MILAN (RIAUPOS.CO) — KABAR tentang Zlatan Ibrahimovic memang tidak pernah gagal menyita perhatian. Termasuk saat dia diberitakan mayoritas media-media di Italia bahwa dia sudah menerima tawaran AC Milan kemarin.
Striker asal Swedia itu akan dikontrak selama enam bulan dengan gaji EUR 3,5 juta (Rp 54,4 miliar). Dia punya kans memperpanjangnya hingga akhir musim depan 2020-2021 jika performanya memuaskan. Dalam beberapa hari ke depan, Milan disinyalir akan mengumumkan secara resmi kepulangan Ibra.
Pertanyaannya, apakah mendatangkan kembali striker 38 tahun itu jadi problem solving bagi Rossoneri? Tentu saja masih fifty-fifty. Apalagi jika menilik performa beberapa eks pemain Rossoneri sejak era milenial ketika balik kucing ke Milan pasca periode pertama mereka yang dahsyat. Nama-nama seperti Andriy Shevchenko, Mario Balotelli dan Kaka bisa jadi rujukan bahwa bulan madu kedua lebih banyak berakhir getir.
Sheva, sapaan Shevchenko, dalam periode pertamanya di Milan pada 1999-2006 sangat superior. Sosok yang kini jadi pelatih timnas Ukraina itu mencetak 173 gol dan 23 assist dari 298 pertandingan. Dia berjasa mempersembahkan 5 trofi. Tetapi, Sheva langsung flop pada periode keduanya pada musim 2008-2009. Kala itu, dia hanya mencetak 2 gol dan 4 assist dalam 24 laga.
Balotelli setali uang. Pada periode pertamanya berkostum Milan pada 2013-2014 dia berhasil mengemas 30 gol dan 7 assist dalam 54 laga. Sedangkan saat kembali pada 2015-2016, striker Brescia itu hanya menyumbang 3 gol dan 1 assist dalam 23 pertandingan.
Hal tak jauh beda juga terjadi dengan Kaka. Periode pertamanya bersama rival sekota Inter Milan itu sangat memorable. Dia punya andil besar dalam menghadirkan lima trofi. Performanya juga untuk ukuran trequartista. Yakni, 95 gol dan 60 assist dari 270 pertandingan. Pemain asal Brasil itu juga meraih Ballon d’Or pada periode pertama bersama Milan. Tetapi begitu kali kedua kembali ke Milan pada 2013-2014, Kaka tidak bisa berbuat banyak membawa Milan kembali Liga Champions semusim berselang. Apesnya, hingga kini Milan belum lagi merasakan atmosfer ajang antarklub paling elite benua biru itu.
"Jika Zlatan menerima tawaran Milan, itu karena dia percaya pada tantangan untuk menghidupkan kembali Milan yang banyak dihuni pemain muda. Tentang usianya yang sudah 38 tahun, itu tidak penting bagi Ibra karena dia secara mental dan fisik baik-baik saja," ucap eks gelandang Milan Antonio Nocerino yang pernah bermain bersama Ibra pada musim 2011-2012.
Kutukan itu kini menghantui Ibra. Bagaimana tidak. Pada periode pertamanya (2010-2012) dia berhasil mengemas 56 gol dan 24 assist dalam 85 laga. Ibra juga jadi sosok krusial Milan saat mendapat scudetto 2010-2011 yang sekaligus jadi scudetto terakhir Milan hingga kini.
Tujuan eks striker Inter Milan, Juventus, PSG, dan Manchester United ke Milan tentu tidak muluk-muluk dengan menghadirkan scudetto ke San Siro musim ini. Melainkan membawa Alessio Romagnoli dkk finis di empat besar. Misi itu memang tidak mustahil. Tetapi, Milan terbenam di posisi kesebelas dengan 21 poin dan berselisih AS Roma yang ada di tempat keempat.
Kehadiran Ibra nantinya diharapkan bisa mengerek produktivitas gol Milan yang hanya mencetak 16 gol hingga giornata ke-17. Sebab, lini depan Milan yang diisi lima pemain bahkan hanya mampu menghasilkan 5 gol.(io/jpg)
Laporan JPG, Milan