(RIAUPOS.CO) – Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) Pekanbaru kembali menerbitkan buku antologi puisi. Kali ini bersama para pendaki di seluruh Indonesia. Penerbitan buku puisi yang diberi judul Bisik Langit Pasak Bumi ini dilaksanakan sempena perayaan ke-8 Hari Puisi Indonesia tahun 2020.
Pembina sekaligus pimpinan Rumah Sunting yang juga tim kurasi, Kunni Masrohanti, mengatakan, buku ini akan diluncurkan di puncak tertinggi gunung berapi di Indonesia bahkan Asia Tenggara, yakni Gunung Kerinci 3805 mdpl di Provinsi Jambi.
''Pekan lalu, Rumah Sunting bersama komunitas lain dan para penyair Riau sudah merayakan Hari Puisi, tapi itu belum puncak. Kalau pun puncak, masih ada puncak di atas puncak lagi. Puncak HPI Riau ditandai dengan peluncuran buku puisi sempena HPI tahun ini di puncak Gunung Kerinci. Dan penulis puisi dalam buku ini semuanya pendaki dari berbagai daerah di Indonesia, '' jelas Kunni.
Buku puisi para pendaki ini bukan buku pertama yang diterbitkan dan diluncurkan Rumah Sunting sebagai penggerak dan pelaksana HPI di Riau. Sejak tahun 2017, setiap perayaan HPI di Riau, Rumah sunting selalu menerbitkan buku. Tahun 2017 berjudul Mufakat Air, tahun 2018 Kunanti di Kampar Kiri, tahun 2019 Asap dan 2020 berjudul Bisik Langit Pasak Bumi.
Dijelaskan Kunni, penerbitan buku ini merupakan upaya bersama dalam menggerakkan literasi di Indonesia. Tak heran jika buku-buku puisi yang diterbitkan Rumah Sunting diikuti oleh penyair dari berbagai negara. Tahun ini lebih khusus, karena yang menulis puisi bukan hanya penyair yang mendaki, tapi juga pendaki yang memang bukan penyair dan mereka tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
''Literasi tak bisa sendiri. Harus meluas dan mengajak siapa saja. Kawan saya banyak pendaki dan pencinta alam. Pengalaman mereka berbeda dengan orang lain, tapi mereka tidak menulis. Maka saya ajak mereka menulis puisi. Dan lahirlah buku Bisik Langit Pasak Bumi,'' beber Kunni lagi.
Dari 151 pengirim puisi, 58 penyair dinyatakan lolos kurasi oleh tim yakni Kunni sendiri dan Muhammad De Putra. ''Ada yang penyair dan juga pendaki, tapi lebih banyak yang hanya pendaki. Sejak awal saya tak berharap lebih kepada mereka dengan puisi-puisi yang bagus. Tapi, mereka mau menulis saja, bagi saya sudah sangat istimewa. Mereka sudah menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga gunung, hutan, sungai dan bumi dalam puisi,'' kata Kunni lagi.
Sampai saat ini, Gunung Kerinci belum dibuka untuk pendakian. Jika sampai tanggal 17 Agustus belum dibuka, tetap akan ditunggu sampai buka. Seluruh penyair dalam buku ini diundang untuk bersama-sama ke puncak Kerinci. Selain peluncuran buku, juga akan dilaksanakan pengebaran bendera merah putih dan bendera hari puisi.*
Editor: Rindra Yasin