Satu Vespa, Seribu Cerita

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Satu Vespa seribu cerita. Ungkapan ini menjadi motivasi bagi anak-anak Vespa, atau penggemar motor klasik jenis Vespa, dan juga komunitas Vespa yang ada. Oleh penggemar Vespa, ini pula yang menjadikan Vespa tetap diminati dan dicari, meskipun saat ini sudah banyak motor matic.

Salah seorang penggemar berat Vespa di Pekanbaru adalah Joni Hasben. Dia merupakan salah seorang penggemar (bukan kolektor) skuter Vespa dari Kota Pekanbaru dari banyak penggemar lainnya. ‘’Ungkapan satu vespa seribu cerita itu didapat saat berkumpul-kumpul sama anak Vespa lainnya,’’ kata Hasben atau akrab disapa Da Ben kepada wartawan Riau Pos, Sabtu (29/6).

- Advertisement -

Diketahui, saat ini Da Ben rutin menunggangi skuter Vespa tua Jenis VNB 2M keluaran tahun 1961. Setiap ada waktu senggang dia selalu menyempatkan diri untuk ‘’berkomunikasi’’ bersama si VNB lewat sentuhan halus tangannya ketika merawat barang antik koleksi pribadinya. Ya, Vespa tua, antik, menarik dan tetap menjadi andalan transportasinya untuk berkegiatan menyusuri jalanan Kota Pekanbaru, dan juga rute lainnya.

Sebagai salah satu penghobi atau penggemar Vespa di Kota Pekanbaru, dia telaten merawat si barang antik dan penuh dengan cerita dan sejarah historinya. Dan secara diam-diam, skuter Vespa ini mencuri market tersendiri yang justru dikendalikan oleh para konsumen kelas atas yang loyal.

- Advertisement -

Disampaikannya, dari media massa mengabarkan, ada banyak orang rela mengeluarkan uang puluhan juta hingga ratusan juta hanya demi membeli Vespa klasik. Apalagi keberadaannya seolah-olah setara dengan para kolektor motor besar/gede (moge). Namun yang lebih uniknya lagi, Vespa buatan Italia ini makin waktu nilai historinya makin tinggi, di samping nilai jualnya juga makin melejit.

Hal ini juga dipengaruhi, siapa yang menjadi kolektor motor antik satu ini. Kalau di telusuri, banyak dari kalangan kelas atas, dari kalangan artis nasional juga mengkoleksi Vespa Klasik ini. Sebut saja dari kalangan musisi Nasional seperti Kaka Slank, artis komedian Andre Taulany, Sule, Deni Cagur, artis Atta Halilintar, dan banyak lagi figur artis papan atas lainnya.

Bagi Hasben, memiliki Vespa klasik ini bukan lantaran digemari oleh para kolektor, yang disebutkan itu. Namun lebih kepada nilai histori yang pernah dialaminya sejak tahun 1987 lalu. Dia menceritakan, sejak bersekolah di SMP kelas III, sudah bisa mengendari Vespa. Maka, baginya berkendara dengan Vespa merupakan keseruan tersendiri.

“Kalau dikisahkan panjang kali ya. Sudah banyak pengalaman yang menarik dan unik untuk diceritakan saat mengendarai Vespa,’’ ungkapnya.

Dari mulai santai bersama teman dekat, sampai histori mengajari teman perempuan mengendarai Vespa yang akhirnya dipacari, memboncengi pacar dengan Vespa, putus saat bonceng dengan pacar karena ban Vespa bocor, sering mogok di jalan dan banyak kisah yang terlalu panjang untuk dikisahkan. Begitulah beragam cerita tentang pengalaman Vespa yang dialaminya. Yang jelas, memiliki Vespa klasik seperti ini sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

‘’Ada perasaan bangga entah kenapa, rasa bahagia, senang, merasa gagahlah, merasa asiklah, dan lainnya. Sehingga menjadikan hati ini tidak ada rasa bosan ketika bersama Vespa,’’ pungkasnya.

