JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sampai saat ini belum ada tanda-tanda penurunan jumlah kasus positif Covid-19 baik secara nasional maupun global. Kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi lebih dari 5 juta kasus hingga Jumat (22/5). Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 melonjak menjadi 20.796 kasus dan meninggal sebanyak 1.326 orang sebagaimana laporan yang dirilis pemerintah, Jumat (21/5).
Dampak terhadap ekonomi dunia juga semakin memburuk. Semua negara melakukan langkah peneyelamatan masing-masing dan cenderung terfokus secara protektif menjaga stok kebutuhan dalam negeri. Indonesia sendiri sudah memiliki formula secara ekonomi, sosial, dan politik menghadapi dampak Covid-19 ini. Salah satu dalam politik kebijakan pemerintah adalah disahkannya Perppu No. 1 Tahun 2020 tentang Covid-19 meski menuai banyak pro dan kontra.
Terkait masih adanya penambahan kasus serta dampak bagi ekonomi, Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, turut bersuara. Dia pun turut memberikan sumbangsih saran.
"Seperti saya ingatkan sebelumnya bahwa krisis ini akan berlanjut ke krisis sosial dan politik sampai terbentuknya tatanan aliansi global baru. Maka, Indonesia tidak bisa hanya berpikir pendekatan domestik," imbuh Anis Matta dalam acara Zoominari bertajuk Faktor Geopolitik di tengah Krisis dalam Alquran.
Menurut Anis Matta dalam menghadapi pandemi Covid-19, harus bisa membaca dan mahami faktor geopolitiknya. "Pandemi ini sudah menjadi komoditas politik dunia dalam memainkan pengaruhnya secara global khususnya Amerika berhadapan dengan Cina," sebut Anis Matta.
Apa yang disampaikan Anis Matta sejalan dengan fakta bahwa Amerika dan Cina mengalami hubungan yang memburuk bahkan sebelum wabah Covid-19. Zhu Feng, seorang spesialis hubungan AS di Universitas Nanjing menggambarkan situasi hubungan AS-Cina saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan menandai semakin memburuknya hubungan bilateral yang diyakini banyak orang adalah yang terburuk dalam empat decade. Hal itu dituturkan Zhu Feng dan dilansir South China Morning.
Bahkan, langkah Amerika untuk mengisolasi Cina dalam percaturan global mulai diaminkan dan dipertimbangkan oleh beberapa negara. Jepang salah satunya yang sudah menarik perusahaannya untuk keluar dari Cina. Jika ini terjadi secara terus menerus maka dampak geopolitiknya besar, termasuk Indonesia.
Pertanyaannya, langkah strategis apa yang bisa dilakukan Indonesia dalam menghadapi situasi tersebut. Menurut Anis Matta, mindset bangsa Indonesia sudah harus bergeser ke konteks krisis ekonomi, sosial, politik dan faktor-faktor geopolitik yang mempengaruhinya khsusunya bagaimana negara-negara supremasi itu memanfaatkan krisis pandemi ini dalam memenangkan "perang" dominasi untuk membentuk aliansi global baru.
"Ada tiga hal yang Indonesia harus lakukan adalah shifting ke teknologi baru, desain model ekonomi baru, dan yang tidak kalah pentingnya adalah merumuskan pola aliansi global baru," jelas Anis Matta.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi