Ambruknya Jembatan Panglima Sampul, Sungai Perumbi, Rabu (22/5) lalu membawa dampak besar bagi masyarakat Kepulauan Meranti. Jalur transportasi darat yang menghubungkan beberapa desa dan kecamatan kini terputus.
Laporan WIRA SAPUTRA dan SOLEH SAPUTRA, Selatpanjang dan Pekanbaru
(RIAUPOS.CO) – PERSOALAN putusnya Jembatan Panglima Sampul cukup berdampak pada perekonomian masyarakat. Terutama bagi para pedagang dan petani yang bergantung pada akses cepat menuju Selatpanjang sebagai pusat kabupaten.
Seperti yang dialami Noprizal salah seorang warga Desa Mekong, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kepulauan Meranti. Menurutnya jembatan tersebut memang salah satu akses tercepat menuju Selatpanjang.
Namun sejak fasilitas negara itu ambruk pada Rabu (22/5) lalu, langkah dirinya dan warga bagaikan terisolasi. Setelah jembatan itu ambruk, dirinya kerap memilih menggunakan kempang (perahu) untuk menyeberangi sungai.
“Saya lebih pilih pakai kempang untuk menyeberang. Jarang lewat darat arah Desa Tenan terlalu jauh mencapai 15 kilometer. Lagipun jalannya rusak,” ungkapnya.
Menaiki kempang, Nopri harus membayar Rp20 ribu untuk satu unit sepeda motor dalam sekali jalan. Kalau bolak balik total uang yang harus dia keluarkan Rp40 ribu.
Selain harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, mereka juga harus menunggu air laut tinggi atau pasang. Kondisi itu agar kempang bisa melakukan olah gerak muatan. Jika air surut, maka penumpang tidak bisa turun dan naik. “Selain mahal, harus menunggu air pasang baru bisa bongkar muat. Ya terpaksalah harus menunggu,” bebernya.
Ia memilih akses kempang karena jalan alternatif yang dimaksud cukup parah. Tidak hanya Noprizal, pengguna lain juga mengeluhkan hal yang sama. Jalan itu peninggalan pembangunan dari era Pemerintah Kabupaten Bengkalis 1999, lebar hanya 2,5 meter sempit dan rusak. Sehingga menyebabkan perjalanan menjadi lambat dan berbahaya, terutama bagi kendaraan bermotor dan angkutan barang.
“Kondisi jalan ini sangat memprihatinkan sekali. Banyaknya jalan rusak dan berlubang. Keluarnya besi cor pada jalan membuat perjalanan menjadi sulit,” ungkap Ridwan salah satu warga yang kerap menggunakan jalan tersebut.
Sebagai warga yang sering melintasi jalan tersebut, dirinya cukup khawatir karena kerusakan tidak hanya mengancam keselamatan pengendara, tapi juga mengancam rusaknya kendaraan yang digunakan.
Warga telah berulang kali melakukan perbaikan secara swadaya. Dengan menggunakan material base, mereka berusaha menutup lubang-lubang yang menganga di jalan. Namun, usaha ini terkendala oleh faktor alam yang menyebabkan material tersebut habis tergerus panas dan air hujan seiring musim yang berganti.
“Kami gotong royong mengumpulkan material base dan menutup lubang-lubang di jalan. Ini sudah beberapa kali kami lakukan,” ujar Umar, salah satu tokoh masyarakat setempat.
Warga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan yang lebih permanen. Mereka menyebutkan sudah terlalu lama jalan ini dibiarkan tanpa perbaikan.
“Kami sudah berusaha semampu kami. Namun kami juga memerlukan bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki jalan ini secara permanen. Sekali lagi kami memohon kepada pemerintah untuk segera turun tangan,” katanya.
Selain rusak parah dan sempit, jalan alternatif ini hanya dimungkinkan dilalui oleh kendaraan roda dua. Hal ini menimbulkan masalah besar, terutama saat kondisi jalan sedang ramai.
Satu kejadian yang menggambarkan buruknya kondisi jalan ini adalah ketika ambulans harus melintas membawa pasien yang akan dirujuk dari Puskesmas Alai ke RSUD.
“Ketika itu jalan sedang ramai sehingga ambulans kesulitan untuk melaju dengan cepat. Jalan yang sempit dan rusak memperburuk keadaan, di mana ada mobil bermuatan barang juga yang seakan tidak ingin mengalah membuat kami sangat khawatir dengan kondisi pasien,” ungkapnya.
Warga setempat merasa sudah cukup bersabar dan kini mengancam akan memblokir jalan bagi mobil dan gerobak yang membawa barang dengan tonase berat yang akan berlalu lalang.
“Kami tidak punya pilihan lain. Mobil-mobil barang dan gerobak yang lewat dengan muatan berat hanya menambah kerusakan jalan. Jika tidak ada perhatian dari pemerintah maka kami akan tegaskan dilarang melewati jalan ini. Pasalnya, kalau sudah rusak siapa yang bertanggungjawab,” kata warga lainnya, Adnan.
Selain menyinggung sikap pemerintah yang terkesan apatis terhadap kondisi jalan yang rusak tersebut, warga setempat juga mempertanyakan kinerja anggota DPRD yang terkesan tidak responsif terhadap kondisi tersebut. Padahal daerah tersebut termasuk dalam Daerah Pemilihan (Dapil) Kepulauan Meranti 4 yang memiliki 3 anggota DPRD terpilih.
