BATAM (RIAUPOS.CO) — Pembangunan jembatan Batam-Bintan (Babin) mulai ada titik terang. Hal ini ditandai dengan kedatangan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ridwan Jamaluddin, ke Batam dan Bintan. Ia mengecek titik-titik yang akan dijadikan tempat tapak jembatan tersebut.
Ridwan mengatakan bahwa Jembatan Babin akan menelan biaya Rp 7,3 triliun. Detail Engineering Design (DED)-nya sudah selesai. Kini prosesnya sedang dikirimkan Kementerian PUPR untuk dinilai oleh Komite Keselamatan Jembatan dan Jalan.
"Setelah itu, tunggu keputusan presiden. Jadi, saat ini tinggal menunggu jawaban dari Menteri PUPR," katanya, Sabtu (28/12).
Ridwan membenarkan kedatangannya ke Batam untuk melihat dan memastikan titik-titik pembangunan serta tapak jembatan. Ada beberapa tempat tapak jembatan ditinjau Ridwan, mulai dari ujung jembatan di kawasan Punggur, lalu di Pulau Tanjungsauh, dan Pulau Buau, yang berada di depan Pulau Bintan.
"Saya ke sini melihat kondisi lapangan dan status perencanannya," ungkapnya. Ia ditemani Plt Gubernur Kepri Isdianto dan sejumlah pejabat lainnya.
Ridwan menjelaskan, dari penuturan yang didapatnya dari pejabat daerah, status lahan baik di Batam, Pulau Tanjungsauh, Pulau Buau, dan Pulau Bintan, sudah disiapkan.
Saat ini, lanjutnya, yang perlu dipastikan adalah ketinggian jembatan. "Ketinggian jembatan perlu diperhatikan, agar tidak mengganggu lalu lintas kapal-kapal yang melintas," ucapnya.
Jembatan Batam-Bintan memiliki tiga tipe. Jembatan dari Pulau Batam ke Pulau Tanjungsauh yang berjarak 2,17 kilometer, menggunakan struktur jembatan box girder.
Lalu dari Pulau Tanjungsauh ke Pulau Buau sepanjang 3,9 kilometer menggunakan tipe struktur jembatan box grider dan cale stayed. Lalu dari Pulau Buau ke Pulau Bintan sepanjang 0,9 kilometer menggunakan tipe struktur box grider.
Ridwan juga membenarkan butuh dana Rp7,3 triliun. Sebab, tidak hanya membangun jembatan, tapi juga membuka akses jalan di Buau sepanjang 3,4 kilometer, Batam sepanjang 1,54 kilometer, Tanjungsauh 3,42 kilometer, dan Bintan 0,5 meter.
Ridwan mengatakan, keberadaan Jembatan Batam-Bintan dapat memacu percepatan ekonomi kedua wilayah yakni Batam dan Bintan. Dengan kekuatan industri dan pariwisata, ia meyakini akan menjadi ekosistem yang lebih baik bagi para penanam modal.
"Pembangunan ini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)," katanya.
Rapat pembangunan jembatan ini sendiri sudah beberapa kali dilakukan. "Rapat sudah, makanya saya diminta melihat langsung kondisi lapangannya seperti apa," ucapnya.
Bagaimana dengan pembiayaan pembangunan? Ridwan mengatakan masih mengkaji mekanisme pembiayaan. Ada beberapa skema investasi disiapkan. Tidak menutup kemungkinan masuknya swasta asing maupun swasta dalam negeri, untuk membangun Jembatan Batam-Bintan tersebut.
"Investor luar berminat masuk, itu hal baik. Kami membuka peluang bagi swasta asing dengan sistem KPBU (kerja sama pemerintah dan badan usaha)," ujarnya.
Kedatangan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, disambut baik Plt Gubernur Kepri, Isdianto. Ia mengatakan, realisasi pembangunan ini, sesuai dengan janji Presiden Jokowi di kala kampanye di Kepri.
"Kedatangan deputi ini ke sini, bentuk keseriusan pemerintah mewujudkan Jembatan Batam-Bintan," ungkapnya.
Ia berharap jembatan ini secepatnya dibangun. Sehingga bisa menghubungkan dua pulau besar di Kepri. ”Kami yakin, terhubungnya Kota Industri dan Pariwisata, memberikan dampak luar biasa ke pertumbuhan ekonomi kedua pulau,” tuturnya. Beberapa kesiapan sudah dibuat pemerintah daerah. Isdianto mengaku sudah menyiapkan lahan.
"Semuanya sudah siap. Hambatannya cuma di masalah pendanaan. Makanya kami serahkan ke pusat, karena provinsi tidak akan mampu membangun ini. Makanya tiap hari, kami ingatkan dan kejar terus," katanya.
Pembangunan Jembatan Batam-Bintan direncanakan akan memakan waktu 3 tahun. "Kami berharap secepatnya dibangun," pungkasnya.(ska/jpg)