Cerita soal motor klasik memang unik, dan tentunya sungguh menarik. Apalagi saat ini, Vespa adalah jenis sepeda motor tua, yang mampu mempengaruhi segmentasi pasar dan dunia otomotif.

‘’Artinya, harus diakui bahwa era Vespa tidak pernah surut. Justru semakin langkanya produksi motor ini dan penjualannya di pasaran, membuatnya semakin diburu,” tegas Da Ben.

Vespa yang dimilikinya sejak tahun 2008. Vespa dua tak dengan persneling 3 speed ini berasal atau dibelinya dari salah seorang pengkoleksi asal Sumbar.

Dibocorkan Da Ben, Vespa tahun 60-an yang dibelinya dengan harga tergolong murah pada saat itu, banyak yang menawar, semuanya dari para penggemar skuter Vespa klasik. Bahkan pernah ada yang menawar pada angka di atas Rp50 jutaan. Jadi, karena masih cinta dan sayangnya kepada Vespa itu, maka semua tawaran dia tolak dan memilih tidak menjualnya.

‘’Biarpun dikata tua, mogokan, boros, tapi di situlah cerita akan menciptakan warna dalam bervespa,’’ sebutnya.

Bagaimana dengan perawatan Vespa? Dijawabnya, soal perawatannya tidak usah diragukan lagi. Hasben mengaku dia sendirilah yang mengecek hingga mencuci vespa kesayangannya itu.

”Vespanya ini saya rawat, biar tetap awet, karena hampir setiap hari saya kendarai, baik ke kantor, maupun jalan ke beberapa tempat, baik bersama Istri, anak, maupun teman. Kalau dikatakan koleksi juga tidak, karena yang saya miliki hanya satu tahun 60-an” terang Hasben.

Untuk biaya perawatan vespa klasik tentu juga dapat dilihat dari beberapa kategori, sejauh mana kondisi Vespa klasik yang akan kita lakukan perawatan. Karena, jika kondisinya original atau masih asli tentu membutuhkan biaya ekstra. Pasalnya sparepart yang diperlukan untuk Vespa tua ini jelas sulit untuk didapatkan. Jika dilakukan penggantian suku cadang pada mesin atau body, lebih lagi jika tidak punya relasi orang yang punya barang asli Vespa tua, maka tambah sulit lagi. Bahkan jika ada, tentu harganya dapat tergolong tinggi atau mahal.

‘’Jika suku cadangnya kita pesan dari negara asalnya yakni Italia, membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan waktu pemesannya membutuhkan waktu yang cukup lama,’’ ujarnya.

Namun untuk kategori perawatan normal atau biasa tentu tidak terlalu sulit, bahkan kalau dilihat dari kinerja dari mesin vespa ini dapat terbilang sederhana.

‘’Paling tidak kita perlu memperhatikan tips-tips seperti tersebut di atas. Kerusakan Vespa tua ini tidak terlalu rumit,” kata Da Ben.

Jika vespa ini dipakai untuk harian, paling hanya terkendala pada busi atau pengapian. Sedangkan kerusakan lainnya jarang terjadi. Pasalnya, kekuatan bahan suku cadang Vespa tua ini cukup kuat jika dibandingkan dengan bahan suku cadang motor keluaran tahun tinggi pada saat sekarang.

‘’Tak ada kesulitan. Yang paling penting body-nya harus selalu kering dan bersih karena body-nya terbuat dari seng. Kalau ndak kering dan kondisi masih ori, cat akan mudah berkarat. Untuk mesin yang paling sulit itu, ya paling penyetelan karburator harus top. Sebab, jika penyetelan jarum spuyer tidak seimbang, pembakaran bahan bakar pada mesin di karburator tidak sempurna. Jadi harus pas setelannya,’’ ujarnya.

Selain daripada itu ditambahkannya tidak ada. ‘’Mengenai persneling atau gigi yang dibutuhkan juga setelannya juga perlu seimbang antara kopling dengan bak kopling,’’ papar Da Ben.(gus)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Satu Vespa seribu cerita. Ungkapan ini menjadi motivasi bagi anak-anak Vespa, atau penggemar motor klasik jenis Vespa, dan juga komunitas Vespa yang ada. Oleh penggemar Vespa, ini pula yang menjadikan Vespa tetap diminati dan dicari, meskipun saat ini sudah banyak motor matic.

Salah seorang penggemar berat Vespa di Pekanbaru adalah Joni Hasben. Dia merupakan salah seorang penggemar (bukan kolektor) skuter Vespa dari Kota Pekanbaru dari banyak penggemar lainnya. ‘’Ungkapan satu vespa seribu cerita itu didapat saat berkumpul-kumpul sama anak Vespa lainnya,’’ kata Hasben atau akrab disapa Da Ben kepada wartawan Riau Pos, Sabtu (29/6).

Diketahui, saat ini Da Ben rutin menunggangi skuter Vespa tua Jenis VNB 2M keluaran tahun 1961. Setiap ada waktu senggang dia selalu menyempatkan diri untuk ‘’berkomunikasi’’ bersama si VNB lewat sentuhan halus tangannya ketika merawat barang antik koleksi pribadinya. Ya, Vespa tua, antik, menarik dan tetap menjadi andalan transportasinya untuk berkegiatan menyusuri jalanan Kota Pekanbaru, dan juga rute lainnya.

Sebagai salah satu penghobi atau penggemar Vespa di Kota Pekanbaru, dia telaten merawat si barang antik dan penuh dengan cerita dan sejarah historinya. Dan secara diam-diam, skuter Vespa ini mencuri market tersendiri yang justru dikendalikan oleh para konsumen kelas atas yang loyal.

Disampaikannya, dari media massa mengabarkan, ada banyak orang rela mengeluarkan uang puluhan juta hingga ratusan juta hanya demi membeli Vespa klasik. Apalagi keberadaannya seolah-olah setara dengan para kolektor motor besar/gede (moge). Namun yang lebih uniknya lagi, Vespa buatan Italia ini makin waktu nilai historinya makin tinggi, di samping nilai jualnya juga makin melejit.

Hal ini juga dipengaruhi, siapa yang menjadi kolektor motor antik satu ini. Kalau di telusuri, banyak dari kalangan kelas atas, dari kalangan artis nasional juga mengkoleksi Vespa Klasik ini. Sebut saja dari kalangan musisi Nasional seperti Kaka Slank, artis komedian Andre Taulany, Sule, Deni Cagur, artis Atta Halilintar, dan banyak lagi figur artis papan atas lainnya.

Bagi Hasben, memiliki Vespa klasik ini bukan lantaran digemari oleh para kolektor, yang disebutkan itu. Namun lebih kepada nilai histori yang pernah dialaminya sejak tahun 1987 lalu. Dia menceritakan, sejak bersekolah di SMP kelas III, sudah bisa mengendari Vespa. Maka, baginya berkendara dengan Vespa merupakan keseruan tersendiri.

“Kalau dikisahkan panjang kali ya. Sudah banyak pengalaman yang menarik dan unik untuk diceritakan saat mengendarai Vespa,’’ ungkapnya.

Dari mulai santai bersama teman dekat, sampai histori mengajari teman perempuan mengendarai Vespa yang akhirnya dipacari, memboncengi pacar dengan Vespa, putus saat bonceng dengan pacar karena ban Vespa bocor, sering mogok di jalan dan banyak kisah yang terlalu panjang untuk dikisahkan. Begitulah beragam cerita tentang pengalaman Vespa yang dialaminya. Yang jelas, memiliki Vespa klasik seperti ini sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

‘’Ada perasaan bangga entah kenapa, rasa bahagia, senang, merasa gagahlah, merasa asiklah, dan lainnya. Sehingga menjadikan hati ini tidak ada rasa bosan ketika bersama Vespa,’’ pungkasnya.