“Kami merasa ditelantarkan. Anggota DPRD dari dapil ini tidak pernah turun tangan untuk melihat kondisi jalan yang semakin parah. Ada tiga anggota DPRD dari Dapil Kepulauan Meranti 4, tapi sepertinya mereka tidak peduli,” ungkapnya dengan nada kesal.
Pemerintah Cari Solusi dan Berikan Janji
Pelaksana Tugas Bupati Kepulauan Meranti, Asmar memerintahkan segera dibangun dermaga kempang, pascainsiden ambruknya jembatan. Dirinya siap menanggung biaya pembangunan dermaga agar mobilitas masyarakat bisa terbantu.
“Jika malam ini, datangkan semua bahannya, segera dibangun. Berapa pun biayanya saya yang tanggung. Yang penting akses masyarakat dapat segera pulih,” kata Asmar usai meninjau kondisi Jembatan Panglima Sampul, Jumat (24/5) lalu.
Ia menyebutkan, dermaga kempang diperlukan untuk melayani penyeberangan masyarakat dari Desa Alai menuju Desa Gogok Kecamatan Tebingtinggi Barat dan meminta Camat Tebingtinggi Barat agar memastikan bahwa ongkos penyeberangan nantinya tidak lebih dari Rp5 ribu.
“Semua anak sekolah harus digratiskan, tidak boleh dipungut ongkosnya. Kalau memang harus bayar juga, dihitung saja berapa satu hari, saya yang akan membayarnya,” tegas Asmar.
Terkait jalan alternatif yang saat ini melalui Desa Tenan mengalami kerusakan sepanjang 3 kilometer, Asmar janji akan segera diperbaiki. “Saya sudah perintahkan dinas terkait untuk mengecek ke lapangan dan mendata kerusakan agar segera diperbaiki. Pokoknya jangan sampai ada kendala dan masyarakat tidak kesulitan melewatinya,” ujarnya.
Ia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Pj Gubernur Riau SF Hariyanto agar mengambil solusi dan membangun kembali jembatan yang melintasi Sungai Perumbi itu. Karena ini menjadi objek vital akses bagi masyarakat di tiga kecamatan menuju Pusat Kabupaten Kepulauan Meranti di Selatpanjang.
“Saya minta masyarakat bisa bersabar dan mendoakan. Semoga jembatan ini bisa segera dibangun kembali oleh Pemprov Riau. Saat ini kami terus berkoordinasi,” terang Asmar.
Dia juga mengucapkan syukur bahwa dalam kejadian ambruknya jembatan tersebut tidak memakan korban jiwa. “Yang jelas ini musibah dari Allah, ada hikmah di balik kejadian ini yang belum kita ketahui,” ujarnya.
Sebelum ambruknya Jembatan Panglima Sampul, protes masyarakat sudah dilayangkan kepada dinas terkait atas kebijakan pengeluaran izin bongkar muat mengingat usia jembatan sudah tua. Warga khawatir jembatan menjadi rusak dan akan mengganggu aktivitas.
Hanya saja, belakangan kerap kali truk-truk pengangkut material hilir mudik di atas jembatan itu. Kekhawatiran pun semakin menjadi-jadi, terlebih adanya rasa bergoyang ketika kendaraan berat melintasi jembatan tersebut.
Dikerjakan Tahun Depan
Pemerintah provinsi (Pemprov) Riau sudah melakukan pengecekan langsung kondisi jembatan tersebut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Kawasan Pertanahan dan Pemukiman (PUPR-PKPP) Riau M Arief Setiawan mengatakan, berdasarkan hasil pengecekan tersebut, Pemprov Riau akan melakukan pembangunan ulang Jembatan Panglima Sampul.
Hal tersebut dikarenakan saat ini kondisi jembatan tidak memungkinkan akan diperbaiki mengingat rangkanya yang sudah rapuh dan goyang. “Karena itu tidak mungkin diperbaiki, jadinya memang harus dibongkar. Tahun ini kita laksanakan DED-nya dan tahun 2025 pembangunannya,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, jembatan dengan panjang 180 meter itu akan dikerjakan secara menyeluruh oleh Pemprov Riau, mengingat letaknya yang berada pada ruas jalan provinsi. “Panjangnya 180 meter dengan bentang bajanya ada 60-60-60. Walaupun yang roboh itu di rangka baja 60 bagian tengah, namun rangka baja kanan kirinya juga sudah goyang-goyang, makanya kita ubah DED dan akan dilakukan pembangunan ulang,” ujar Arief.
Disebutkannya, solusi sementara untuk mobilitas masyarakat sekitar adalah penggunaan pompong. Di mana untuk pembangunan dermaga akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti. “Penggunaan pompong sementara untuk transportasi warga. Kawan-kawan di kabupaten yang akan membuat dermaga. Namun ada jalan alternatif juga tapi sepanjang 16 kilometer menuju kota,” sebutnya.
Saat ditanyakan terkait penyebab kerusakan jembatan, Arief menyebutkan pihaknya tidak mengetahui pasti apa penyebab ambruknya. “Dulu kan ini masih kecamatan, tak terpikir juga akan menjadi jalan lintas yang dilalui truk truk besar. Kita belum liat DED-nya, jadi kurang tahu juga bagaimana bisa roboh,” katanya.***