TANGERANG SELATAN (RIAUPOS.CO) — Tingkat pencemaran atau kontaminasi radioaktif di sebidang tanah kosong di Perumahan Batan Indah ternyata cukup besar. Meskipun sudah dilakukan pengerukan berhari-hari, tangkat radiasinya masih tinggi.
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerjasam Sama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Heru Umbara menuturkan proses clean up atau pengangkatan tanah yang terkontaminasi radioaktif masih dilakuan sampai kemarin (16/2). Batan kemarin menerjumkah 28 personel yang terbagi menjadi empat kelompok.
Menjelang sore hari pengangkatan tanah di titik ditemukannya sumber radioaktif terpaksa dihentikan karena hujan. Sepanjang hari kemarin tanah yang dikeruk sebanyak 34 drum. Masing-masing drum berukuran 100 liter. Dalam proses sebelumnya Batan sudah mengambil tanah sebanyak 52 drum.
Dengan demikian sampai kemarin total tanah terkontaminasi radioaktif yang diangkat mencapai 86 drum. Tanah tersebut kemudian dibawa dan diolah di pusat pengolahan limbah radioaktif Nuklir. Heru menuturkan proses clean up ini akan terus dilakukan sampai indikator radiasi di lokasi penemuan sumber radioaktif kembali normal atau di bawah ambang batas.
Dia lantas menjelaskan mekanisme clean up untuk mengangkat tanah terkontaminasi itu. Setiap kelompok melakukan proses clean up secara bergantian. "Masing-masing kelompok hanya diperkenankan bekerja satu jam. Kemudian bergantian dengan kelompok lainnya," jelasnya. Setiap personel juga dilengkapi dengan baju yang bisa melindungi diri dari paparan radiasi.
Heru menjelaskan pergantian kelompok dalam proses clean up bertujuan untuk membatasi jumlah dosis radiasi yang diterima. Supaya tidak melebihi batas yang ditentukan. Sehingga memenuhi prosedur menjaga keselataman para pekerja. Ketika selesai melakukan clean up hasil pengukuran paparan radiasi yang diterima pekerja di rentang 2 sampai 10 microsievert. Paparan tersebut masih di bawah batas dosis aman sebesar 80 microsievert.
Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Hendriyanto Hadi Tjahyono mengatakan berupaya mempercepat menuntaskan proses pembersihan atau clean up bersama Batan. Kemudian dia menyampaikan Bapeten telah melakukan analisis terhadap air tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi.
"Terkait dengan air tanah, sudah dilakukan pengukuran dan dipastikan air tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi dalam kondisi tidak terkontaminasi," jelasnya. Sementara itu untuk sumber radioaktifnya sampai saat ini masih dalam pengujian di laboratorium Batan. Untuk mengetahui jenis atau bentuk awalnya seperti apa. Sebab saat ditemukan kondisinya sudah hancur menyerupai gula pasir. Sumber Radioaktif itu ditemukan Bapeten pada 30-31 Januari lalu.(wan/jpg)
TANGERANG SELATAN (RIAUPOS.CO) — Tingkat pencemaran atau kontaminasi radioaktif di sebidang tanah kosong di Perumahan Batan Indah ternyata cukup besar. Meskipun sudah dilakukan pengerukan berhari-hari, tangkat radiasinya masih tinggi.
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerjasam Sama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Heru Umbara menuturkan proses clean up atau pengangkatan tanah yang terkontaminasi radioaktif masih dilakuan sampai kemarin (16/2). Batan kemarin menerjumkah 28 personel yang terbagi menjadi empat kelompok.
- Advertisement -
Menjelang sore hari pengangkatan tanah di titik ditemukannya sumber radioaktif terpaksa dihentikan karena hujan. Sepanjang hari kemarin tanah yang dikeruk sebanyak 34 drum. Masing-masing drum berukuran 100 liter. Dalam proses sebelumnya Batan sudah mengambil tanah sebanyak 52 drum.
Dengan demikian sampai kemarin total tanah terkontaminasi radioaktif yang diangkat mencapai 86 drum. Tanah tersebut kemudian dibawa dan diolah di pusat pengolahan limbah radioaktif Nuklir. Heru menuturkan proses clean up ini akan terus dilakukan sampai indikator radiasi di lokasi penemuan sumber radioaktif kembali normal atau di bawah ambang batas.
- Advertisement -
Dia lantas menjelaskan mekanisme clean up untuk mengangkat tanah terkontaminasi itu. Setiap kelompok melakukan proses clean up secara bergantian. "Masing-masing kelompok hanya diperkenankan bekerja satu jam. Kemudian bergantian dengan kelompok lainnya," jelasnya. Setiap personel juga dilengkapi dengan baju yang bisa melindungi diri dari paparan radiasi.
Heru menjelaskan pergantian kelompok dalam proses clean up bertujuan untuk membatasi jumlah dosis radiasi yang diterima. Supaya tidak melebihi batas yang ditentukan. Sehingga memenuhi prosedur menjaga keselataman para pekerja. Ketika selesai melakukan clean up hasil pengukuran paparan radiasi yang diterima pekerja di rentang 2 sampai 10 microsievert. Paparan tersebut masih di bawah batas dosis aman sebesar 80 microsievert.
Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Hendriyanto Hadi Tjahyono mengatakan berupaya mempercepat menuntaskan proses pembersihan atau clean up bersama Batan. Kemudian dia menyampaikan Bapeten telah melakukan analisis terhadap air tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi.
"Terkait dengan air tanah, sudah dilakukan pengukuran dan dipastikan air tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi dalam kondisi tidak terkontaminasi," jelasnya. Sementara itu untuk sumber radioaktifnya sampai saat ini masih dalam pengujian di laboratorium Batan. Untuk mengetahui jenis atau bentuk awalnya seperti apa. Sebab saat ditemukan kondisinya sudah hancur menyerupai gula pasir. Sumber Radioaktif itu ditemukan Bapeten pada 30-31 Januari lalu.(wan/jpg)