Cerita soal motor klasik memang unik, dan tentunya sungguh menarik. Apalagi saat ini, Vespa adalah jenis sepeda motor tua, yang mampu mempengaruhi segmentasi pasar dan dunia otomotif.

‘’Artinya, harus diakui bahwa era Vespa tidak pernah surut. Justru semakin langkanya produksi motor ini dan penjualannya di pasaran, membuatnya semakin diburu,” tegas Da Ben.

Vespa yang dimilikinya sejak tahun 2008. Vespa dua tak dengan persneling 3 speed ini berasal atau dibelinya dari salah seorang pengkoleksi asal Sumbar.

Dibocorkan Da Ben, Vespa tahun 60-an yang dibelinya dengan harga tergolong murah pada saat itu, banyak yang menawar, semuanya dari para penggemar skuter Vespa klasik. Bahkan pernah ada yang menawar pada angka di atas Rp50 jutaan. Jadi, karena masih cinta dan sayangnya kepada Vespa itu, maka semua tawaran dia tolak dan memilih tidak menjualnya.

‘’Biarpun dikata tua, mogokan, boros, tapi di situlah cerita akan menciptakan warna dalam bervespa,’’ sebutnya.

Bagaimana dengan perawatan Vespa? Dijawabnya, soal perawatannya tidak usah diragukan lagi. Hasben mengaku dia sendirilah yang mengecek hingga mencuci vespa kesayangannya itu.

”Vespanya ini saya rawat, biar tetap awet, karena hampir setiap hari saya kendarai, baik ke kantor, maupun jalan ke beberapa tempat, baik bersama Istri, anak, maupun teman. Kalau dikatakan koleksi juga tidak, karena yang saya miliki hanya satu tahun 60-an” terang Hasben.

Untuk biaya perawatan vespa klasik tentu juga dapat dilihat dari beberapa kategori, sejauh mana kondisi Vespa klasik yang akan kita lakukan perawatan. Karena, jika kondisinya original atau masih asli tentu membutuhkan biaya ekstra. Pasalnya sparepart yang diperlukan untuk Vespa tua ini jelas sulit untuk didapatkan. Jika dilakukan penggantian suku cadang pada mesin atau body, lebih lagi jika tidak punya relasi orang yang punya barang asli Vespa tua, maka tambah sulit lagi. Bahkan jika ada, tentu harganya dapat tergolong tinggi atau mahal.

‘’Jika suku cadangnya kita pesan dari negara asalnya yakni Italia, membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan waktu pemesannya membutuhkan waktu yang cukup lama,’’ ujarnya.

Namun untuk kategori perawatan normal atau biasa tentu tidak terlalu sulit, bahkan kalau dilihat dari kinerja dari mesin vespa ini dapat terbilang sederhana.

‘’Paling tidak kita perlu memperhatikan tips-tips seperti tersebut di atas. Kerusakan Vespa tua ini tidak terlalu rumit,” kata Da Ben.

Jika vespa ini dipakai untuk harian, paling hanya terkendala pada busi atau pengapian. Sedangkan kerusakan lainnya jarang terjadi. Pasalnya, kekuatan bahan suku cadang Vespa tua ini cukup kuat jika dibandingkan dengan bahan suku cadang motor keluaran tahun tinggi pada saat sekarang.

‘’Tak ada kesulitan. Yang paling penting body-nya harus selalu kering dan bersih karena body-nya terbuat dari seng. Kalau ndak kering dan kondisi masih ori, cat akan mudah berkarat. Untuk mesin yang paling sulit itu, ya paling penyetelan karburator harus top. Sebab, jika penyetelan jarum spuyer tidak seimbang, pembakaran bahan bakar pada mesin di karburator tidak sempurna. Jadi harus pas setelannya,’’ ujarnya.

Selain daripada itu ditambahkannya tidak ada. ‘’Mengenai persneling atau gigi yang dibutuhkan juga setelannya juga perlu seimbang antara kopling dengan bak kopling,’’ papar Da Ben.(gus)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya