PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Penjabat (Pj) Gubernur Riau (Gubri), SF Hariyanto meminta kepala daerah yakni bupati dan wali kota di Riau untuk menjaga wilayah dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Apalagi, saat ini beberapa daerah sudah terjadi karhutla.
“Sekarang kebakaran sudah terjadi di daerah, saya harap bupati dan wali kota bersama tim untuk menjaga wilayahnya jangan sampai terjadi kebakaran yang meluas,” kata Pj Gubri SF Hariyanto, Senin (25/3).
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya tidak ingin kebakaran di Riau berdampak secara nasional karena kabut asap yang timbul akibat kebakaran yang meluas. Apalagi hingga ke negara tetangga karena Riau berbatasan langsung dengan negara tetangga.
“Jangan sampai kebakaran berdampak secara nasional atau bahkan internasional. Jadi mari kita jaga wilayah kita dari kebakaran agar daerah kita aman dan kondusif sehingga masyarakat yang menjalankan ibadah puasa tenteram dan tidak terganggu adanya kabut asap,” ujarnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru mencatat, titik panas atau hotspot di Riau terpantau sebanyak 115 titik, Senin (25/3). Titik panas tersebut tersebar di tujuh kabupaten/kota dan di Kepulauan Meranti yang terbanyak yakni 74 titik.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru Irwansyah Nasution menjelaskan titik panas kedua terbanyak muncukl di Kota Dumai yakni 29 titik. Diikuti Rokan Hilir 4 titik, Siak 3 titik, Bengkalis 2 titik, Pelalawan 2 titik, dan Indragiri Hilir ada 1 titik. “Confidence tertinggi berada di Sungai Apit Kabupaten Siak berkisar 80-100 persen,” ujarnya, Senin (25/3).
Irwansyah Nasution menambahkan, secara keseluruhan, di Pulau Sumatera muncul 153 titik panas, Senin (25/3). Titik panas lainnya terdeteksi di Kepulauan Riau 15 titik, Sumatera Selatan ada 8 titik, Jambi 6, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) 2 titik, Lampung 2 titik, Sumatera Barat 2 titik, Bangka Belitung 2 titik, dan Sumatera Utara 1 titik.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, sejak Januari hingga 20 Maret 2024 karhutla di Riau sudah mencapai 291,75 hektare (ha) dan tersebar di 11 kabupaten/kota. “Di beberapa daerah yang sudah terjadi karhutla tersebut, curah hujannya memang sudah terpantau terus menurun,” ujarnya.
Karhutla yang terluas terjadi di Kota Dumai yakni 115,60 hektare. Diikuti Pelalawan 85,73 hektare, Kepulauan Meranti 41,44 hektare, Bengkalis 20,53 hektare, Indragiri Hulu 10 hektare, Siak 9 hektare, Indragiri Hilir 3,80 hektare, Rokan Hilir 2 hektare, Kampar 2 hektare,Pekanbaru 1,30 hektare, dan Kuantan Singingi 0,05 hektare.
Dengan kondisi tersebut, saat ini pihaknya masih terus memantau situasi di kabupaten/kota. Jika memang kondisinya sudah musim kering, maka pihaknya akan menginformasikan ke kabupaten kota untuk segera menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla 2024.
“Sebab penetapan status siaga itu sebagai upaya antisipasi lebih awal. Karena sampai saat ini baru Dumai, Bengkalis, dan Siak yang sudah menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla,” sebutnya.
Untuk mengantisipasi karhuta di Riau, pihaknya telah menyiapkan peralatan yang sewaktu-waktu dapat digunakan. Karena memang setiap tahun, pihaknya selalu menyiapkan peralatan untuk penanganan karhutla. “Kalau peralatan pemadaman dan personel selalu siap. Memang sudah cukup lengkap peralatan di Riau. Jika nantinya kurang, kita juga bisa meminta bantuan dari pemerintah pusat,” katanya.(sol/ayi)