Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Bukan Nostalgia Biasa

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Mulyadi Simatupang merupakan sosok penting di manajemen PSMS Medan musim 2019. Mulyadi bukanlah orang asing di Bumi Lancang Kuning,  Meski berdarah batak dengan puak Simatupang dan dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara tapi bapak tiga anak ini tidak bisa dipisahkan dari Riau dan Kepulauan Riau.

Di Pekanbaru Mulyadi kuliah  Fakultas Perikanan Universitas Riau ( Faperi Unri) tahun 1989-1993. Selama kuliah ia aktif menyalurkan bakatnya sebagai pemain sepakbola bersama Philep Hansen (mantan pelatih PSPS), Wan Anhar (eks PSPS), Zainuddin A Karim dan lainnya.

Bakatnya inilah yang mengantarkan Mulyadi muda tercatat sebagi pemain di tim sepakbola Riau pada  PON XIII 1993, kemudian bersama PS Unri menjadi juara nasional invitasi sepakbola antar perguruan tinggi se-Indonesia di Malang 1990. Dan ia juga tercatat sebagai salah satu pemain PSPS pada 1989-1993.

Baca Juga:  "Adios" Marcelo, Jadi Kapten Hanya untuk Angkat Trofi

“Ini noslalgia buat saya. Jujur, Riau, khususnya Pekanbaru adalah bagian dari sejarah perjalan hidupku.Di Pekanbaru saya kuliah, menjadi pemain bola dan menemukan pasangan hidup,” kata Mulyadi, Jumat (21/6).

Kata Mulyadi, banyak kenangan yang tak terlupakan, terutama keseruan  bermain sepakbola dari kampung ke kampung atau yang dikenal tarkam. Mulai Kampar, Bangkinang, Rengat, Telukkuantan, Tembilahan termasuk Kepulauan Riau sebelum berpisah menjadi provinsi.

“ Ya di Bumi Lancang Kuning ini aku  berjodoh membangun keluarga tahun 1998  istri asal Tanjung Balai Karimun (dulu masih Provinsi Riau, red) yang sama-sama kuliah. Terlalu banyak kalau saya ceritakan  apa yang sudah didapat di Pekanbaru ini yang sudah kuanggap dan menjadi bagian hidupku juga,” katanya.

Baca Juga:  Dana Minim, Khawatir Tidak Bisa Capai Target

Datang selaku manajer PSMS yang  pertama sekali ingin diucapkan adalah permohonan  maaf sebesar-besarnya dengan masyarakat Riau khususnya Pekanbaru.

“Datang kali ini sebagai manager PSMS, tentunya saya tak mampu  mengungkapkan perasaanku terhadap kota ini dan masyarakatnya,’’ ujarnya.

‘’Ini bukan nostalgia biasa. Saya hanya berharap biarlah ranah olahraga ini kita berbicara sportivitas. Jangan bicarakan perasaan karena  apapun itu dimanapun dan sampai kapanpun kota ini dan masyarakatnya tidak  bisa kulupakan. Silaturahmi tetap terjalin,” ujarnya.(das)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Mulyadi Simatupang merupakan sosok penting di manajemen PSMS Medan musim 2019. Mulyadi bukanlah orang asing di Bumi Lancang Kuning,  Meski berdarah batak dengan puak Simatupang dan dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara tapi bapak tiga anak ini tidak bisa dipisahkan dari Riau dan Kepulauan Riau.

Di Pekanbaru Mulyadi kuliah  Fakultas Perikanan Universitas Riau ( Faperi Unri) tahun 1989-1993. Selama kuliah ia aktif menyalurkan bakatnya sebagai pemain sepakbola bersama Philep Hansen (mantan pelatih PSPS), Wan Anhar (eks PSPS), Zainuddin A Karim dan lainnya.

- Advertisement -

Bakatnya inilah yang mengantarkan Mulyadi muda tercatat sebagi pemain di tim sepakbola Riau pada  PON XIII 1993, kemudian bersama PS Unri menjadi juara nasional invitasi sepakbola antar perguruan tinggi se-Indonesia di Malang 1990. Dan ia juga tercatat sebagai salah satu pemain PSPS pada 1989-1993.

Baca Juga:  "Adios" Marcelo, Jadi Kapten Hanya untuk Angkat Trofi

“Ini noslalgia buat saya. Jujur, Riau, khususnya Pekanbaru adalah bagian dari sejarah perjalan hidupku.Di Pekanbaru saya kuliah, menjadi pemain bola dan menemukan pasangan hidup,” kata Mulyadi, Jumat (21/6).

- Advertisement -

Kata Mulyadi, banyak kenangan yang tak terlupakan, terutama keseruan  bermain sepakbola dari kampung ke kampung atau yang dikenal tarkam. Mulai Kampar, Bangkinang, Rengat, Telukkuantan, Tembilahan termasuk Kepulauan Riau sebelum berpisah menjadi provinsi.

“ Ya di Bumi Lancang Kuning ini aku  berjodoh membangun keluarga tahun 1998  istri asal Tanjung Balai Karimun (dulu masih Provinsi Riau, red) yang sama-sama kuliah. Terlalu banyak kalau saya ceritakan  apa yang sudah didapat di Pekanbaru ini yang sudah kuanggap dan menjadi bagian hidupku juga,” katanya.

Baca Juga:  Schick dan Holes, Bintang Ceko yang Pulangkan Belanda

Datang selaku manajer PSMS yang  pertama sekali ingin diucapkan adalah permohonan  maaf sebesar-besarnya dengan masyarakat Riau khususnya Pekanbaru.

“Datang kali ini sebagai manager PSMS, tentunya saya tak mampu  mengungkapkan perasaanku terhadap kota ini dan masyarakatnya,’’ ujarnya.

‘’Ini bukan nostalgia biasa. Saya hanya berharap biarlah ranah olahraga ini kita berbicara sportivitas. Jangan bicarakan perasaan karena  apapun itu dimanapun dan sampai kapanpun kota ini dan masyarakatnya tidak  bisa kulupakan. Silaturahmi tetap terjalin,” ujarnya.(das)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari