saya rasa fakta bahwa negara belum bisa memprioritaskan pencegahan kematian adalah hal yang jauh lebih menjengkelkan,’’ tegas Direktur Harvard Global Health Institute Dr Ashish Jha sebagaimana dikutip CNN.

- Advertisement -

Kasus kematian meningkat cepat dalam dua bulan ini. Dalam 11 hari terakhir bahkan meningkat rata-rata 10 ribu orang. Rumah sakit di Arizona, California, Florida, dan Texas sudah kewalahan menampung pasien Covid-19.

Lebih dari seperlima kematian akibat Covid-19 ada di AS. Tapi, jika dihitung per kapita, AS masih berada di urutan ke-6. Yaitu, 45 kematian per 100 ribu penduduk. Urutan pertama adalah Inggris, disusul Spanyol, Italia, Peru, dan Cile.

- Advertisement -

Gara-gara penularan dan kematian yang tinggi, Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi membuat kebijakan baru. Yaitu, semua legislator dan para staf wajib memakai masker jika pergi ke gedung parlemen. Masker tersebut wajib dipakai terus-menerus bahkan saat rapat. Pengecualian hanya berlaku jika mereka akan menyuarakan pendapat saat rapat.

Baca Juga:  Tangani Perkara Pembunuhan Mara Salem, Ini yang Dilakukan Kejati Sumut

Selama ini puluhan legislator Republik terlihat jarang memakai masker saat berada di Capitol Hill. Namun, Rabu lalu legislator Republik dari Texas Louie Gohmert dinyatakan positif Covid-19. Padahal, selama ini dia termasuk dalam rombongan orang-orang yang tak bermasker. 

Sehari sebelumnya, dia juga berkali-kali membuka masker saat dengar pendapat selama lima jam bersama dengan Jaksa Agung William Bar. Kini Bar juga menjalani tes uji Covid-19.

Nasib tak jauh beda dialami India. Mereka mendapatkan tambahan 52.123 kasus baru dan 775 kematian pada Kamis(30/7). Total kasus di India sudah hampir mencapai 1,6 juta. Mayoritas klaster terjadi di wilayah pedesaan. 

Pemerintah memang sudah melonggarkan kebijakan soal Covid-19 demi menggerakkan roda perekonomian. Yang menjadi masalah, masyarakat kelas bawah masih sulit menjaga jarak dan kebersihan.

New Delhi harus menerapkan kebijakan yang luar biasa ketat untuk mencegah angka penularan. Termasuk di antaranya jam malam, penutupan tempat olahraga, sekolah, bioskop, dan bar. Jam malam rencananya dicabut pada 1 Agustus, pun demikian dengan larangan membuka tempat olahraga. Namun, sekolah dan tempat-tempat lainnya tetap wajib tutup.

Baca Juga:  Penyidik Tengah Rampungkan Berkas Perkara Tersangka

India berada di urutan ketiga dengan angka penularan tertinggi. Posisi pertama ditempati AS, disusul Brasil. Kasus di India 20 kali lipat lebih banyak daripada di Tiongkok yang populasinya hampir sama.

Australia yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit juga sulit mengendalikan penularan. Di Victoria, angka penularan dan kematian terus meroket. Kemarin ada 723 kasus baru dan 13 kematian. Itu naik 36 persen dari angka pada Senin (27/7).

Padahal, pusat penularan di Melbourne sudah dikuntara. Itu menunjukkan bahwa kuntara di ibu kota Victoria tersebut tidak berfungsi dengan baik. Ditakutkan bahwa kuntara di Melbourne akan diperpanjang dan diperketat. Pemerintah Victoria meminta orang-orang yang memiliki gejala Covid-19 segera memeriksakan diri.

’’Kita harus hati-hati agar tidak terjebak dalam pemikiran bahwa kita memiliki kekebalan khusus terhadap virus ini,’’ ujar Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Hary B Koriun
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari