PERKULIAHAN daring atau perkulihan dengan jaringan internet saat ini menjadi suatu solusi dalam membantu mahasiswa dan dosen dalam menjalankan proses belajar mengajar. Berikut ada beberapa catatan tentang kendala belajar daring.
Pertama, masalah teknologi. Persoalan jaringan internet di Indonesia adalah persoalan pembangunan infrastruktur yang tidak merata. Tidak semua daerah di Indonesia yang memiliki jangkauan internet secara baik. Luasnya wilayah, tidak meratanya (tinggi rendahnya) wilayah daratan di Indonesia menyebabkan jaringan internet tidak merata penyebarannya.
Terkadang jaringan di suatu wilayah sangat kuat sementara di wilayah lain tidak memiliki jaringan. Selain itu kekuatan teknologi jaringan saat ini tidak sanggup menjangkau ke seluruh pelosok wilayah di Indonesia.
Banyak dosen prihatin karena beberapa orang mahasiswa mereka tidak bisa hadir dalam perkuliahan karena jaringan di tempat tinggal mereka tidak ada atau terganggu. Bahkan beberapa mahasiswa berusaha menempuh perjalanan berkilo-kilometer dari tempat tinggal meraka hanya untuk mencari jaringan guna mengikuti perkuliahan yang dilakukan. Tragis memang apabila melihat kondisi tersebut.
kedua, masalah ekonomi, Masalah ekonomi terlihat tidak semua siswa atau mahasiswa yang memiliki biaya untuk membeli peralatan dalam pembelajaran daring. Bahkan tenaga pendidik (guru-guru dan dosen-dosen) ada yang tidak sanggup memiliki peralatan untuk pembelajaran daring ini. Tidak semua siswa, guru dan dosen memiliki laptop, handphone dan peralatan penunjang dalam pembelajaran daring ini. Belum lagi beberapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengisi kuota internet dalam proses pembelajaran tersebut.
Tidak semua siswa dan tenaga pendidik memiliki tingkat perekonomian yang bagus. Belum lagi dampak Covid 19 ini menyebabkan turunnya laju perekonomian secara global. Hal ini menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan income pada masyarakat. Masalah ini menjadi sebuah catatan penting dalam menerapakn Online Learning System (OLS).
Ketiga, masalah pengetahuan. Ada hal positif yang terjadi akibat Covid-19 ini. Dampak positif tersebut berupa percepatan penyebaran teknologi internet selama ini. Asumsinya, bila Covid-19 ini tidak ada, proses pembelajaran daring tidak dapat dipaksakan. Proses transfer dan penyebaran serta penerapan teknologi pembelajaran daring akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Namun proses transformasi pengunaan teknologi internet dalam pembelajaran ini menjadi hal yang baik bagi bangsa Indonesia.
Namun tidak semua siswa dan tenaga pengajar yang mengetahui dan mengerti tentang pengunaan teknologi pembelajaran daring (gagap teknologi). Siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah masih banyak yang belum mengatahui atau mengerti bagaimana proses belajar mengunakan teknologi internet ini. Proses sosialisasi dan transfer teknologi pembelajaran daring ini perlu dipercepat ke seluruh masyarakat di Indonesia. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan pengetahuan di wilayah Indonesia.
Keempat, masalah budaya, selama ini imej masyarakat bahwa proses belajar-mengajar itu di sekolah dan di dalam ruang kelas. Sekolah selama ini merupakan tempat atau wadah dari proses belajar mengajar. Siswa biasanya akan belajar apabila mereka berada ke tempat belajar (kelas) atau sekolah. Proses tatap muka dalam pembelajaran serta dinamika yang terjadi di ruang kelas merupakan kebiasaan yang rutin dilakukan. Namun dengan pembelajaran daring, proses interaksi dan dinamika yang terjadi selama ini akan digantikan dengan pembelajaran di rumah. Transisis proses pembelajaran ini menyebabkan culture shock atau gegar budaya.
Kelima, komunikasi, selain itu masalah budaya dalam metode pembelajaran daring, masalah komunikasi juga dirasakan oleh siswa dan tenaga pendidik . Biasanya seorang guru atau dosen memberikan materi pembelajaran dengan memperoleh respon langsung dari interaksi yang dilakukan. Pada metode blended learning atau pembelajaran tatap muka, pengajar pada saat bersamaan bisa melihat respon murid atau siswa. Namun sangat berbeda dengan respon yang diberikan pada pembelajaran. Banyak guru dan dosen merasa tidak puas mengajar karena tidak tahu apakah murid dan siswanya mengerti atau tidak apa yang diterangkanya.***
Dr. Enni Savitri, SE., MM., Ak.,CA, Dosen Ekonomi, FEB Universitas Riau